MEWASPADAI PERAYAAN VALENTINE’S DAY
Oleh :Mursana, M.Ag*
Setiap menjelang tanggal 14 Pebruari, para remaja kita
selalu disibukan dengan persiapan menyambut kedatangan acara ritual ala barat yaitu perayaan Valentine’s Day
(Hari Kasih Sayang). Tidak diragukan lagi, media masa sangat berperan dalam
mempopulerkan istilah Valentine’s Day di negeri mayoritas muslim ini. Berbagai
acara yang menghiasi media masa: mulai dari judul sinetron, film, sampai acara
gosip infotaiment pun sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Begitu pula dengan
berbagai tempat hiburan seperti hotel, bar, restaurant dan tempat wisata yang
didominasi warna pink dan gambar hati itu nampaknya begitu serius
persiapannya dalam menyambut pesta tahunan tersebut.
Setiap remaja muslim seringkali tidak tahan terhadap gunjingan,
lalu larut dalam budaya jahiliyahl ala
barat tersebut karena takut ditinggal lokomotif modern yang dikemas manis
melalui modernisasi dan era globalisasi. Di sinilah, mementum Valentine’s Day
ini dijadikan sebagai hari kasih sayang dengan mengadakan pesta mewah untuk
mengungkapkan ungkapan kasih sayang dan “cinta penuh birahi”. Bukan sekedar
hiburan atau makan-makan, tetapi pesta itu jatuh dan menjurus kepada prilaku
yang menyimpang pada kebebasan seksual. Dari sinilah peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk menjaga agar putra-putrinya tidak terjebak ke dalam budaya
yang sesat dan menyesatkan. Apabila sudah terjebak ke dalam budaya serba boleh
seperti pergaulan bebas muda-mudi, bahkan sampai melakukan prilaku yang
menyimpang pada kebebasan seksual, maka yang hancur bukan hanya dirinya dan
masa depannya, tetapi juga orang tuanya dan masyarakat sekitar ikut terkena
sial akibat perbuatan zina yang dilakukannya. Oleh karena itu tradisi atau budaya
semacam ini jangan dilakukan, apalagi kalau sekedar ikut-ikutan karena takut
ketinggalan zaman.
Sekilas Valentine’s Day
Menurut The Encyclopedia Emerika, hari Velentine’s yang
dirayakan pada tgl.14 Pebruari itu diyakini berasal dari hari dihukum matinya seorang
Martier Kristen (Martier: Gelar kehormatan bagi mereka yang menolak untuk
meninggalkan agama kristiani dengan beralasan untuk mati) bernama Saint
Valentine, sehingga tanggal 14 Februari diperingati dengan suatu perayaan untuk
menghormati Saint Valentine tersebut. Banyak sekali versi yang menceritakan
tentang asal-usul Valentines Day. Dalam kisah lain menyebutkan bahwa
Valentine’s Day adalah Pendeta yang mengabdi pada masa pemerintahan Kaisar
Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar.
Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara
dalam jumlah yang besar. Dia berharap semua kaum lelaki untuk secara sukarela
bergabung menjadi tentara. Namun banyak yang tidak mau terjun ke medan pertempuran, karena
tidak mau meninggalkan keluarganya. Peristiwa tersebut membuat Kaisar marah,
naik pitam. Lalu dia menggagas “ide gila” dengan tidak mengizinkan kaum lelaki
kawin, maka mereka tidak akan segan-segan menjadi tentara. Velentine menganggap
bahwa ini adalah hukum biadab, sehingga velentine pun menentangnya. Penentangan
inilah yang menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman
mati pada tanggal 14 Fepruari 269 Masehi.
Dalam legenda lain disebutkan bahwa Saint Valentine
meninggalkan satu catatan, selamat tinggal kepada seorang gadis, anak seorang
sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan tanda
tangan yang berbunyi “Love From Your Valentine” selanjutnya bila diteliti lebih
jauh lagi asal usul Valentine’s Day, berkaitan pula dengan upacara
Lupercalsius, yaitu upacara penyembahan bangsa Rowawi terhadap Dewa Lupercus
(Dewa Kesuburan) yang biasa mereka selenggarakan setiap tanggal 15 Februari di
Bukit Palatine. Pada rentetan acara itu, para gadis meletakkan pesan cinta di
dalam jambangan, lalu pesan cinta itu diambil oleh pemuda , setelah itu mereka
pun berpasangan dan menari bersama dan diakhiri dengan pernikahan. Pada
Februari 494 Masehi, Dewan Gereja yang dipimpin oleh paus Gelasius, kemudian
mengubah upacara Lupercalius dari tanggal 15 menjadi 14 Februari disesuaikan
dengan hari kematian Saint Valentine. Akhirnya secara gradual tanggal 14
Februari menjadi tanggal saling tukar menukar pesan kasih dan Valentine menjadi
patron dari para penabur kasih. Tanggal ini ditandai dengan saling mengirim
puisi cinta kasih dan hadiah seperti bunga dan gula-gula, bahkan sering pula
ditandai dengan adanya kumpulan-kumpulan atau pesta dansa.
Dari beberapa versi tentang asal-usul Valentine’s Day
tersebut di atas, pertanyaannya adalah “Wajibkah (tradisi) Valentine’s Day itu
dirayakan, seperti hari raya lainya?” jawabnya “tidak perlu”. Sebab dalam
ajaran agama kita, semua hari raya mulai hari Raya Idul Fitri sampai Idul
Qurban itu mengandung nilai-nilai dan simbol kasih sayang. Misalnya dalam Idul
Qurban seorang Aghniya disunahkan untuk
berqurban lalu dagingnya dibagikan kepada fakir miskin dan masyarakat yang
membutuhkannya, bukankah ini manifestasi dari kasih sayang? Begitu juga dengan Idul
Fitri, sebelum sholat Idul Fitri, umat Islam yang masih hidup diwajibkan agar
berzakat fitrah kepada Muztahiq zakat fitrah, lalu setelah sholat Idul Fitri
disunahkan untuk bersilaturahim, saling ma’af memaafkan (halal bihalal), itu
semua merupakan simbol kasih sayang, kemudian kasih sayang tersebut diaktualisasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap hari dalam memulai pekerjaan yang baik selalu diawali
dengan bismillah (penyebutan nama
Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Itu artinya bahwa hendaklah setiap pekerjaan itu selalu didasari dengan
nilai-nilai kasih sayang. Barangkali itulah letak perbedaan yang mencolok
antara manusia dengan binatang. Mungkin masih ingat kejadian tahun 2007 yang
lalu yang menggambarkan betapa susahnya membedakan manusia dengan binatang,
akibat nilai-nilai kasih sayang sudah dicampakkan oleh manusia. Pada bulan
Maret 2007 di Malang Jawa Timur dikejutkan dengan berita seorang ibu membunuh
dua orang anaknya dan dirinya sendiri dengan alasan khawatir akan masa depan
anak-anaknya. Pada bulan Mei 2007 di Gunung Kidul Yogyakarta dikejutkan dengan
berita seorang ibu dan anaknya membakar diri hidup-hidup sampai mati di
rumahnya. Lalu pada bulan Agustus 2007, seorang ibu membunuh anak tirinya
Rasnah kelas 1 SLTP dengan alasan anak itu tidak mau mencuci piring (di
pare-pere Sulawesi Selatan), lalu berita akhir bulan Januari 2008 yang lalu,
seorang polisi ditembak mati oleh istrinya, lalu istrinya menembak dirinya
sendiri hingga tewas seketika di rumah kontrakkannya. Beberapa kasus tersebut
mengingatkan kepada kita, betapa rendahnya derajat manusia, bila nilai-nilai
kasih sayang yang ada pada setiap diri manusia itu dicampakkan begitu saja. Ia akan seperti binatang ternak, bahkan
lebih rendah darinya, begitu kata firman Allah SWT.
Jadi merayakan Velentine’s Day
seperti yang dilakukan oleh para remaja sekarang tidak perlu dilakukan, karena
budaya itu bertentangan dengan budaya kita yang menjunjung tinggi nilai-nilai
moral (akhlakul karimah) dan nilai-nilai keadilan. Setiap waktu orang hidup
harus berkasih sayang antar sesama. Jangankan kepada manusia, kepada binatang
dan tumbuh-tumbuhan pun, atau mungkin alam sekitarpun harus berkasih sayang.
Nabi saw bersabda, “sayangilah orang yang ada di bumi, niscaya orang-orang yang
dilangit akan menyayangimu, Barangsiapa yang tidak memperdulikan kasih sayang,
niscaya dia tidak akan disayangi,” tidak sempurna Iman seseorang diantaramu,
sehingga mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri”.
Demikian tulisan sederhana
ini, semoga bermanfaat kususnya untuk generasi muda agar jangan sampai terjebak
oleh setiap budaya yang datang dari barat. Karena setiap budaya yang datang
dari barat pasti membawa misi tertentu. Waspadalah, waspadalah!. Dari berbagai sumber. *(Guru MTs
Pembangunan Plumbon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar