Cari Blog Ini

Rabu, 04 Januari 2017

OPTIMALISASI PENYULUHAN AGAMA ISLAM DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KHUSUS NARKOTIKA

OPTIMALISASI PENYULUHAN AGAMA ISLAM
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KHUSUS NARKOTIKA
Oleh : Mursana, M.Ag*

Pembangunan manusia seutuhnya adalah pembangunan manusia yang bermutu tinggi baik lahiriyah maupun bathiniyah. Berkenaan dengan itu maka salah satu asas pembangunan nasional adalah asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mewujudkan manusia yang bermutu tinggi tersebut diperlukan berbagai upaya, antara lain melalui Penyuluhan Agama Islam dan Dakwah Islamiyah. Namun seiring dengan berputarnya zaman dan kemajuan di berbagai bidang nampak kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia semakin meningkat. Bahkan terkadang pelaku perbuatan maksiat itu melakukannya seperti tanpa ada rasa malu dan berdosa. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan apa itu etika, moral, dan norma agama. Mereka hanya memperturutkan hawa nafsu. Maka, maraklah perbuatan maksiat di mana-mana. Dari mulai perzinaan, perampokan, penjualan dan penggunaan obat-obatan terlarang (Narkoba) dan sejumlah kemaksiatan lainnya.
Fenomena merebaknya kemaksiatan itu, tentu saja tidak bisa dibiarkan. Perlu adanya upaya untuk membendungnya. Islam sebagai agama dakwah, ta’muruna bil ma’ruf wa tanhauna ‘anil munkar, (menyeru kepada perbuatan yang baik dan mencegah dari perbuatan munkar; maksiat) mempunyai peran penting dalam rangka menerapkan dakwah ke masyarakat.
Persoalannya adalah kerap kali penyuluhan Agama Islam atau Dakwah Islamiyah tidak memperoleh hasil yang maksimal. Dakwah atau Penyuluhan Agama Islam selalu diserukan oleh setiap muslim atau Penyuluh Agama Islam, tetapi kemaksiatan dan kemunkaran tetap tumbuh subur. Mengapa itu terjadi? Adakah yang salah dalam metode Dakwah/Penyuluhan Agama Islam? Oleh karena itu tugas para Da’i dan Penyuluh Agama Islam akan semakin berat, sehingga memerlukan cara atau metodologi dakwah/penyuluhan yang tepat agar memperoleh hasil yang diharapkan oleh Sang Penyuluh Agama Islam.
Berkenaan dengan hal tersebut penulis mencoba menguraikan sebuah pengalaman Penyuluhan Agama Islam kepada warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotik (LAPASSUSTIK) berdasarkan pengalaman langsung di LP Narkotika Cirebon.
Adapun maksud dan tujuan penyuluhan Agama Islam di LAPASSUSTIK ini adalah memberikan pemantapan-pemantapan kepada seluruh warga binaan pemasyarakatan, serta sekaligus sebagai pendorong terciptanya keimanan dan ketaqwaan yang lebih meningkat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Di samping itu juga bertujuan untuk meningkatkan ketahanan sosial warga binaan pemasyarakatan terhadap pengaruh buruk lingkungan dan mampu berinteraksi sosial secara baik dan wajar.
Metode Penyuluhan
Sebelum membicarakan Metode Penyuluhan, alangkah baiknya penulis uraikan sedikit kondisi sosial Warga Binaan LAPASSUSTIK Gintung Ciwaringin saat ini.
LAPASSUSTIK Gintung Ciwaringin yang dibangun pada tahun 1998 kemudian baru dioperasionalkan pada tahun 2002. Pada tahun 2012 ini berpenghuni lebih dari 1200 orang/warga. Tentu saja penghuni lapas ini bukan hanya berasal dari wilayah Cirebon saja, akan tetapi berasal dari berbagai propinsi dan daerah wilayah Republik Indonesia. Sudah dipastikan keanekaragaman kondisi sosial mereka pasti berbeda-beda baik bahasa, suku, warna kulit, agama, budaya, politik, latar belakang pendidikan yang otomatis akam mempengaruhi psikologi satiap warga binaan.
