MENCARI FIGUR PEMIMPIN
IDEAL
Oleh : Mursana, M.Ag.
Pada awal Pebruari 2008 lalu sejumlah tokoh di Kabupaten
Cirebon ramai berbondong-bondong meminang Partai tertentu untuk bertarung pada
Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Cirebon yang akan dilaksanakan beberapa bulan
lagi setelah masyarakat Jawa Barat memilih Calon Gubernur dan Wakilnya pada
bulan April besok. Pada bulan ini sebagian partai telah membuka pendaftaran
penjaringan Calon Bupati dan Wakilnya. Berbagai obrolan kecil pun di
warung-warung kopi, Pos Kamling, Kantor, Majelis Taklim dan tempat kumpulan
lainnya, nampaknya sudah mulai heboh membicarakan tentang siapa kira-kira calon
yang pantas untuk memimpin Kabupaten Cirebon? Mayoritas ibu-ibu pengajian di
majelis taklim berpendapat, “Siapapun yang akan menjadi Bupati dan wakilnya,
yang penting adalah harus bisa menyejahterakan warga Cirebon .” Menurut mereka kondisi masyarakat
saat ini betul-betul memprihatinkan di mana harga sembako naik terus, lapangan
kerja semakin sulit, pengangguran semakin melilit, belum lagi biaya pendidikan
menengah dan tinggi, serta biaya kesehatan yang tidak terjangkau oleh
masyarakat kecil.
Melihat kondisi masyarakat seperti ini, beberapa orang
tokoh yang akan berkompetisi dalam pemilihan kepala daerah mendatang sudah
mulai berkampanye dengan berbagai cara. Ada
yang melakukan Road Show dari kampung
ke kampung dengan dalih pembagian sumbangan kepada para yatim piatu dan janda,
ada pula yang melakukannya dengan cara cukup memasang tanda gambarnya dengan
mottonya melalui pamflet dan spanduk yang dipasang pada tihang listrik dan
jalan-jalan keramaian. Bahkan ada juga yang melakukannya dengan cara memasang
iklan melalui media massa .
Pastinya, Pesta Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Cirebon diprediksi bakal ramai melebihi Kotamadya kemarin.
Melalui tulisan ini, penulis menghimbau kepada seluruh
warga masyarakat Kabupaten Cirebon agar tidak terjebak dan terhipnotis dengan
janji-janji dan program yang muluk-muluk
dari masing-masing kandidat tersebut. Sudah menjadi tradisi dalam kampanye itu,
seorang calon pemimpin biasanya menawarkan barang
dagangannya dengan bujukan, propaganda dan rayuan kepada para pembeli agar
mau membeli produk yang ia dagangkan.
Dengan demikian, apabila warga Kabupaten Cirebon
mengingnkan daerah ini aman, sejahtera masyarakatnya (ekonomi, pendidikan,
kesehatan terpenuhi), subur tanahnya dan makmur kehidupan rakyatnya, maka
pilihlah calon pemimpin yang sudah terbukti melaksanakan wasiat sang Waliyullah
tersebut.
Makna Wasiat Sunan Gunung
Jati
Apa makna sesungguhnya di balik wasiat “Ingsun titip Tajug lan Fakir Miskin”
sehingga Beliau berhasil memimpin Cirebon .
Dalam tulisan ini akan diuraikan secara jelas pemahaman makna dari wasiat kanjeng sinuhun, sebagai berikut:
Pertama, Ingsun titip Tajug. Beliau berpesan agar wong Cirebon
selalu memelihara Tajug. Tajug adalah masjid tempat umat Islam melakukan ibadah
ritual (Mahdhoh) seperti sholat lima
waktu : Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Di manapun dan dalam keadaan
apapun wong Cirebon , jangan pernah meremehkan, apalagi
melupakan tajug. Tajug harus dimakmurkan dengan kegiatan ibadah ritual seperti
sholat dan dzikir dan ibadah sosial seperti pemberdayaan umat melalui
pendidikan Madrasah Diniyah, TKQ dan TPQ, juga melalui pengembangan ekonomi
ke-umatan. Tentu saja harus diawali oleh Bupati dan jajarannya termasuk para
Kepala Dinas yang ada di bawahnya. Bagaimanapun juga mereka itu adalah seorang
Imam yang harus diikuti dan diamini segala program dan aksinya oleh
makmum/rakyat.
Pada masa Khulafaur Rosyidin, Abu Bakar As-Shidiq kenapa
terpilih oleh para shahabat lainnya sebagai khalifah/pengganti Rasulullah SAW?
Karena didasarkan kepada suatu peristiwa ketika Rasulullah SAW tidak ke masjid
beberapa hari (sebab sakit), lalu Beliau menyuruh Abu Bakar As-Shidiq untuk
menjadi Imam Masjid sebagai pengganti-Nya. Berdasarkan dari kepemimpinan sholat
dan manajement masjid inilah Abu Bakar terpilih sebagai seorang pemimpin
pengganti Rasulullah SAW. Dan ternyata Dia sukses mengemban tugas ini, sehingga
Islam semakin berkembang di luar negeri Arab.
Hikmah apa yang bisa dipetik dari kepemimpinan sholat
dan manajemen masjid? 1) Kedisiplinan
(almatiin) waktu dalam menjalankan tugas. Bisa dilihat, bagaimana giatnya umat
Islam menjalankan ibadah sholat, bila waktu telah tiba, baik di waktu siang
maupun malam. Karena sholat harus didirikan pada waktunya, begitu kata firman
Allah SWT dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Juga disiplin dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsi antara Imam dan Makmum. Kewajiban makmum adalah mengikuti
program dan kebijakan seorang Imam. Maka jika Imam berdiri, makmum juga harus
berdiri. Imam sujud, makmum juga harus sujud. Begitu juga jika Imam duduk,
makmum juga harus duduk dan seterusnya. Belajar dari sholat inilah seorang
pemimpin dan yang dipimpin harus disiplin waktu dan menjalankan tugas sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Kedisiplinan saja tidak cukup, maka
harus dibarengi dengan yang ke 2) Tanggung jawab (Al-Wakiil) dalam
menjalankan tugas. Orang yang sholat sangat bertanggung jawab, karena kelak
sholatnya itu akan dimintai pertanggungjawaban pada hari akhir nanti. Sesuai
dengan hadits Rasulullah SAW, bahwa amal yang paling pertama ditanya pada hari
kiamat adalah sholat, bila sholatnya baik maka baiklah amalan yang lain. Bila
sholatnya jelek maka jeleklah amalan yang lain. Seorang pemimpin harus
bertanggung jawab kepada rakyat, dengan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik
sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Ini terlihat dalam sholat, ketika
Imam harus bertanggungjawab kepada para jama’ahnya sesuai dengan tuntunan
syari’at Islam. 3) Menjunjung tinggi nilai-nilai
kejujuran (Al-Mu’min). Di dalam sholat diajarkan agar setiap orang Islam
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, hal ini bisa dirasakan ketika
seseorang melaksanakan sholat, ia tidak berani sedikitpun untuk mengurangi atau
menambagi rokaat sholat. Inilah perwujudan dari nilai-nilai kejujuran.
Kejujuran seorang pemimpin sangat dibutuhkan untuk menyejahterakan rakyat.
Krisis multidimensi yang melanda negeri ini disebabkan karena hilangnya nilai-nilai
kejujuran di kalangan para pemimpin. 4) Bekerjasama
(al jami’). Ibarat mendirikan sebuah bangunan, diperlukan kerjasama yang baik
dengan berbagai pihak agar bangunanitu bisa selesai dengan sempurna. Begitu
pula dengan mendirikan sholat berjama’ah, diperlukan juga kerja sama antara
Muadzin, Imam dan Ma’mum. Seorang pemimpin tidak ada apa-apanya tanpa adanya
kerjasama dengan bawahannya. 5) Menegakkan keadailan
(al’adlu). Bagi jama’ah shalat yang datang lebih dulu maka barisannya menempati
jajaran paling depan. Sedangkan bagi jama’ah yang datangnya terlambat harus
menempati jajaran paling belakang. Ketika Imam sujud, semua jama’ah (ma’mum)
wajib sujud apapun status sosialnya di masyarakat. Demikian juga ketika Imam
berdiri, ruku, atau gerakan shalat lainnya, dalam keadaan apapun, ma’mum wajib
mengikuti Imam. Termasuk keadilan dalam sholat lainnya adalah adanya dispensasi
(rukhsah). Seperti ketika seorang mau melakukan perjalanan jauh, maka ia boleh
melaksanakannya dengan dijama’ (digabungkan 2 sholat : Zhuhur dengan Asar dan
Magrib dengan Isya’) atau bisa saja dengan menggunakan Qhasar (menyingkat
bangsa empat rokaat menjadi rua rokaat). Seorang pemimpin tidak boleh tebang
pilih dalam mengambil kebijakan. Walaupun ketika Pemilihan Kepala Daerah ada
beberapa wilayah yang tidak memilihnya, maka ketika menjadi seorang Bupati dan
wakilnya tidak boleh memarjinalkan wilayah tersebut. Jadi harus bersikap adil
dan tidak ada diskriminatif. 6) Mempunyai visi
ke depan (al-akhir). Visi di dalam sholat adalah Assalam (kesejahteraan dan
kedamaian). Seorang Bupati ke depan harus bisa dan mampu menyejahterakan rakyat
dan menjadikan daerahnya aman dan damai sehingga masyarakat kondusif. 7)
Mempunyai kepedulian yang tinggi
(Assami’ dan al bashiir). Imam harus melihat dan mendengar keadaan jamaahnya.
Lafadz “Amiin” diucapkan ma’mum adalah symbol suara rakyat harus didengar.
Sedangkan lafadz “salam” dengan menengokkan kepala ke kanan dan ke kiri adalah
symbol seorang Bupati harus bisa melihat keadaan rakyatnya (peduli). Setelah melihat
dan mendengar lalu bagaimana solusinya memecahkan problematika sosial ini. 8) Demokrasi harus dipelihara. Ketika Imam
itu salah atau lupa dalam gerakan sholat, lalu ma’mum mengingatkannya dengan
bacaan “Subhanallah” maka Imam harus memperhatikan aspirasi ma’mum. Begitu pula
kalau Imam itu lalai dalam salah satu bacaan shalat dan makmum mengingatkannya,
maka Imam harus introspeksi diri dengan cara sujud sahwi. Seorang Bupati tidak
boleh menutup mata dan telinga, harus bisa menerima apabila dikritik atau
diingatkan oleh rakyatnya. Jangan lupa Bupati juga manusia: bisa benar, bisa
juga salah.
Tajug adalah simbol kesinergian antara hamba dengan
Tuhannya dengan istilah al-Qur’annya hablum
minallah. Karena walaupun bagaimanapun hidup di dunia ini tanpa Allah tidak
ada apa-apanya.
Kedua, ingsun titip fakir miskin. Fakir miskin adalah simbol kesinergian
hubungan antara sesama manusia (hablum
minannas). Prioritas utama Bupati mendatang adalah mengentaskan kemiskinan
dengan cara memperbanyak lapangan pekerjaan: bangkitkan kembali industri rotan,
batik, pertanian agar tidak banyak yang menganggur. Prioritas kedua adalah
menstabilkan Ekonomi Kerakyatan: turunkan harga minyak dan sembilan bahan pokok
makanan. Prioritas ketiga adalah pendidikan dan kesehatan gratis untuk wong cilik. Apabila wasiat Kanjeng
Sinuhun ini benar-benar dilaksanakan oleh Bupati mendatang, Insya Allah
kabupaten Cirebon
menjadi kabupaten yang Baldatun
Thayibatun wa rabbun ghofuur (Daerah yang subur, makmur, aman, sejahtera,
dan dalam ampunan Allah). Sebaliknya bila pesan tersebut diabaikan oleh Bupati
mendatang, maka bersiap-siaplah terkena musibah dan kehinaan. Seperti
diungkapkan dalam Al-qur’an : “Mereka ditimpa kehinaan dimana saja mereka
berada, kecuali jika mereka berpegang teguh kepada tali agama Allah dan tali
perjanjian dengan manusia” (Q.S Ali Imron : 112).
Demikianlah tulisan sederhana ini, mudah-mudahan menjadi
pencerahan kepada masyarakat agar tidak terpedaya dengan janji-janji bohong calon
Bupati dan Wakilnya. Jangan melihat bagaimana penampilan para calon, tapi
lihatlah visi dan misi mereka dengan dibuktikan aksi yang nyata di lapangan.
Semoga.
* Mursana, M.Ag, Penyuluh Agama Islam
Kec. Plumbon Kandepag Kab. Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar