ANTARA DOSA DAN MUSIBAH
Oleh: Mursana,M.Ag
Perjalanan inipun seperti jadi saksi. Gembala
kecil menangis sedih ho ho ho. Kawan coba dengar apa jawabnya. Ketika aku tanya
mengapa. Bapak ibunya telah lama mati. Ditelan bencana tanah ini. Sesampainya
di laut, ku kabarkan semuanya. Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari. Tetapi
semua diam, tetapi semua bisu. Tinggalah ku sendiri terpaku menanatap langit. Barangkali
disana ada jawabnya. Mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin tuhan mulai bosan.
Melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam
mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang
bergoyang. Ho ho ho. (Ebiet G.Ade)
Penggalan bait
syair lagu di atas adalah gambaran kondisi negeri ini yang sedang sakit. Inna
lillahi wa innaa ilaihi raji’uun, kalimat inilah yang paling tepat untuk
diucapkan umat Islam Indonesia akhir-akhir ini. Karena bangsa Indonesia pada
umumnya sedang mendapat teguran / peringatan dari Allah Swt. dengan datangnya
musibah silih berganti. Mulai dari musibah Tsunami di penghujung tahun 2004
yang memakan korban ratusan ribu jiwa masyarakat Aceh meninggal dunia, disusul
lagi tsunami di Nias Sumatra Utara, sampai dengan gempa di Yogyakarta, Jawa
Tengah, Pengandaran, lalu di Bengkulu terjadi gempa berkekuatan 7,9 skala
Richer disusul serangkaian gempa susulan sejumlah daerah di Indonesia dan
sempat dinyatakan berpotensi tsunami pada hari Rabu 12 September 2007 sekitar
pukul 18.10 WIB. Gempa Bengkulu berkekuatan 7,9 skala Richter membuat kerusakan
berat di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, kemudian disusul lagi pada awal
tahun ini bencana Situ Gintung Tanggerang, lau disusul lagi Gempa bumi
berkekuatan 7,3 skala richter pada hari Rabu 2 September 2009 sekitar pukul
14.55 WIB. di Tasikmalaya yang memakan korban diberbagai daerah di Jawa Barat
dan Jawa Tengah. Ratusan rumah, sekolah, dan tempat ibadah rusak berat dan
puluhan jiwa tewas dalam musibah ini. Belum juga selesai mengatasi persoalan
gempa di Tasikmalaya, dengan tidak disangka-sangka, pada hari yang sama pula,
30 September 2009 gempa berkekuatan 7,6 skala richter mengguncang Kota Padang
Pariaman Sumatra Barat dan sekitarnya. Kalimat Thoyibah tersebut diucapkan
sebagai bentuk kesadaran makhluk kepada Sang Kholik, bahwa semua makhluk di
dunia ini adalah milik Allah dan suatu saat akan kembali kepada Allah Swt.
Dengan demikian apabila bacaan tersebut diucapkan ketika terjadi musibah, maka
berarti kita sedang diingatkan agar segera kembali kepada Allah, karena mungkin
selama ini, kita sebagai makhluk telah jauh menyimpang dari rambu-rambu yang
telah digariskan Allah Swt.
Ada apa dengan Bencana?
Setiap kali muncul / terjadi suatu
bencana, sering orang bertanya-tanya, ada apa dengan bencana? Setiap orang
beragam dalam menjawab pertanyaan seperti ini. Ada yang menjawab, terjadi
karena pergeseran lempengan-lempengan yang ada di dasar laut, sehingga berpotensi
menimbulkan gempa tektonik dan tsunami. Ada lagi yang menjawab, mungkin karena
alam sudah tidak bersahabat dengan kita seperti dalam penggalan bait syair lagu
di atas. Bahkan ada yang lebih radikal lagi jawabannya, karena alam sudah terlalu sering disakiti, dirusak,
dizholimi (dieksploitasi) oleh manusia, maka alam marah yang membabi buta. Dan
kalau alam itu sudah marah dan murka maka dampaknya adalah kepada manusia itu
sendiri.
Semua jawaban di atas apabila
disimpulkan, karena umat manusia sudah tidak lagi memelihara dan menjaga akhlak
yang baik terhadap alam dan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Sudah
bosan rasanya telinga kita mendengar berita-berita yang menggambarkan tentang
prilaku manusia yang berbuat tidak adil terhadap alam dan lingkungan. Padahal
dampak dari perbuatannya itu akan kembali lagi kepada manusia itu sendiri.
Sebut saja misalnya penebangan liar (penggundulan) hutan tanpa memperhatikan
undang-undang yang berlaku, mengakibatkan banjir bandang dan longsor. Membakar
hutan secara ilegal, untuk kepentingan oknum para pengusaha Kelapa Sawit,
mengakibatkan asap tebal dimana-mana bahkan sampai ke negara tetangga. Dan pengeboran
minyak tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku, berdampak luapan lumpur yang
tidak terkendali seperti di Sidoarjo dan lain-lain. Kenapa manusia tega berbuat
demikian? Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:”Telah dihiasi pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia ” ( Q.S. 3:14).
Ayat ini mengisyaratkan bahwa
setiap manusia diberi potensi hawa nafsu untuk mendapatkan rasa cinta kepada
wanita cantik, ingin memiliki harta benda yang banyak seperti emas, perak, kuda
pilihan (kendaraan mewah), binatang ternak dan sawah ladang (Az-Zuhaily:1998).
Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan semuanya itu, walaupun dengan berbagai
cara, tidak peduli apakah cara yang digunakan itu merusak alam dan lingkungan
atau tidak, yang penting bagi dirinya bahwa tujuan itu tercapai. Maka dari
sinilah awal mula proses terjadinya kerusakan alam yang mengakibatkan bencana
yang sangat dahsyat di negeri ini.
Tugas Manusia
Manusia sebagai khalifah telah diperintakan Allah
Swt.untuk memelihara, melestarikan dan mempergunakan lingkungan hidup untuk
kepentingan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Swt.dalam al Qur’an :”Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu untuk
memakmurkannya” (Q.S.11: 61).
Az Zuhaily (1998) menafsirkan ayat tersebut, bahwa
alam ini diciptakan untuk kita dan kita diperintakan untuk melestarikan,
memakmurkan dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan diri
kita sendiri. Namun harus diingat, bahwa kita harus menjaga keseimbangan alam
dan lingkungan hidup. Janganlah kita membuat kerusakan di muka bumi ini, tidak
boleh mengeksploitasi alam hanya untuk kepentingan nafsu serakah. Misalnya
menebang pohon seenak udelnya tanpa menanam kembali pohon sebagai
pengantinya. Karena akan mengakibatkan bencana bagi manusia itu sendiri,
sebagaimana telah dijelaskan pada awal tulisan ini.
Sebagai bangsa Indonesia sepantasnya harus banyak
bersyukur nikmat kepada Sang Kholik, karena sudah banyak dimanjakan oleh Nya
dengan kesuburan tanah yang dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman, orang
bilang tanah kita tanah sorga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, hasil hutan
dan lautan yang melimpah ruah tak terhitung banyaknya, keindahan alamnya yang
menarik para wisatawan, kandungan minyak bumi, gas, emas, batubara dan
lain-lain. Semua itu patut disyukuri dengan memelihara, melestarikan dan
memanfaatkannya sebanyak-banyaknya untuk kepentingan masyarakat.
Salah satu cara bersyukur adalah memanfaatkan
lingkungan hidup tersebut di jalan yang diridhoi Allah Swt. Namun bila
mempergunakan lingkungan hidup di jalan yang dimurkai Allah Swt., misalnya
membiarkan bumi (tanah) dan berbagai macam kemaksiatan tumbuh subur di negeri
ini, para pemimpin negara banyak yang korupsi, kaum muda-mudi tidak risih
memamerkan auratnya di depan umum, tayangan TV penuh dengan pornografi dan
pornoaksi, maka jangan heran bila bencana silih berganti, sebagai peringatan
dari Allah Swt. na’udzu billah min dzalik.
Perspektif Islam
Islam memandang bahwa segala musibah yang
terjadi di alam ini akibat perbuatan manusia itu sendiri. Seperti dalam firman
Allah SWT. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” Q.S.
30:41. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa musibah yang terjadi baik di daratan
maupun di lautan akibat ulah manusia yang mengumbar hawa nafsunya untuk
kepentingan dirinya. Dan musibah sengaja Allah SWT. timpakan kepada manusia
agar manusia kembali ke jalan Tuhannya yakni jalan yang benar.
KH. Effendi Zarkasyi berpendapat;
paling tidak ada empat kesalahan yang dilakukan manusia, sehingga Allah SWT.
menurunkan musibah di negeri ini yaitu:
Pertama; umat sekarang cenderung sombong dan angkuh.
Manusia dengan segala kemampuannya merasa diri paling kuat dan paling pinter,
sehingga dengan kekuatan dan kepintarannya itu mereka bertindak atas kehendak
mereka sendiri. Mereka menganggap bahwa potensi dan segala kemampuannya itu
adalah murni hak dan miliknya, mereka bebas menggunakan seenak udelnya,
sehingga menjadi budak nafsu mereka sendiri. Kesombongan dan keangkuhan manusia
sekarang ini sudah seperti Fir’aun. Kedua; mereka telah berlaku
zholim. Perbuatan zholim adalah akibat dari kesombongan dan keangkuhan.
Akibat dari sikap seperti itu melahirkan kesewenang-wenangan, khianat, tidak adil,
tidak jujur, curang, korup, menindas dan lain-lain. Ketiga; mereka menghindari
nikmat Allah SWT (kufur nikmat). Manusai jika dikarunia harta kekayaan
melimpah ruah oleh Allah, biasanya mereka semakin lupa diri dan kufur nikmat.
Puncak kealpaan meraka ialah meraka menganggap bahwa harta dan seluruh
kekayaannya itu sepenuhnya dari hasil keringat dan kemampuan ilmunya sendiri.
Akibat dari kekufurannya ini, mereka tidak mau menginfakkan sebagian harta
mereka kepada para mustahiknya. Keempat; mereka telah merendahkan
martabat kaum wanita. Kaum wanita dijadikan penghibur di kantor-kantor, di
Bank-bank, di pasar dan lain-lain. mereka diperintahkan memamerkan aurat mereka
untuk dijadikan alat bisnis. Akibatnya timbul perselingkuhan, perzinahan,
pemerkosaan dan pembunuhan.
Melalui tulisan ini penulis
mengajak kepada seluruh umat Islam agar melakukan taubat nashuha, perbanyak istighfar,
eratkan silaturahim dengan alam sekitar, lebih-lebih di bulan suci Ramadhan
ini. Semoga.
Mursana, M.Ag. : Ketua Pokjaluh Kandepag
Kab.Cirebon, Alumni Pesantren Darussalam Ciamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar