Cari Blog Ini

Rabu, 04 Januari 2017

MUSIBAH MUSIBAH LAGI

                                                         MUSIBAH MUSIBAH LAGI
Oleh : Mursana, M.Ag.


Inna lillahi wa innaa ilaihi raji’uun, kalimat ini sangat kerap sekali diucapkan oleh umat Islam di Indonesia, akhir-akhir ini. Karena nampaknya bangsa Indonesia pada umumnya sedang mendapat teguran/diperingatkan oleh Allah SWT. dengan datangnya musibah yang silih berganti. Mulai dari musibah Tsunami di penghujung tahun 2004 yang memakan korban ratusan ribu jiwa masyarakat Aceh meninggal dunia, disusul lagi tsunami di Nias Sumatra Utara, sampai dengan gempa di Yogyakarta, Jawa Tengah, Pengandaran, dan yang terakhir di Bengkulu terjadi gempa berkekuatan 7,9 skala Richer disusul serangkaian gempa susulan sejumlah daerah di Indonesia dan sempat dinyatakan berpotensi tsunami, Rabu (12/9), sekitar pukul 18.10 WIB. Gempa Bengkulu berkekuatan 7,9 skala Richter membuat kerusakan berat di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, begitu kata berita Mitra Dialog, 13 September 2007. Kalimat Thoyibah tersebut diucapkan sebagai bentuk kesadaran makhluk kepada Sang Kholik, bahwa semua makhluk di dunia ini adalah milik Allah dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT. Dengan demikian apabila bacaan tersebut diucapkan ketika terjadi musibah, maka berarti kita sedang diingatkan agar segera kembali kepada Allah, karena mungkin selama ini, kita sebagai makhluk telah jauh menyimpang dari rambu-rambu Allah SWT.
Sepantasnya sebagai manusia sadar, bahwa apapun yang dimiliki manusia, apakah jabatan, pangkat, kekuasaan, kecantikan, dan harta benda hakekatnya adalah milik Allah SWT. Tidak patut bagi manusia berlaku sombong karena memiliki beberapa kelebihan tersebut. K.H. Abdullah Gymnastiar atau yang dikenal AA Gym selalu mengatakan dalam berbagai kesempatan, bahwa kita sebagai manusia perlu berguru kehidupan kepada seorang tukang parkir. Coba mari perhatikan kehidupan si tukang parkir. Saudara kita yang selalu mengenakan/memakai seragam kuning atau orange ini sering kita jumpai di depan supermarket atau depan toko-toko, di setiap keramaian kota. Semua orang tahu siapa si tukang parkir ini. Hanya bermodalkan karcis kecil dan pluit, ia bisa mengeruk rizki setiap harinya untuk anak dan istri serta keluarganya. Ketika di lahan/area parkirnya begitu banyak mobil mewah atau motor keluaran terbaru, tetapi ia tidak sombong. Si tukang parkir selalu berusaha keras untuk menjaga kendaraan parkirannya sebaik mungkin. Begitu juga ketika kendaraan mobil mewah dan berbagai jenis motor itu, satu per satu meninggalkannya, ia tidak pernah sedih atau berputus asa. Bahkan ia selalu ramah dan memasang senyum lebar di bibirnya. Kenapa tukang parkir bisa seperti itu? Jawabannya karena sadar betul bahwa ia hanya bertugas menjaga dan merawat barang titipan itu dengan sebaik-baiknya. Ia tidak pernah merasa memiliki mobil mewah atau motor tersebut, karena memang bukan miliknya. Ia yakin suatu saat nanti mobil atau motornya, diambil kembali oleh sang pemiliknya.
Begitupun dengan atribut dan embel-embel yang selalu direbutkan banyak orang seperti pangkat, jabatan, kedudukan, harta benda yang melimpah, dan kecantikan. Sesungguhnya adalah milik Allah SWT, yang diamanatkan kepada makhluk-Nya. Dan pada saatnya nanti kalau yang maha memiliki dan menguasai alam semesta (Al-Malik) akan mengambil titipan-Nya, maka mau tidak mau harus ikhlas menyerahkannya.
Oleh karena itu tidak pantas bagi manusia berlaku sombong di atas bumi ini, Allah SWT. berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya kamu tidak akan mampu menembus (dalam) nya bumi, dan tidak akan mampu melebihi tingginya gunung” QS. Al-Isro’ : 37.
Akibat dari kecongkakan dan kesombongan manusia di muka bumi ini, lalu Allah SWT. memberikan teguran/peringatan berbentuk tsunami, gempa, longsor, wabah penyakit flu burung, demam berdarah, kebakaran, angin putting beliung, sekarang kekeringan disejumlah wilayah di Cirebon dan lain-lain, agar manusia kembali lagi ke jalan Tuhannya. Wa Inna Ilaihi Raji’uun.
Bencana gempa di Bengkulu yang berkekuatan 7,9 skala Richter yang lalu sangat menggemparkan masyarakat, dimana saat itu umat Islam sedang bersiap-siap melakukan Sholat Tarawih yang pertama. Akibat dari gempa itu banyak bangunan rumah penduduk yang rusak, begitu pula dengan bangunan sekolah dan rumah sakit ikut rusak. Ribuan pengungsi ditampung di tempat-tempat pengungsian, takut terjadi gempa susulan. Pada hari pertama, kedua, ketiga puasa Ramadhan tahun ini, mereka sahur dan buka puasa di tempat pengungsian dengan makan dan minum (menu) apa adanya. Sungguh sangat memprihatinkan nasib mereka di saat umat Islam yang ada di daerah lain bersuka cita menyambut bulan Ramadhan. Semoga mereka bisa bersabar menghadapi cobaan ini.