Setelah mengetahui dan memahami kondisi sosial warga binaan, baru kita memahami kondisi psikologi mereka. Dengan demikian penulis juga seorang Penyuluh Agama Islam segera menyusun methoda yang paling tepat dan serasi sehingga pesan-pesan penyuluhan/dakwah mengenai sasaran sesuai dengan yang dikehendaki sang penyuluh/da’i.
Methoda penyuluhan agama Islam kepada warga binaan LAPASSUSTIK tidak terlepas dari firman Allah :“Ajaklah manusia kepada jalan Allah (Tuhanmu) dengan cara yang bijaksana, dan nasehat yang baik, dan bertukar fikirlah dengan cara yang lebih baik”.
Berdasarkan firman Allah SWT. tersebut maka methodologi Penyuluhan Agama Islam yang diberlakukan di LAPASSUSTIK itu ada tiga secara garis besar yaitu :1) Hikmah (kebijaksanaan), 2) Mau’izhoh Hasanah (nasehat yang baik), 3) Mujadalah billati hiya ahsan (bertukar fikiran)
Dari ketiga methoda penyuluhan tersebut akan diuraikan secara terperinci :
1.    Hikmah (kebijaksanaan)
Dakwah atau Penyuluhan Agama Islam dengan methoda hikmah ini jangkauannya lebih luas daripada Mau’idzhoh hasanah dan Mujadalah. Sebab methoda hikmah ini ditempa dengan berbagai cara di luar Mau’izhoh hasanah dan Mujadalah sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran itu sendiri, umpamanya penyuluhan sering dilakukan dengan: a) Uswatun Hasanah atau ketauladanan yang baik. Penyuluhan melalui uswatun hasanah ini termasuk afektif walaupun tanpa banyak bicara, sebab sikap dan perbuatan itu sendiri sudah lebih dari bicara. Contoh Penyuluh Agama ketika bertemu dengan setiap warga binaan membaca salam, waktu bersin atau mendengarkan setiap warga binaan yang bersin lalu baca do’a, masuk masjid dahulukan kaki kanan dan baca salam di depan warga binaan lalu sholat sunnah tahiyatul masjid, waktu dapat musibah lalu mengucapkan innalillahi, setiap ada kejadian selalu dzikir kepada Allah, bahkan setiap memberikan penyuluhan selalu pakai lagu-lagu daerah dan lain-lain. Tepat kiranya kalau ada satu kaidah yang menyatakan: “Bukti sikap dan perbuatan lebih baik dari ucapan” Oleh karena itu, satu-satunya riwayat hidup yang paling lengkap adalah Rosulullah SAW, terbuka untuk dipelajari dan selanjutnya diikuti.
2.    Mau’izhoh Hasanah (Nasehat Yang Baik)
Yang dimaksud dengan Mau’izhoh Hasanah ialah tutur kata, pendidikan dan nasehat yang baik-baik. Adapun yang biasa digunakan dalam methoda ini antara lain: obrolan santai dengan tanya jawab antara pihak warga binaan dengan Penyuluh Agama dengan tema tertentu, ceramah umum setiap satu minggu satu kali, dan Penyuluh Agama yang intensif kepada kelompok-kelompok warga binaan dengan cara pembinaan dan pemantauan setiap saat-saat tertentu.
3.    Mujadalah (Bertukar Fikiran)
Mujadalah billati hiya ahsan adalah berdebat dengan cara yang baik tetapi kalau dihaluskan bahasanya menjadi bertukar fikiran yang baik untuk mencari mutiara kebenaran, ini berarti bahwa bertukar fikiran harus menggunakan kode etik atau kesopanan. Umpamanya bertukar fikiran tentang masalah umat Islam dewasa ini. Maka siapapun yang berbicara, berpendapat harus dihargai pendapatnya. Karena bertukar fikiran ini untuk mencari titik temu sebuah kebenaran. Bukan seperti debat kusir yang ingin menang sendiri pendapatnya. Oleh karena itu darimanapun pendapat kebenaran apakah dari penyuluh itu sendiri atau dari peserta tukar fikiran, itu harus selalu dihargai. Terkadang dilakukan dengan cara konsultasi agama apabila ada masalah-masalah tertentu. Semoga. *Ketua Pokjaluh Kab.Cirebon
Lampiran photo pembinaan di LP
Description: D:\zakky4\646SSCAM\SDC11732.JPG
Penyuluh Agama sedang memperhatikan Napi yang praktek wudhu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar