Cari Blog Ini

Kamis, 12 Oktober 2017

Khutbah Jumat: Berdoa Via Tawassul

 BERDOA VIA TAWASSUL
Oleh : Mursana, M.Ag

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن
Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersyukur kepada Allah SWT pada hari ini kita masih tetap bisa memenuhi undanganNya untuk melaksanakan ibadah ritual mingguan yakni Shalat Jum’at. Mudah-mudahan setiap langkah kita untuk menuju masjid kebanggaan kita ini dicatat kebaikan oleh Allah SWT untuk bekal pada hari kiamat nanti. Amin. Shalawat dan Salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan alam semesta jagat raya yakni sayyidina wa maulana Muhammad SAW beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan para pengikutNya termasuk kita semua sampai akhir zaman. Amin ya rabbal’alamin.

Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Ijinkanlah hari ini khatib akan menjelaskan urgensinya Iman dan Amal Shalih yang Ikhlas sehingga bisa dijadikan tawassul dalam berdo’a kepada Allah SWT dari sebuah musibah yang menimpa seseorang atau umat. Terdapat dalam sebuah hadits panjang dalam kitab hadits yang sangat populer di dunia pesantren yakni kitab “Riyadhus Shalihin min kalami sayyidil mursalin” karya besar Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawy, dalam bab paling awal; Babul ikhlas wa ihdharun niyyat fi  jami’il a’mal wal aqwal wal ahwal
Dalam hadits ke 13, hadits diterima dari Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab RA, katanya: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Ada tiga orang dari golongan orang-orang sebelum kalian berangkat berpergian, sehingga dengan terpaksa mereka menempati sebuah gua untuk bermalam, kemudian merekapun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu atas mereka. Mereka berkata bahawasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian semua dari batu besar ini melainkan jikalau kalian semua berdo’a kepada Allah SWT dengan menyebutkan perbuatanmu yang baik-baik. Lalu seorang dari mereka itu berkata:
اللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوانِ شَيْخَانِ كبيرانِ، وكُنْتُ لا أغْبِقُ قَبْلَهُمَا أهْلاً ولاَ مالاً، فَنَأَى بِي طَلَب الشَّجَرِ يَوْماً فلم أَرِحْ عَلَيْهمَا حَتَّى نَامَا، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُما نَائِمَينِ، فَكَرِهْتُ أنْ أُوقِظَهُمَا وَأَنْ أغْبِقَ قَبْلَهُمَا أهْلاً أو مالاً، فَلَبَثْتُ والْقَدَحُ عَلَى يَدِي أنتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُما حَتَّى بَرِقَ الفَجْرُ والصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَميَّ، فاسْتَيْقَظَا فَشَرِبا غَبُوقَهُما . اللَّهُمَّ إنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابِتِغَاء وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هذِهِ الصَّخْرَةِ
"Ya Allah. Saya mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usianya dan saya tidak pernah memberi minum kepada siapapun sebelum keduanya itu, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu hari di tempat yang jauh, saya mencari kayu (yang dimaksud daun-daunan untuk makanan ternak). Saya belum kembali kepada kedua orang tuaku itu sampai merekapun tertidur. Selanjutnya saya pun terus memeras minuman untuk keduanya itu, dan keduanya saya temui tapi sudah tertidur. Saya enggan untuk membangunkan mereka ataupun memberikan minuman kepada seseorang sebelum keduanya, baik pada keluarga atau hamba sahaya. Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan mereka bangun dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajarpun menyingsing, Anak-anak kecil sama menangis karena kelaparan dan mereka ini ada di dekat kedua kaki saya. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka meminum minumannya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang demikian ini dengan niat benar-benar mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kita hadapi dari batu besar yang menutup ini." Lalu Batu besar itupun tiba-tiba membuka sedikit, tetapi mereka belum dapat keluar dari gua.
Orang kedua berkata:
اللَّهُمَّ إنَّهُ كانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمّ، كَانَتْ أَحَبَّ النّاسِ إليَّ وفي رواية: كُنْتُ أُحِبُّها كأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النساءَ فأَرَدْتُهَا عَلَى نَفْسِهَا فامْتَنَعَتْ منِّي حَتَّى أَلَمَّتْ بها سَنَةٌ مِنَ السِّنِينَ فَجَاءتْنِي فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمئةَ دينَارٍ عَلَى أنْ تُخَلِّيَ بَيْني وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفعَلَتْ، حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا وفي رواية: فَلَمَّا قَعَدْتُ بَينَ رِجْلَيْهَا، قالتْ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَفُضَّ الخَاتَمَ إلاّ بِحَقِّهِ، فَانصَرَفْتُ عَنْهَا وَهيَ أَحَبُّ النَّاسِ إليَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أعْطَيتُها . اللَّهُمَّ إنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابْتِغاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فيهِ
"Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai seorang anak paman yang perempuan yang merupakan orang yang tercinta bagiku dari sekalian manusia (dalam sebuah riwayat disebutkan): Saya mencintainya sebagaimana kecintaan orang-orang lelaki yang amat sangat kepada seorang perempuan, kemudian saya menginginkan dirinya, tetapi ia menolak kehendakku itu, sehingga pada suatu masa ia menghadapi kesukaran. Iapun mendatangi tempatku, lalu saya memberikan seratus dua puluh dinar padanya dengan syarat ia mau tidur denganku, maksudnya mau berzina denganku. Ia berjanji sedemikian itu. Setelah saya dapat menguasai dirinya, (dalam sebuah riwayat lain disebutkan): Setelah saya dapat duduk di antara kedua kakinya, sepupuku itu lalu berkata: "Takutlah engkau kepada Allah dan jangan membuka cincin, maksudnya cincin di sini adalah kemaluan, maka jangan melenyapkan kegadisanku ini, kecuali dengan jalan yang hak, yakni dengan perkawinan yang sah, lalu saya pun meninggalkannya, sedangkan ia adalah yang amat tercinta bagiku dari seluruh manusia dan emas yang saya berikan itu saya biarkan dimilikinya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang demikian ini dengan niat untuk mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kita hadapi ini." Batu besar itupun kemudian membuka lagi, hanya saja mereka masih juga belum dapat keluar dari dalamnya.
Dan akhirnya orang ketigapun lalu berkata:
اللَّهُمَّ اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ وأَعْطَيْتُهُمْ أجْرَهُمْ غيرَ رَجُل واحدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهبَ، فَثمَّرْتُ أجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنهُ الأمْوَالُ، فَجَاءنِي بَعدَ حِينٍ، فَقالَ: يَا عبدَ اللهِ، أَدِّ إِلَيَّ أجْرِي ، فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أجْرِكَ: مِنَ الإبلِ وَالبَقَرِ والْغَنَمِ والرَّقيقِ، فقالَ: يَا عبدَ اللهِ، لاَ تَسْتَهْزِىءْ بي! فَقُلْتُ: لاَ أسْتَهْزِئ بِكَ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فاسْتَاقَهُ فَلَمْ يتْرُكْ مِنهُ شَيئاً . الَّلهُمَّ إنْ كُنتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابِتِغَاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحنُ فِيهِ
"Ya Allah, saya mengupah beberapa kaum buruh dan semuanya telah kuberikan upahnya masing-masing, kecuali seorang lelaki. Ia meninggalkan upahnya dan terus pergi. Upahnya itu saya kembangkan sehingga bertambah banyaklah hartanya tadi. Sesudah beberapa waktu, pada suatu hari ia mendatangi saya, kemudian berkata: Hai hamba Allah, tunaikanlah sekarang upahku yang dulu itu. Saya berkata: Semua yang engkau lihat ini adalah berasal dari hasil upahmu itu, baik yang berupa unta, lembu dan kambing dan juga hamba sahaya. Ia berkata: Hai hamba Allah, janganlah engkau memperolok-olokkan aku. Saya menjawab: Saya tidak memperolok-olokkan engkau. Kemudian orang itu pun mengambil segala yang dimilikinya. Semua digiring dan tidak seekorpun yang ditinggalkan.
Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian ini dengan niat mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kita dari kesukaran yang sedang kita hadapi ini." Batu besar itupun lalu membuka lagi dan merekapun akhirnya bisa keluar dari gua itu. (Muttafaq 'alaih)

Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Sebagai kesimpulan dari cerita pendek dalam hadits tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Kita sebagai umat Islam disunnahkan berdo’a kepada Allah SWT di kala sedang dalam   keadaan   sulit,  misalnya;  mendapatkan   malapetaka, kekurangan rezeki dalam kehidupan, sedang sakit dan lain-lain.
2.    Kita disunnahkan bertawassul dengan amal perbuatan sendiri yang shalih, agar kesulitan itu segera lenyap dan diganti dengan kelapangan oleh Allah SWT.
3.    Bertawassul atau berdo’a dengan perantaraan iman dan amal shalih itu, agar permohonan kita dikabulkan oleh Allah SWT. Bertawassul dengan cara menghadirkan keimanan dan Amal Shalih seperti dalam cerita hadits tersebut disepakati oleh jumhur ulama.

Hadhirin Jama’ah Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Demikianlah khutbah sederhana ini semoga isi kandungan hadits tersebut bisa menjadi motivasi kita dalam meningkatkan kwalitas keimanan dan amal shalih pada masa yang akan datang. Amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah kedua diserahkan kepada khatib masing-masing


Tidak ada komentar:

Posting Komentar