Ada apa dengan Bencana?
Setiap kali muncul/terjadi bencana, banyak orang bertanya-tanya, ada apa dengan bencana ini? Setiap orang beragam dalam menjawab pertanyaan seperti ini. Ada yang menjawab karena alam sudah tua usianya. Ada lagi yang menjawab terjadi karena pergeseran lempengan-lempengan yang ada di dasar laut, sehingga menimbulkan gempa tektonik dan tsunami. Ada lagi yang menjawab, mungkin karena alam sudah tidak bersahabat dengan kita. Bahkan ada yang lebih radikal lagi jawabannya, karena alam  sudah terlalu sering disakiti, dirusak, dizholimi (diexploitasi) oleh manusia, maka alam itu marah yang membabi buta. Dan kalau alam itu sudah marah dan murka maka dampaknya adalah kepada manusia itu sendiri.
Semua jawaban di atas adalah sangat dibenarkan, karena antara satu jawaban dengan lainnya saling berhubungan.
Sudah bosan rasanya telinga kita mendengar berita-berita yang menggambarkan tentang prilaku manusia yang berbuat tidak adil terhadap alam dan lingkungan. Padahal dampak dari perbuatannya itu akan kembali lagi kepada manusia itu sendiri. Sebut saja misalnya penebangan liar (penggundulan) hutan tanpa memperhatikan undang-undang yang berlaku, mengakibatkan banjir bandang dan longsor. Membakar hutan secara ilegal, untuk kepentingan oknum para pengusaha Kelapa Sawit, mengakibatkan asap tebal dimana-mana bahkan sampai ke negara tetangga. Dan pengeboran minyak tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku, berdampak luapan lumpur yang tidak terkendali seperti di Sidoarjo dan lain-lain. Kenapa manusia teganya berbuat seperti itu? Allah SWT. menggambarkan dalam Al-Qur’an., “Telah dihiasi pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia” Q.S. 3:14. Ayat ini mengisyaratkan bahwa setiap manusia diberi potensi hawa nafsu untuk mendapatkan rasa cinta kepada wanita cantik, ingin memiliki harta benda yang banyak seperti emas, perak, kuda pilihan (kendaraan mewah), binatang ternak dan sawah ladang. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan semuanya itu, walaupun dengan berbagai cara, tidak peduli apakah cara yang digunakan itu merusak alam dan lingkungan atau tidak yang penting bagi dirinya bahwa tujuan itu tercapai. Maka dari sinilah awal mula proses terjadinya kerusakan alam yang mengakibatkan bencana yanga sangat dasyat di negeri ini.

Perspektif Islam

 Islam memandang bahwa segala musibah yang terjadi di alam ini akibat perbuatan manusia itu sendiri. Seperti dalam firman Allah SWT. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” Q.S. 30:41. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa musibah yang terjadi baik di daratan maupun di lautan akibat ulah manusia yang mengumbar hawa nafsunya untuk kepentingan dirinya. Dan musibah sengaja Allah SWT. timpakan kepada manusia agar manusia kembali ke jalan Tuhannya yakni jalan yang benar.
Apabila kita perhatikan, apa saja yang telah dilakukan umat manusia sehingga Allah SWT. menurunkan musibah/adzabnya di negeri ini. Effendi Zarkasyi mengatakan; paling tidak ada empat kesalahan yang dilakukan manusia, sehingga Allah SWT. menurunkan musibah di negeri ini yaitu:
Pertama; umat sekarang cenderung sombong dan angkuh. Manusia dengan segala kemampuannya merasa diri paling kuat dan paling pinter, sehingga dengan kekuatan dan kepintarannya itu mereka bertindak atas kehendak mereka sendiri, tanpa meperdulikan aturan-aturan Allah SWT. mereka menganggap bahwa potensi dan segala kemampuannya itu adalah murni hak dan miliknya, mereka bebas menggunakan seenak udelnya, sehingga menjadi budak nafsu mereka sendiri. Kesombongan dan keangkuhan manusia sekarang ini sudah seperti Fir’aun. Manusia yang sombong tidak sadar bahwa meraka terlahir ke dunia berupa bayi yang tidak punya kemampuan apa-apa. Lalu Allahlah menjadikan seseorang berkuasa. (baca QS.3:26).
Kedua; mereka telah berlaku zholim. Perbuatan zholim adalah akibat dari kesombongan dan keangkuhan. Akibat dari sikap seperti itu melahirkan kesewenang-wenangan, khianat, tidak adil, tidak jujur, curang, korup, menindas dan lain-lain. rasulullah Saw. melarang keras berbuat zholim. “Kezholiman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari kiamat” H.R. Bukhori dan Muslim.
Ketiga; mereka menghindari nikmat Allah SWT (kufur nikmat). Manusai jika dikarunia harta kekayaan melimpah ruah oleh Allah, biasanya mereka semakin lupa diri dan kufur nikmat. Puncak kealpaan meraka ialah meraka menganggap bahwa harta dan seluruh kekayaannya itu sepenuhnya dari hasil keringat dan kemampuan ilmunya sendiri. Akibat dari kekufurannya ini, mereka tidak mau menginfakkan sebagian harta mereka kepada para mustahiknya.
Keempat; mereka telah merendahkan martabat kaum wanita. Kaum wanita dijadikan penghibur di kantor-kantor, di Bank-bank, di pasar dan lain-lain. mereka diperintahkan memamerkan aurat mereka untuk dijadikan alat bisnis. Akibatnya timbul perselingkuhan, perzinahan, pemerkosaan dan pembunuhan. Maka Rasulullah SAW. memerintahkan kepada umatnya agar bertaqwa kepada Allah dan menjaga harkat wanita. “Maka peliharalah dunia dan wanita, karena sesungguhnya pertama kali fitnah menimpa Bani Israil ialah dalam hal wanita” H.R. Muslim.
Melalui tulisan ini penulis mengajak kepada seluruh umat Islam agar bertaubat dengan taubat nashuha, perbanyak istighfar, eratkan silaturahmi dengan alam sekitar, lebih-lebih di bulan suci Ramadhan ini. Semoga.


Mursana, M.Ag. : Penyuluh Agama Islam Kec.Plumbon
Alumni Pesantren Darussalam Ciamis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar