Cari Blog Ini

Selasa, 04 Juli 2017

Khutbah Jumat Halal bi Halal 2017

PESAN SPIRITUAL HALAL BI HALAL
Oleh: Mursana, M.Ag
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Sudah menjadi tradisi umat Islam Indonesia khususnya di Cirebon, apabila selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan disempurnakan dengan zakat fitrah dan ditutup tanggal 1 Syawal dengan sholat ‘Idul Fitri dilanjutkan dengan acara halal bi halal. Acara ini dilaksanakan oleh sebagian besar umat Islam; mulai dari kalangan pejabat, birokrat tingkat atas sampai tingkat bawah, dan masyarakat umum. Biasanya acara ini berlangsung sampai akhir bulan Syawal. Modelnyapun bermacam-macam; ada yang mengundang muballigh, ada yang mengundang artis, bahkan ada yang kumpul-kumpul biasa sambil ngobrol ngalor ngidul dan makan bersama antar keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar, lalu ditutup dengan salam-salaman; saling maaf memaafkan antar peserta halal bi halal. Yang pasti dalam acara tersebut terlihat suasana kekeluargaan, persaudaraan dan keakraban. Seolah-olah antar peserta tidak punya beban masalah apapun.
Kalau kita perhatikan, Halal bi halal adalah kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata halal, diapit oleh satu huruf (kata penghubung) ba’ yang dibaca bi. Kalau kata majemuk tersebut diartikan seperti yang ditemukan dalam kamus besar bahasa Indonesia, yakni “acara ma’af memaafkan pada hari lebaran,” maka dalam halal bi halal terdapat unsur silaturrahim. Istilah kata tersebut berasal dari bahasa Arab, namun dalam masyarakat Arab Timur Tengah sebenarnya istilah itu tidak dikenal. Yang ada adalah istilah silaturrahim. Halal bi halal adalah hasil kreasi umat Islam Indonesia sendiri dan telah menjadi perbendaharaan kata keagamaan serta telah melembaga di kalangan umat Islam Indonesia. Namun istilah itu tidak ada yang tahu, sejak kapan, dimana asal usulnya, dan apa latar belakang istilah tersebut.
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Kenapa kita perlu Halal bi Halal ?
Manusia adalah makhluk yang sering salah dan lupa, seperti dikatakan dalam pepatah Arab, “Al-Insaanu Mahalul Khatha’ wan Nisyaan”.
Karena manusia tempatnya salah dan lupa, maka kadang-kadang ia menyakiti perasaan orang lain. Orang yang disakiti boleh jadi ia akan marah, dan bila marah telah menyelinap dalam hati seseorang, maka orang yang telah menyebabkan orang lain itu menjadi marah, laksana telah memutuskan hubungan persaudaraan dan hubungan kasih sayang sesama manusia atau dengan kata lain telah memutuskan silaturrahim yang tidak dibenarkan oleh ajaran Islam. Sebagaimana Rasulullah SAW. pernah mengancam orang-orang yang memutuskan silaturrahim, لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعTidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim”. (HR. Bukhori dan Muslim). Oleh karena itu tradisi halal bi halal perlu dilestarikan di Cirebon dengan alasan sebagai berikut:
Pertama : Halal bi halal sebagai wadah silaturrahim. Menurut Quraish Shihab, silaturrahim adalah kata majemuk yang diambil dari kata bahasa Arab; Shilat dan rahim. Kata shilat berakar dari kata washl yang berarti “menyambung” dan “menghimpun”. Ini berarti hanya yang terputus dan yang terserak yang dituju oleh shilat itu. Sedangkan kata Rahim pada mulanya berarti “kasih sayang”, kemudian berkembang sehingga berarti pula “peranakan” (kandungan), karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang. Jadi silaturrahim adalah suatu aktifitas untuk saling menghubungkan atau menyambungkan tali persaudaraan/ kekeluargaan, sehingga menimbulkan kasih sayang seperti menyayangi anak kandung.
Banyak sekali hadits Rasulullah SAW. yang menganjurkan umat Islam agar gemar bersilaturrahim, diantaranya adalah Rasulullah SAW. bersabda :
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Barang siapa yang menginginkan dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka bersilaturrahimlah”. (HR. Bukhori). Hadits ini mengisyaratkan bahwa: 1) Sesulit apapun rizki kita, asal mau bersilaturrahim, Allah pasti akan membukaan jalan keluarnya. Allah SWT akan memberi rizki orang tersebut dengan tidak disangka-sangka. Rizki itu bisa melalui orang yang disilaturrahimi atau mungkin dari tetangga/masyarakat sekitar dan bisa jadi dari tetangga jauh. Yang namanya rizki bukan hanya uang, bisa juga berbentuk materi yang lain seperti pakaian, kendaraan, perhiasan atau mungkin makanan. Atau bisa juga rizki itu berbentuk kesehatan jiwa dan raga. Semua anugrah Allah untuk manusia itu disebut rizki. 2) Orang yang bersilaturrahim akan dipanjangkan umurnya. Maksudnya orang yang sedang dililit masalah kehidupan yang sangat berat, sehinga dia psimis atau putus asa dalam menghadapi kenyataan hidup, setelah bersilaturrahim ada yang memberi spirit/nasehat, sehingga dia kembali semangat dalam hidup, seolah-olah dia hidup kembali.
Kedua : Halal bi halal sebagai wadah untuk saling memaafkan antar sesama. Saling memaafkan antar sesama merupakan sikap yang dianjurkan oleh Allah SWT. sebab dengan sikap tersebut, sikap dendam dan rasa marah dapat dihilangkan. Sifat dendam dan marah itulah sesungguhnya yang sering menyebabkan terjadinya berbagai tindak kekerasan dan kekejaman. Oleh karena itu dengan mengedepankan sikap saling memaafkan (meminta dan memberi maaf), perbuatan tidak terpuji itu bisa dihindari. Memang diakui bahwa tidak semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan meminta dan memberi maaf, tetapi yang jelas sikap enggan meminta dan memberi maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang. Selain itu, sikap saling memaafkan merupakan ciri orang yang taqwa. Oleh karenanya, orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain, nilai kepribadian dan ketaqwaannya sangat luhur. Itulah sebabnya sifat seperti itu senantiasa dimiliki oleh para Nabi dan Rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad SAW, para ahli sufi dan orang-orang sholeh. Sikap tersebut juga ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW yang memberi maaf kepada penduduk Mekkah yang dulu memusuhi dakwahnya, menyiksa dan  mengusirnya. Dengan sikap inilah satu persatu penduduk Mekkah masuk ke dalam Islam, hingga akhirnya seluruh penduduk Mekkah masuk Islam dengan berbondong bondong. Demikian pula beliau senantiasa meminta maaf kepada para sahabatnya dan umatnya, walaupun mereka mengakui bahwa beliau tidak pernah berbuat salah terhadap mereka. Menjelang akhir hayatnya, beliau mengumumkan dihadapan para sahabatnya bahwa beliau meminta maaf kepada mereka dan menyampaikan kepada mereka bahwa siapa-siapa yang merasa disakiti atau tersinggung selama dalam kepemimpinannya agar mereka mengemukakannya dan mempersilahkan untuk menuntut balas kepada beliau. Maka pada akhir hayatnya beliau tidak meninggalkan kesalahan sama sekali bahkan beliau meninggal dengan penuh keharuman dan ditengah-tengah kecintaan umat yang amat dalam. Sikap pemaaf Rasulullah SAW. Juga diteladani oleh para sahabatnya dan orang-orang sholeh. Dalam hal sikap saling memaafkan, Allah SWT berfirman : وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ”dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S. Ali ‘Imran:134).
Ayat ini menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, yang berarti sikap suka memberi dan meminta maaf/saling memaafkan adalah termasuk sikap orang yang bertaqwa. Namun yang masih kita prihatinkan hingga sekarang ini adalah ternyata masih banyak orang yang enggan memberi maaf atas kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, walaupun orang tersebut sudah bertaubat dan meminta maaf. Juga masih banyak orang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya kepada orang lain. Padahal jelas-jelas bahwa kesalahannya itu dilakukan olehnya. Akibat sikap enggan memberi dan meminta maaf itu, maka sifat-sifat dendam, marah, dan benci ada di masyarakat kita itu timbul akibat keengganan tersebut sulit dihilangkan. Akhirnya sifat-sifat tersebut merusak tali persaudaraan. Oleh karena itu melalui halal bi halal, mari buka dan lapangkan dada kita untuk saling memaafkan, hilangkan egoisme yang lainnya. Sesungguhnya sifat-sifat egoisme itu akan merendahkan dirinya, bukan sebaliknya. Sebaik-baiknya orang adalah oarng yang selalu merasa dirinya banyak salah, walaupun dia tidak melakukan perbuatan tersebut. Memang kalau menuruti dorongan nafsu bahwa meminta maaf itu berat, bahkan memberi maaf lebih berat lagi. Tetapi karena dorongan nurani, dorongan yang dipancarkan oleh Illahi, maka mau tidak mau, bisa tidak bisa, kita harus bisa membiasakan suatu sikap saling memaafkan antar sesama.
Hadhirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dengan demikian tradisi halal bi halal di Indonesia  harus selalu dilestarikan. Kesan bahwa halal bi halal itu ajang untuk pamer kemewahan, hura-hura, bahkan sambil mabuk-mabukan, harus dihilangkan. Halal bi halal merupakan tradisi yang suci yang lahir dari masyarakat muslim Indonesia, yang didalamnya ada silaturrahim dan sikap saling memaafkan. Kedua sikap tersebut merupakan ajaram Islam yang wajib dijunjung tinggi oleh umat Islam khususnya di Cirebon.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah kedua diserahkan kepada Khatib masing-masing


Tidak ada komentar:

Posting Komentar