Cari Blog Ini

Kamis, 14 Desember 2017

Mars dan Himne Darussalam Ciamis

Mars Darussalam
Lirik : K.H. Irfan Hielmy
Lagu : Ule Sulaeman
Tahun 1972

Darussalam memanggilmu
Wahai segenap putra-putri
Agar cinta segala ilmu
Dihiasi budi suci

Darussalam membinamu
Agar menjadi insan kamil
Tegap trampil setiap waktu
Sanggup sendirian tampil

Pemuda harapan agama
Marilah bersiap sedia
Ilmu dengan amaliahnya
Amalmu dengan ilmunya

Besarlah cita hatimu
Bagi kejayaan bangsa



Hymne Darussalam
Lirik : K.H. Irfan Hielmy
Lagu : Eman Sudirman
Tahun : 1985

Ranah indah nyiur melambai
Darussalam nan asri
Bagimu cintaku kuukir
Di dalam hati

Muslim nan moderat citamu
Mukmin demokrat garismu
Muhsin diplomat kujunjung
Dalam kalbu menyatu

Darussalam membentuk muwahid
Misi abadi jadi mujahid
Berakal merdeka
Menjadi mujtahid berhiaskan tajdid

Ranah indah nyiur melambai
Tempat menara ilmu
Penerang patriot merdeka
Bagi bangsa kami sejati

Minggu, 03 Desember 2017

Khutbah Jumat, "Meluruskan Makna Mauludan di Cirebon"


MELURUSKAN MAKNA MAULUDAN DI CIREBON
Oleh : Mursana, M.Ag

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن

Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersyukur kepada Allah SWT pada hari jum’at ini bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1439 H. kita masih tetap bisa memenuhi undangan Allah SWT untuk melaksanakan ibadah ritual mingguan yakni Shalat Jum’at. Mudah-mudahan setiap langkah kita untuk menuju masjid kebanggaan kita ini dicatat kebaikan oleh Allah SWT untuk bekal pada hari kiamat nanti. Amin. Shalawat dan Salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan alam semesta jagat raya yakni sayyidina wa maulana Muhammad SAW beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan para pengikutNya termasuk kita semua sampai akhir zaman. Amin ya rabbal ‘alamin

Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Menurut sejarah Islam, ketika perang salib banyak sekali tokoh sejarah Islam yang gugur dalam pertempuran melawan kaum Nasrani. Maka pada zaman Salahudin Al-Ayubi diadakan sayembara membuat karya tulis khususnya sejarah perjuangan Rasulullah SAW (Sirah Nabawy). Sayembara itu dimaksudkan agar umat Islam di masa yang akan datang mengetahui sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, melalui karya tulis terbaik dari para pemenang lomba tersebut. Setelah mengetahui sejarah-Nya diharapkan agar umat Islam menjadikan Beliau sebagai contoh tauladan yang baik, Uswatun hasanah, dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perkembangannya, hasil sayembara karya tulis sejarah Nabi Muhammad SAW, selalu dibaca oleh umat Islam setiap saat, terlebih lagi pada bulan Rabi’ul awal. Bacaan sholawat dan sanjungan terhadap-Nya selalu dikumandangkan dengan irama yang harmony, senantiasa terdengar di Masjid, Musholla dan Majelis Ta’lim. Di beberapa daerah pembacaan sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi SAW yang termuat dalam Majmu’ah Mawalid dibaca dalam upacara peringatan Maulud Nabi SAW. Tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal, sehingga acara tersebut terkenal dengan sebutan Mauludan atau Maulidan.
Secara bahasa Mauludan berarti hari dilahirkan Nabi Muhammad SAW. Sedangkan menurut istilah yang berkembang di masyarakat, Mauludan ialah suatu acara yang dilakukan oleh kelompok masyarakat dalam rangka memperingati  hari lahirnya Nabi akhir zaman. Setiap wilayah di tanah air ini mempunyai tradisi dan istilah yang berbeda dalam acara Mauludan. Begitu halnya di wilayah Cirebon : di Trusmi Plered terkenal terkenal dengan Selawenane dan di Keraton Kanoman terkenal dengan Panjang Jimat.
Panjang Jimat bermakna sesuatu yang dihormati secara terus menerus. Sebagian orang percaya ketika mengikuti ritual panjang jimat akan mendapat berkah dari Allah SWT. Setiap tahun, pada bulan Rabi’ul awal menjelang Mauludan (12 Rabiul awal), ratusan pedagang yang datang dari berbagai daerah memadati kawasan Keraton Kanoman dan Kesepuan. Tidak ketinggalan para pengemis, tukang falak (peramal), copet, bahkan (mohon ma’af) para pekerja seks komersial (PSK) pun ikut mengais rizki dalam rangka mencari keberkahan Mauludan.

Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Ada beberapa alasan kenapa Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini. Alasan-alasan tersebut antara lain : Pertama; Memurnihkan aqidah yang menyimpang. Dalam Sirah Nabawy dijelaskan bahwa masyarakat Jahiliyah sebenarnya Iman kepada Allah SWT, tetapi keimanan mereka kepada Allah SWT tidak sepenuhnya. Mereka di samping mentauhidkan Allah juga menjadikan Tuhan-Tuhan yang lain selain-Nya. Ketika mereka berdo’a kepada Allah SWT selalu menyertakan patung Latta dan ‘Uzza. Bahkan terkadang mereka mempunyai tradisi yang sangat lucu. Mereka membuat berhala dan patung dari batu atau makanan, lalu mereka menyembahnya. Padahal mereka lebih pandai dari Tuhan-Tuhan itu. Mereka bisa menciptakan Tuhan-Tuhan baru. Sedangkan Tuhan-Tuhan itu tidak bisa menciptakan mereka, apalagi menentukan nasib dan jalan hidup mereka.
Adapun risalah kenabian Nabi Muhammad SAW sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : Sembahlah Allah saja dan jauhilah Thaghut.” (QS An Nahl:36). Ayat ini menjadi Dalil bahwa semua Rasul pada hakekatnya mempunyai tugas yang sama yakni menyuruh umatnya agar beribadah dan bertauhid hanya kepada Allah SWT, dan menjauhi Thaghut. Menurut Umar bin Khathab, Thaghut adalah syaitan. Menurut Jabir RA, Thaghut berarti para dukun yang bersekongkol dengan syaitan, sedangkan menurut pendapat Imam Malik, Thaghut ialah segala sesuatu yang disembah selain Allah SWT.
Setelah para Nabi dan Rasul itu wafat, maka tugasnya diwariskan kepada para ulama, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
العلماء ورثة الأنبياء
“Ulama adalah pewaris para Nabi.” (Alhadist).
Syaikh Syarif Hidayatullah adalah diyakini oleh masyarakat Cirebon sebagai seorang ulama Kharismatik dan menjadi pewaris tugas para Nabi. Melalui Petatah PetitihnyaIngsun titip tajug lan fakir miskin”, menggambarkan bahwasanya Kanjeng Sunan sangat serius mengajak masyarakat Cirebon agar meyakini Tidak ada Tuhan selain Allah, Tidak ada yang disembah kecuali Allah, dan Tidak ada tempat berlindung dan mengadu kecuali Allah SWT. Sebaliknya beliau sangat membenci dan marah kepada masyarakat Cirebon yang bersekutu dengan Thaghut, seperti tergambar dalam “Ingsun titip tajug”. Oleh karena itu, andai saja Kanjeng Sunan Gunung Jati masih hidup, tentu saja beliau akan marah kepada masyarakat Cirebon, karena masih ada yang menjadikan kuburannya sebagai tempat mencari berkah dan menjadikan benda-benda pusakanya sebagai Ilah. Padahal semua itu merupakan Thaghut yang harus dijauhi. Kedua; Menyempurnakan Akhlak sebagaimana terurai dalam Sabda-Nya:
انما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Sesungguhnya aku diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak” (Alhadist).
Sekali lagi, andaikan Kanjeng Sunan masih hidup, Beliau pasti marah kepada masyarakat Cirebon, karena mereka menjadikan acara Mauludan sebagai ajang untuk bermaksiat ria, hal ini terlihat dalam semaraknya perjudian, pencopetan, mabuk-mabukan, dan pelacuran yang tersebar di sekitar komplek acara tersebut.

Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Dari paparan di atas nampaknya pemahaman masyarakat tentang makna Mauludan, semakin bertambah tahun semakin mengalami Erosi. Seharusnya pemahaman semakin tinggi tentang hakikat makna Mauludan. Karena dewasa ini masyarakat Cirebon sudah menjadi masyarakat terpelajar.
Melalui khutbah ini diharapkan masyarakat mengetahui dan memahami hakekat makna Mauludan. Bahwa hakekat makna Mauludan itu adalah memperingati hari lahir Nabi akhir zaman Muhammad SAW, agar umat Islam mengerti bagaimana sejarah hidup, perjuangan dan ajaran-ajaran-Nya, kemudian bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam firman Allah SWT:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab:21).
Setelah acara Mauludan selesai, diharapkan membawa perubahan bagi umat Islam menuju ke arah yang lebih baik. Sebelum Mauludan ibadah shalat, zakat dan puasa sering diabaikan, setelah Mauludan diharapkan lebih serius lagi dalam menunaikan kewajiban sebagai hamba. Juga diharapkan membawa peningkatan Iman dan Taqwa bagi umat Islam, sehingga menjadi umat pilihan (khairu umat) yang selalu istiqomah dalam menegakkan Amar ma’ruf dan Nahi munkar.
Tradisi Mauludan yang ada di Cirebon harus dilestarikan dengan baik untuk pembelajaran generasi yang akan datang, hal-hal yang mengotori hakekat makna dari Mauludan sebaiknya segera dibersihkan dan diluruskan. Tugas para ulama, da’i, guru agama, dan penyuluh agama Islam di Cirebon yang paling mendesak adalah membimbing dan mengarahkan para Kuncen dan petugas yang terkait, agar menginformasikan kepada para pengunjung jangan sampai terjebak dalam jurang kemusyrikan. Begitu juga aparat keamanan, agar menindak tegas siapa saja yang melakukan praktek-praktek maksiat yang menimbulkan Kota Wali ini ternoda.

Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Demikian khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan pada kesempatan ini, semoga menjadi renungan kita semua agar segera kembali bertauhid hanya kepada  Allah SWT. Amin ya rabbal’alamin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah kedua diserahkan kepada Khatib masing-masing