MUSIBAH MUSIBAH LAGI
Oleh : Mursana, M.Ag.
Inna lillahi wa innaa ilaihi
raji’uun, kalimat ini sangat kerap sekali diucapkan oleh umat Islam di
Indonesia, akhir-akhir ini. Karena nampaknya bangsa Indonesia pada umumnya sedang
mendapat teguran/diperingatkan oleh Allah SWT. dengan datangnya musibah yang
silih berganti. Mulai dari musibah Tsunami di penghujung tahun 2004 yang
memakan korban ratusan ribu jiwa masyarakat Aceh meninggal dunia, disusul lagi
tsunami di Nias Sumatra Utara, sampai dengan gempa di Yogyakarta, Jawa Tengah,
Pengandaran, dan yang terakhir di Bengkulu terjadi gempa berkekuatan 7,9 skala
Richer disusul serangkaian gempa susulan sejumlah daerah di Indonesia dan
sempat dinyatakan berpotensi tsunami, Rabu (12/9), sekitar pukul 18.10 WIB. Gempa
Bengkulu berkekuatan 7,9 skala Richter membuat kerusakan berat di Kepulauan
Mentawai, Sumatra Barat, begitu kata berita Mitra Dialog, 13 September 2007.
Kalimat Thoyibah tersebut diucapkan sebagai bentuk kesadaran makhluk kepada
Sang Kholik, bahwa semua makhluk di dunia ini adalah milik Allah dan suatu saat
akan kembali kepada Allah SWT. Dengan demikian apabila bacaan tersebut
diucapkan ketika terjadi musibah, maka berarti kita sedang diingatkan agar
segera kembali kepada Allah, karena mungkin selama ini, kita sebagai makhluk
telah jauh menyimpang dari rambu-rambu Allah SWT.
Sepantasnya sebagai manusia sadar, bahwa apapun yang
dimiliki manusia, apakah jabatan, pangkat, kekuasaan, kecantikan, dan harta
benda hakekatnya adalah milik Allah SWT. Tidak patut bagi manusia berlaku
sombong karena memiliki beberapa kelebihan tersebut. K.H. Abdullah
Gymnastiar atau yang dikenal AA Gym selalu mengatakan dalam berbagai
kesempatan, bahwa kita sebagai manusia perlu berguru kehidupan kepada seorang
tukang parkir. Coba mari perhatikan kehidupan si tukang parkir. Saudara kita
yang selalu mengenakan/memakai seragam kuning atau orange ini sering kita
jumpai di depan supermarket atau depan toko-toko, di setiap keramaian kota . Semua orang tahu
siapa si tukang parkir ini. Hanya bermodalkan karcis kecil dan pluit, ia bisa
mengeruk rizki setiap harinya untuk anak dan istri serta keluarganya. Ketika di
lahan/area parkirnya begitu banyak mobil mewah atau motor keluaran terbaru,
tetapi ia tidak sombong. Si tukang parkir selalu berusaha keras untuk menjaga
kendaraan parkirannya sebaik mungkin. Begitu juga ketika kendaraan mobil mewah
dan berbagai jenis motor itu, satu per satu meninggalkannya, ia tidak pernah
sedih atau berputus asa. Bahkan ia selalu ramah dan memasang senyum lebar di bibirnya.
Kenapa tukang parkir bisa seperti itu? Jawabannya karena sadar betul bahwa ia
hanya bertugas menjaga dan merawat barang titipan itu dengan sebaik-baiknya. Ia
tidak pernah merasa memiliki mobil mewah atau motor tersebut, karena memang
bukan miliknya. Ia yakin suatu saat nanti mobil atau motornya, diambil kembali
oleh sang pemiliknya.
Begitupun dengan atribut dan embel-embel yang selalu
direbutkan banyak orang seperti pangkat, jabatan, kedudukan, harta benda yang
melimpah, dan kecantikan. Sesungguhnya adalah milik Allah SWT, yang diamanatkan
kepada makhluk-Nya. Dan pada saatnya nanti kalau yang maha memiliki dan
menguasai alam semesta (Al-Malik) akan mengambil titipan-Nya, maka mau tidak
mau harus ikhlas menyerahkannya.
Oleh karena itu tidak pantas bagi
manusia berlaku sombong di atas bumi ini, Allah SWT. berfirman: “Dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya kamu tidak akan
mampu menembus (dalam) nya bumi, dan tidak akan mampu melebihi tingginya
gunung” QS. Al-Isro’ : 37.
Akibat dari kecongkakan dan kesombongan manusia di muka
bumi ini, lalu Allah SWT. memberikan teguran/peringatan berbentuk tsunami,
gempa, longsor, wabah penyakit flu burung, demam berdarah, kebakaran, angin
putting beliung, sekarang kekeringan disejumlah wilayah di Cirebon dan lain-lain, agar manusia kembali
lagi ke jalan Tuhannya. Wa Inna Ilaihi Raji’uun.
Bencana gempa di Bengkulu yang berkekuatan 7,9 skala
Richter yang lalu sangat menggemparkan masyarakat, dimana saat itu umat Islam
sedang bersiap-siap melakukan Sholat Tarawih yang pertama. Akibat dari gempa
itu banyak bangunan rumah penduduk yang rusak, begitu pula dengan bangunan
sekolah dan rumah sakit ikut rusak. Ribuan pengungsi ditampung di tempat-tempat
pengungsian, takut terjadi gempa susulan. Pada hari pertama, kedua, ketiga
puasa Ramadhan tahun ini, mereka sahur dan buka puasa di tempat pengungsian
dengan makan dan minum (menu) apa adanya. Sungguh sangat memprihatinkan nasib
mereka di saat umat Islam yang ada di daerah lain bersuka cita menyambut bulan
Ramadhan. Semoga mereka bisa bersabar menghadapi cobaan ini.
Setiap kali muncul/terjadi bencana, banyak orang
bertanya-tanya, ada apa dengan bencana ini? Setiap orang beragam dalam menjawab
pertanyaan seperti ini. Ada
yang menjawab karena alam sudah tua usianya. Ada lagi yang menjawab terjadi karena
pergeseran lempengan-lempengan yang ada di dasar laut, sehingga menimbulkan
gempa tektonik dan tsunami. Ada
lagi yang menjawab, mungkin karena alam sudah tidak bersahabat dengan kita.
Bahkan ada yang lebih radikal lagi jawabannya, karena alam sudah terlalu sering disakiti, dirusak,
dizholimi (diexploitasi) oleh manusia, maka alam itu marah yang membabi buta.
Dan kalau alam itu sudah marah dan murka maka dampaknya adalah kepada manusia
itu sendiri.
Semua jawaban di atas adalah sangat dibenarkan, karena
antara satu jawaban dengan lainnya saling berhubungan.
Sudah bosan rasanya telinga kita mendengar berita-berita
yang menggambarkan tentang prilaku manusia yang berbuat tidak adil terhadap
alam dan lingkungan. Padahal dampak dari perbuatannya itu akan kembali lagi
kepada manusia itu sendiri. Sebut saja misalnya penebangan liar (penggundulan)
hutan tanpa memperhatikan undang-undang yang berlaku, mengakibatkan banjir
bandang dan longsor. Membakar hutan secara ilegal, untuk kepentingan oknum para
pengusaha Kelapa Sawit, mengakibatkan asap tebal dimana-mana bahkan sampai ke
negara tetangga. Dan pengeboran minyak tanpa memperhatikan peraturan yang
berlaku, berdampak luapan lumpur yang tidak terkendali seperti di Sidoarjo dan
lain-lain. Kenapa manusia teganya berbuat seperti itu? Allah SWT. menggambarkan
dalam Al-Qur’an., “Telah dihiasi pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia” Q.S. 3:14. Ayat ini mengisyaratkan
bahwa setiap manusia diberi potensi hawa nafsu untuk mendapatkan rasa cinta
kepada wanita cantik, ingin memiliki harta benda yang banyak seperti emas,
perak, kuda pilihan (kendaraan mewah), binatang ternak dan sawah ladang. Mereka
berlomba-lomba untuk mendapatkan semuanya itu, walaupun dengan berbagai cara,
tidak peduli apakah cara yang digunakan itu merusak alam dan lingkungan atau
tidak yang penting bagi dirinya bahwa tujuan itu tercapai. Maka dari sinilah
awal mula proses terjadinya kerusakan alam yang mengakibatkan bencana yanga
sangat dasyat di negeri ini.
Perspektif Islam
Islam memandang bahwa segala musibah yang
terjadi di alam ini akibat perbuatan manusia itu sendiri. Seperti dalam firman
Allah SWT. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” Q.S. 30:41. Dalam
ayat ini menjelaskan bahwa musibah yang terjadi baik di daratan maupun di
lautan akibat ulah manusia yang mengumbar hawa nafsunya untuk kepentingan
dirinya. Dan musibah sengaja Allah SWT. timpakan kepada manusia agar manusia
kembali ke jalan Tuhannya yakni jalan yang benar.
Apabila kita perhatikan, apa saja yang telah dilakukan
umat manusia sehingga Allah SWT. menurunkan musibah/adzabnya di negeri ini. Effendi
Zarkasyi mengatakan; paling tidak ada empat kesalahan yang dilakukan
manusia, sehingga Allah SWT. menurunkan musibah di negeri ini yaitu:
Pertama; umat sekarang cenderung sombong
dan angkuh. Manusia dengan segala kemampuannya merasa diri paling kuat
dan paling pinter, sehingga dengan kekuatan dan kepintarannya itu mereka
bertindak atas kehendak mereka sendiri, tanpa meperdulikan aturan-aturan Allah
SWT. mereka menganggap bahwa potensi dan segala kemampuannya itu adalah murni
hak dan miliknya, mereka bebas menggunakan seenak udelnya, sehingga
menjadi budak nafsu mereka sendiri. Kesombongan dan keangkuhan manusia sekarang
ini sudah seperti Fir’aun. Manusia yang sombong tidak sadar bahwa meraka
terlahir ke dunia berupa bayi yang tidak punya kemampuan apa-apa. Lalu Allahlah
menjadikan seseorang berkuasa. (baca QS.3:26).
Kedua; mereka telah berlaku zholim.
Perbuatan zholim adalah akibat dari kesombongan dan keangkuhan. Akibat dari
sikap seperti itu melahirkan kesewenang-wenangan, khianat, tidak adil, tidak
jujur, curang, korup, menindas dan lain-lain. rasulullah Saw. melarang keras
berbuat zholim. “Kezholiman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari kiamat”
H.R. Bukhori dan Muslim.
Ketiga; mereka menghindari nikmat
Allah SWT (kufur nikmat). Manusai jika dikarunia harta kekayaan melimpah
ruah oleh Allah, biasanya mereka semakin lupa diri dan kufur nikmat. Puncak
kealpaan meraka ialah meraka menganggap bahwa harta dan seluruh kekayaannya itu
sepenuhnya dari hasil keringat dan kemampuan ilmunya sendiri. Akibat dari
kekufurannya ini, mereka tidak mau menginfakkan sebagian harta mereka kepada
para mustahiknya.
Keempat; mereka telah merendahkan
martabat kaum wanita. Kaum wanita dijadikan penghibur di kantor-kantor, di
Bank-bank, di pasar dan lain-lain. mereka diperintahkan memamerkan aurat mereka
untuk dijadikan alat bisnis. Akibatnya timbul perselingkuhan, perzinahan,
pemerkosaan dan pembunuhan. Maka Rasulullah SAW. memerintahkan kepada umatnya
agar bertaqwa kepada Allah dan menjaga harkat wanita. “Maka peliharalah dunia
dan wanita, karena sesungguhnya pertama kali fitnah menimpa Bani Israil ialah
dalam hal wanita” H.R. Muslim.
Melalui tulisan ini penulis mengajak kepada seluruh umat
Islam agar bertaubat dengan taubat nashuha, perbanyak istighfar, eratkan
silaturahmi dengan alam sekitar, lebih-lebih di bulan suci Ramadhan ini.
Semoga.
Mursana, M.Ag. : Penyuluh Agama Islam
Kec.Plumbon
Alumni Pesantren Darussalam Ciamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar