Berguru
Kepada Anjing
Oleh : Mursana
“Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siska neraka.” (QS. 3 : 191).
Di dalam sebagian masyarakat Cirebon , anjing yang bahasa Cirebonnya kirik adalah binatang yang selalu
menjadi sasaran/objek penderita. Ketika seseorang sedang sial dia selalu
mengatakan kirik, begitu pula jika
terkena musibah, mendapat nikmat atau yang lainnya tidak pernah luput
mengatakan kirik. Hal ini terjadi
karena mungkin dia itu latah atau
karena tidak mengerti bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak
pernah terlepas sedikitpun dari Irodat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi
seyogyanya segala sesuatu yang terjadi di alam ini kita kembalikan kepada
Allah, bukan kepada anjing atau makhluk lainnya.
Imam Nawawi Al-Bantani, seorang ulama asal Banten
Indonesia yang karyanya tersebar ke seluruh pelosok dunia pernah mengemukakan
dalam salah satu karyanya yang sering dibaca di pesantren-pesantren yang ada di
Nusantara ini yaitu Syarhu Kaasyifatus
Saja’alaa Safiinatin Najaa Fii Ushuuulid Dinii Walfiqhi, pada halaman 42,
dalam sub pembahasan Hikmah, sebagai
berikut:
Di dalam diri anjing terdapat sepuluh sifat keteladanan,
yang diantaranya patut dimiliki oleh setiap insan yang beriman, yakni :
Pertama : Gemar
mengosongkan perut. Inilah salah satu sifat orang yang sholeh.
Menurut penelitian ahli kesehatan, bahwa hampir sebagian besar
penyakit berasal dari makanan, memang bisa dirasakan apabila perut itu penuh
dengan makanan maka kita seperti orang sakit, malas melakukan aktifitas apapun,
kecuali tiduran. Maka pantas kalau Rasulullah Saw. pernah mengatakan: “Hati-hatilah kalian terhadap perut yang
berisi penuh dengan makanan dan minuman, karena akan merusak kesehatan jasmani
dan malas mendirikan Sholat. Maka sederhanakanlah dalam makan dan minum, yang demikian
itu akan lebih menyehatkan jasmai. (HR.Bukhori). Hal senada juga pernah
disampaikan oleh sahabat Ali bahwa obat penawar hati itu ada lima perkara. Diantara yang lima itu ada kata-kata, “hendaklah perut senantiasa dalam keadaan kosong.” Apalagi kalau
kita sering melakukan ibadah puasa baik yang wajib atau yang sunnah, maka
jasmani kita akan terasa sehat. “Berpuasalah
maka kalian akan sehat,” begitu sabda Nabi Saw. Kalau anjing saja bisa
seperti itu, kenapa kita tidak bisa.
Kedua : Tidak
tidur malam hari kecuali sedikit saja. Hal ini menjadi salah satu sifat dari
orang-orang ahli Tahajud.
Banyak sekali hadits Nabi Saw yang menceritakan tentang keutamaan
Tahajud (Qiyamul Lail) diantaranya adalah: “Tuhan
kami Allah akan turun ke langit dunia
pada waktu sepertiga malam terakhir, lalu Dia menyeru: Adakah orang-orang yang
meminta, pasti akan kuberi dan adakah orang-orang yang mengharap/memohon ampunan,
pasti akan Ku ampuni baginya, sampai tiba waktu Subuh.”
Bagi Nabi Saw. sholat tahajud
merupakan kefardhuan, makanya beliau tidak pernah melewatkan sholat yang satu
ini walaupun dalam keadaan musafir. Itu semua Beliau lakukan karena betapa
utamanya Qiyamul Lail/Tahajud.
Bagaimana dengan kita? Yang mengaku umat pilihan.
Ketiga : Kalupun
sehari ia diusir seribu kali, ia tak akan hengkang dari pintu rumah tuannya.
Inilai salah satu sifat dari oran-orang sidik.
Orang mu’min yang setia kepada Allah SWT. ia tidak akan goyah
sedikitpun ke imanannya kepada Allah, walau berbagai cobaan dan ujian selalu
menerpanya. Anjing adalah sosok binatang yang setia kepada tuannya. Bagaimana
dengan kita? Apakah kita juga seorang hamba yang setia kepada Tuhannya?
Bukankah setiap sholat kita selalu berjanji setia kepada Allah. “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan
matiku semata-mata hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam.” Tanyakan kepada
nuranimu, apakah kita sudah bisa melaksanakan janji itu?
Keempat : Bila
ia mati pantang meninggalkan warisan yang berlebihan. Inilah ciri-ciri orang
Zuhud.
Zuhud adalah meninggalkan rasa cinta yang berlebihan terhadap dunia.
Karenanya bagi orang zuhud akhirat adalah tujuan utama. Orang yang zuhud selalu
bekerja keras untuk kehidupan dunianya, tetapi ia tidak menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan dunianya. Sebab bagi dia kehidupan dunia penuh
dengan permainan dan tipu daya. Begitu kata Al-Qur’an. Bagamaina dengan prilaku
pejabat kita? Mereka kalau mati meninggalkan warisan untuk beberapa turunan,
padahal harta tersebut diperoleh dengan cara tidak halal.
Kelima : Selalu
merasa puas meski menempati bumi di tempat yang paling hina sekalipun. Inilah
salah satu tanda dari orang-orang yang ridho terhadap ketentuan Allah.
Mungkin kita masih ingat tentang berita dari Jawa Tengah yang sangat
mencengangkan beberapa bulan yang lalu, ketika seorang Wakapolwiltabes Semarang
ditembak mati oleh anak buahnya gara-gara ia dipindah tugasnya dari tempat yang
“basah” ke tempat yang “kering”, padahal kalau disadari dengan baik bahwa
rizki, celaka, jodoh, pati itu adalah takdir Allah SWT. Kita wajib menerimanya
dengan ikhlas dan ridho. Seekor anjing binatang yang hina bisa seperti itu.
Bisakah para pejabat kita ridho dan ikhlas apabila suatu saat dipindah tugaskan
ke tempat yang lebih “kering”? harus bisa
dan pasti bisa.
Keenam : Memandangi
setiap orang yang memandanginya sampai dilemparkan kepadanya sesuap makanan.
Orang ikhlas kepada Allah, ia pantang berputus asa untuk selalu
berdo’a, berharap dan mohon ampun kepada Allah, hingga mendapatkan apa yang
diutarakan.
Ketujuh : Kalaupun
diusir dan ditaburi debu, ia tak akan marah dan mendendam tuannya. Inilah salah
satu akhlak orang-orang yang asyik (rindhu bertemu tuhan).
Orang-orang yang selalu merindukan bertemu Allah, ia akan istiqomah,
tidak takut dengan situasi apapun, bahkan apabila ada kejadian yang tidak
mengenakan menerpa dirinya, ia ikhlas menerimanya karena bagi dia bertemu Allah
adalah tujuan utamanya.
Kedelapan : Jika
tempatnya ditempati oleh orang lain, ia rela menyingkir ke tempat yang lain.
Inilai sebagian tindakan orang-orang yang terpuji.
Orang yang terpuji adalah orang yang tepo seliro. Ia rela pindah ke tempat lain, apabila kedudukannya
ditempati orang lain yang lebih layak darinya. Dia selalu intropeksi diri dan
memandang bahwa segala sesuatu kehendak Illahi, yang menerpa dirinya, itulah
yang terbaik menurut Allah yang mengatur perjalanan seluruh isi alam jagat raya
ini.
Kesembilan : Apabila
diberi makanan sebesar apapun, ia rela menerimanya. Inilah salah satu akhlak
orang-orang yang Qona’ah.
Ia selalu rela menerima rizki yang datang dari Allah, sebesar
apapun. Ia selalu syukur apabila mendapat nikmat dan sabar apabila menerima
musibah.
Kesepuluh : Apabila
bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain, ia tidak pernah membawa bekal
yang diada-adakan, melainkan menurut kemampuannya. Inilah ciri-ciri orang yang
tawakal kepada Allah.
Alah berfirman : “Barangsiapa
yang Tawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan riskinya.”
Dari beberapa watak anjing ini kita dapat mengambil pelajaran
sebagai berikut: Kita tidak boleh merasa paling hebat, sehingga merendahkan
orang lain. Jangan lupa setiap manusia dan makhluk Tuhan lainnya mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Seekor anjing yang selalu direndahkan dan jadi
sasaran oleh sebagian masyarakat Cirebon ,
ternyata mempunyai kelebihan yang sangat luar biasa dahsyatnya. Semoga.
Penulis : Penyuluh Agama Islam Kec. Plumbon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar