Rahasia Puasa*
Oleh: Mursana, M.Ag**
Oleh: Mursana, M.Ag**
Para pendengar RRI Cirebon
Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah!
Sebagai muslim yang
sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang mulia pada tahun ini merupakan
sesuatu yang amat membahagiakan kita. Betapa tidak,
dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang akan kita
peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Di sinilah
letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu
bagian terpenting dari ibadah Ramadhan.
Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya al-Ibadah
Fil Islam mengungkapkan ada lima
rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan
kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan.
Menguatkan
Jiwa
Dalam hidup, tak sedikit kita dapati
manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apa pun
yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil
dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada
perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa
mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai
keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini
manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang
kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan dari
kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung
mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah memerintahkan kita memperhatikan
masalah ini dalam firman-Nya :
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ
وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ
وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ
وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ
بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا
تَذَكَّرُونَ
Artinya,
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya."
(Qs.AlJatsiyah: 23).
Dengan ibadah puasa, maka manusia akan
berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan
dengan demikian, manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya
malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka
pintu-pintu langit hingga segala doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Rasulullah
saw bersabda yang artinya, "Ada
tiga golongan orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa hingga
berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi." (HR
Tirmidzi).
Mendidik
Kemauan
Puasa
mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan,
meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa
yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik,
meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar.
Karena itu, Rasulullah saw menyatakan bahwa puasa
itu setengah dari kesabaran. Dalam
kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin
prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri
meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar,
dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa
meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.
Menyehatkan Badan
Disamping kesehatan
dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh
positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh
Rasulullah saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli
kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Mereka
berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu perut memang harus diistirahatkan
dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus
diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi
menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga untuk
udara.
Mengenal Nilai Kenikmatan
Dalam hidup ini,
sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia,
tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya. Dapat satu tidak
terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena
menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal, kalau manusia mau
memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat
menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih
banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.
Maka, dengan puasa
manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang
sudah diperolehnya, tetapi juga disuruh merasaakan langsung betapa besar
sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini karena baru beberapa
jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita
alami, dan pada saat kita berbuka puasa terasa betul besarnya nikmat dari Allah
meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air. Di sinilah letak
pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai
kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai
bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah
memang sedikit dan kecil. Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah
banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah
berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ
وَلَئِنْ
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih." (Qs.Ibrahih: 7).
Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain
Merasakan lapar dan
haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang
dirasakan orang lain.
Sebab, pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan
segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain
entah kapan akan berakhir.
Dari sini semestinya
puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum
muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum
teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh
dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai
belahan dunia lainnya, seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina, dan
sebagainya.
Oleh karena itu,
sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita
diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap
kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan, zakat itu
tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tetapi juga bagi
kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang
berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir, dan sebagainya. Allah
berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ
صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ
إِنَّ
صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ
وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya, "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Qs.AtTaubat: 103).
Para pendengar RRI Cirebon
Maasyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah!
Karena rahasia puasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi kita, sudah sepantasnyalah kalau kita harus menyambut kedatangan Ramadhan tahun ini dengan penuh rasa gembira, sehingga kegembiraan kita ini akan membuat kita bisa melaksanakan ibadah Ramadhan dengan ringan meskipun sebenarnya ibadah Ramadhan itu berat.
Kegembiraan kita
terhadap datangnya bulan Ramadhan harus kita tunjukkan dengan berupaya
semaksimal mungkin memanfaatkan Ramadhan tahun sebagai momentum untuk
mentarbiyyah (mendidik) diri, keluarga, dan masyarakat ke arah pengokohan atau
pemantapan takwa kepada Allah SWT, sesuatu yang memang amat kita perlukan bagi
upaya meraih keberkahan dari Allah SWT bagi bangsa kita yang hingga kini masih
menghadapi berbagai macam persoalan besar. Kita tentu harus prihatin akan
kondisi bangsa kita yang sedang mengalami krisis, krisis yang seharusnya
diatasi dengan memantapkan iman dan taqwa, tetapi malah dengan menggunakan cara
sendiri-sendiri yang akhirnya malah memicu pertentangan dan perpecahan yang
justru menjauhkan kita dari rahmat dan keberkahan dari Allah SWT.
*disampaikan dalam Mutiara Hikmah Ramadhan RRI Cirebon, 10 Ramadhan 1430 H.
** Mursana, M.Ag; Ketua Pokjaluh Kandepag Kab.Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar