PESAN SPIRITUAL UNTUK CALEG
Oleh:
Mursana, M.Ag
Rakyat Indonesia
baru saja telah melaksanakan Pesta Demokrasi Pemilihan Umum. Pemilu yang yang
diselenggarakan pada tanggal 09 April 2009 lalu itu bertujuan untuk memilih
calon legislatif (wakil rakyat) pada formasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten / Kota, DPRD Propinsi, DPR Pusat, dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) yang diikuti oleh 44 Partai Politik. Agenda acara lima tahunan tersebut sangat berbeda dengan
pemilu-pemilu sebelumnya. Jika pada pemilu sebelumnya menggunakan nomor urut
sebagai nominasi yang berhak menjadi wakil rakyat, akan tetapi pada pemilu
tahun 2009 menggunakan sistem suara terbanyak yang berhak menjadi wakil rakyat,
baik untuk formasi DPRD Kabupaten / Kota, DPRD Propinsi, DPR Pusat, maupun
untuk DPD. Sistem seperti ini akan membuka peluang bagi semua caleg untuk
mendapatkan kursi. Karena bukan nomor urut lagi yang berhak mendapatkan kursi,
melainkan suara terbanyak yang mencapai target satu kursi yang berhak menjadi
wakil rakyat. Keadaan inilah yang membuat setiap caleg berjuang habis-habisan
pada masa kampanye mencari simpati kepada masyarakat. Tentu saja memakan biaya
yang tidak sedikit. Biaya kampanye dipergunakan untuk sosialisasi, akomodasi,
tim sukses, dan bentuk-bentuk simpati lainnya.
Sangat disayangkan, para caleg yang mengikuti kompetisi
pada pemilu tahun 2009 ternyata tidak semua mempunyai nawaitu yang tulus ikhlas, sehingga
bisa terlihat ketika pada penghitungan suara sementara Komisi Pemilihan Umum
suaranya tidak memenuhi suara satu kursi, mereka stress, depresi, bahkan lebih
memalukan lagi dari caleg partai tetentu ada yang mengambil kembali karpet
sumbangannya dari Majelis Ta’lim gara-gara suaranya sedikit. Padahal pada waktu
kampanye karpet itu diberikan kepada Majelis Ta’lim dengan cuma-cuma.
Untuk menghindari stress, depresi, atau frustasi yang
berlebihan, barangkali tidak ada salahnya apabila para caleg yang kalah dalam
kompetisi pemilu yang lalu bekenan melihat dan berguru kepada kehidupan seekor
burung dan cacing (baca Permadi Alibasya) yang ada di sekitar tempat
tinggalnya. Coba lihat dan perhatikan dengan mata hati nurani kita!. Seekor
burung setiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa mengetahui
di mana ia harus mendapatkannya. Karena itu, terkadang sore hari ia pulang
dalam keadaan perut kenyang, terkadang ia pulang dengan membawa oleh-oleh
makanan untuk keluarganya, tetapi sering juga ia pulang dalam keadaan perut
masih keroncongan. Meskipun nampaknya burung lebih sering kekurangan makanan
karena tidak mempunyai tempat kerja yang tetap, apalagi setelah lahannya diobrak-abrik
oleh manusia untuk membangun Pabrik Rotan, Perumahan, dan Jalan Tol
Palimanan – Plumbon - Kanci, namun yang
jelas dan pasti, kita tidak pernah mendengar dan melihat ada burung yang stress
atau depresi, apalagi berusaha untuk bunuh diri dengan cara membenturkan
kepalanya ke batu cadas, atau gantung diri, bahkan sampai membakar diri karena
takut tidak bisa memberi makanan kepada keluarganya seperti yang pernah
dilakukan oleh manusia beberapa bulan yang lalu. Padahal burung, tempat mencari
makanannya tidak pasti. Nampaknya seekor burung sangat menyadari betul bahwa
demikianlah hidup, terkadang ada di atas, terkadang juga ada di bawah,
terkadang ada kemudahan, terkadang juga ada kesulitan. Sewaktu-waktu perut
kenyang, sewaktu-waktu juga perut lapar dan seterusnya.
Berbeda halnya dengan seekor cacing yang kehidupannya
jauh lebih tidak menguntungkan dari pada burung. Seekor cacing seolah-olah ia
tidak punya sarana untuk mencari makanannya. Coba lihat dan perhatikan dengan
seksama!. Seekor cacing tidak mempunyai tangan dan kaki atau bahkan ia tidak
mempunyai mata, kaki, dan telinga. Seekor cacing serupa tentunya dengan makhluk
yang lainnya. Ia mempunya perut yang apabila tidak diisi dengan makanan, ia
kelaparan dan akan mati. Walaupun dalam keadaan seperti seekor burung dan
cacing, tetapi ia selalu berusaha, tawakkal dan qona’ah. Bagaimana dengan kondisi
caleg yang dianugerahi akal pikiran luar biasa dibanding kedua binatang tersebut?
Betapa malu dan bodohnya caleg apabila dikalahkan oleh seekor burung, apalagi
oleh cacing. Bergurulah kepada seekor burung dan cacing. Jangan mudah putus
asa. Perlu diingat bahwa dunia ini luas, tidak sesempit kuburan. Bila gagal
bekerja sebagai wakil rakyat di DPRD Kabupaten / Kota, DPRD Propinsi, DPR
Pusat, maupun untuk DPD, kenapa tidak mencari tempat usaha lain yang lebih
menjanjikan daripada di tempat tersebut. Misalnya saja bertani, bercocok tanam,
berjualan, atau bisnis barang-barang bekas seperti yang dilakukan oleh
masyarakat panguragan. Pokoknya usaha apapun wajib dilakukan. Adapun hasil dari
usaha tersebut, serahkan sepenuhnya kepada Allah swt. Pasti Allah Swt. akan
memberi rizki bagi para hambanya yang mau berusaha.
Islam sebagai Agama rahmatal lil’alamiin memiliki
konsep sabar dan syukur. Bila kedua konsep ini dijalankan oleh umatnya, maka ia
akan merasakan ketentraman dalam hidupnya. Orang yang sabar memiliki jiwa teguh
dan kuat, apabila menghadapi berbagai tantangan, musibah, jiwanya tidak akan
pernah goyah, tidak pula gelisah, panik dan tidak hilang sikap keseimbangannya.
Setiap orang yang memiliki sikap kesabaran, ia tidak akan mudah menyerah, atau
putus asa dalam melakukan usahanya, sekalipun pernah melakukan atau menjumpai
kegagalan. Sedangkan perintah bersyukur setelah mendapat nikmat dalam Al-Qur’an
sangat ditekankan sekali. Sehingga orang yang tidak mau bersyukur nikmat
diancam oleh Allah dengan siksaan yang pedih (Ibrahim:7). Hikmah dari orang
yang selalu syukur nikmat adalah akan senantiasa merasakan ketenangan dan
kebahagiaan hidup, karena orang yang bersyukur selalu terhindar dari
sifat-sifat tamak/rakus. Falsafah sunda mengatakan saeutik mahi, loba nyesa bahkan tiasa mereh. Sedikit: cukup, banyak: tersisa, bahkan bisa
memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan (infaq).Ia menyadari bahwa
segala sesuatu yang terjadi di dunia ini semata-mata rencana dan kehendak-Nya.
Dia Maha Mengetahui tentang segala sesuatu yang terjadi dan akan terjadi di
masa yang akan datang. Orang yang bersyukur akan selalu merasa cukup dan
puas terhadap rizki yang Allah berikan. Karena senantiasa menerima dengan
ikhlas dan Ridho segala pemberian Allah. Hidup adalah cobaan. Kepada caleg yang
memenangkan kompetisi pemilu lalu, hakekatnya sedang diuji apakah mau bersyukur
atau tidak? Bagi caleg yang kalah, hakekatnya juga sedang diuji oleh Allah,
apakah bisa sabar atau tidak?
Hidup di dunia adalah permainan. Dalam permainan pasti
ada yang kalah ada yang menang. Barangsiapa yang memenangkan permainan, tidak pantas
berlaku sombong. Dan bagi siapa yang kalah dalam permainan, tidak patut baginya
berputus asa. Sebaik-baik orang yang menang adalah yang mau bersyukur. Dan
sebaik-baik orang yang kalah adalah yang mau bersabar. Kepada Allah-lah tempat
kita kembali.
Kepada caleg yang menang tentunya beberapa bulan lagi
akan dilantik menjadi seorang pejabat Negara yang terhormat. Jadilah pejabat
yang jujur, adil, dan amanat. Jangan sekali-kali sombong dan khianati
kepercayaan dari rakyat. Sesungguhnya jabatan adalah amanat/titipan dari Allah.
Dan atas kehendakNya pangkat dan jabatan manusia pasti akan dicabut olehNya.
Sebab suatu jabatan atau pangkat sebenarnya adalah untuk ditunaikan fungsinya
bukan untuk kesombongan. K.H.Abdullah Gymnastiar atau yang dikenal AA Gym
selalu mengingatkan dalam berbagai kesempatan, bahwa kita sebagai manusia perlu
berguru kehidupan kepada seorang tukang parkir. Coba perhatikan kehidupan si
tukang parkir. Saudara kita yang selalu mengenakan/memakai seragam kuning atau
orange ini sering kita jumpai di depan supermarket atau depan toko-toko, di
setiap keramaian kota .
Semua orang tahu siapa si tukang parkir ini. Hanya bermodalkan karcis kecil dan
pluit, ia bisa mengeruk rizki setiap harinya untuk anak dan istri serta
keluarganya. Ketika di lahan/area parkirnya begitu banyak mobil mewah atau
motor keluaran terbaru, tetapi ia tidak sombong. Si tukang parkir selalu
berusaha keras untuk menjaga kendaraan parkirannya sebaik mungkin. Begitu juga
ketika kendaraan mobil mewah dan berbagai jenis motor itu, satu per satu
meninggalkannya, ia tidak pernah sedih atau berputus asa. Bahkan ia selalu
ramah dan memasang senyum lebar di bibirnya. Kenapa tukang parkir bisa seperti
itu? Jawabannya karena sadar betul bahwa ia hanya bertugas menjaga dan merawat
barang titipan itu dengan sebaik-baiknya. Ia tidak pernah merasa memiliki mobil
mewah atau motor tersebut, karena memang bukan miliknya. Ia yakin suatu saat
nanti mobil atau motornya, diambil kembali oleh sang pemiliknya.
Begitupun dengan atribut dan embel-embel yang selalu
direbutkan banyak orang seperti pangkat, jabatan, kedudukan, harta benda yang
melimpah, dan kecantikan, sesungguhnya adalah milik Allah Swt. yang diamanatkan
kepada makhluk-Nya. Dan pada saatnya nanti kalau yang maha memiliki dan
menguasai alam semesta (Al-Malik) akan mengambil titipan-Nya, maka mau tidak
mau harus ikhlas menyerahkannya.
Oleh karena itu tidak pantas bagi
manusia berlaku sombong di atas bumi ini, Allah Swt. berfirman: “Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya kamu
tidak akan mampu menembus (dalam) nya bumi, dan tidak akan mampu melebihi
tingginya gunung” QS. Al-Isro’ : 37.
Akibat dari kecongkakan dan kesombongan manusia di muka
bumi ini, jangan heran kalau Allah Swt. memberikan teguran/peringatan berbentuk
tsunami, gempa, longsor, wabah penyakit flu burung, demam berdarah, kebakaran,
angin puting beliung, tsunami kecil di Gintung tanggerang dan lain-lain, yang
bertujuan agar manusia kembali lagi ke jalan Tuhannya. Wa Inna Ilaihi
Raji’uun. Semoga.
* Mursana, M.Ag. : Ketua
Pokjaluh Kandepag Kab. Cirebon ,
alumni Pesantren Darussalam Ciamis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar