Cari Blog Ini

Senin, 21 Agustus 2017

KUMPULAN NASKAH PIDATO MSQ

Kumpulan Naskah MSQ

oleh: Mursana, M.Ag


A. Secara Umum Tentang Teks.

1. Bagian Muqaddimah.
a.       Kefasihan Bacaan Salam
b.      Kefasihan Bacaan Muqaddimah ;
1)      Hamdalah
2)      Shalawat dan Salam Terhadap Nabi
c.       Kebenaran Bacaan Muqaddimah
d.      Mensifati Hamdalah Atau Menyebut Dalil al-Qur’an dan al-Hadits
e.       Mensifati Hamdalah Dengan Topik yang Ada
f.        Ungkapan Sapaan Kepada Audiens (Jama’ah)
g.      Mengemukakan Latar Belakang / Pengantar Pembahasan

2. Bagian Isi.
a.       Menjelaskan Konsep Utama Dalam Ayat
b.      Relevansi Ayat Dengan Isi
c.       Mengemukakan Maksud Ayat Secara Global
d.      Kefasihan Dalam Membaca Istilah Yang Berbahasa Asing
e.       Menyebutkan Rujukan Bacaan
f.        Memperkaya Analisis Dengan Dalil Al-Qur’an, Hadits, Peribahasa dan Sya’ir
g.      Menuangkan Asbab An-Nuzul Ayat dan Asbab al-Wurud Hadits
h.      Menunjukkan Isi Ayat Dengan Problem Kekinian Yang Dihadapi Jama’ah
i.        Memberikan Contoh

3. Sistematika Penggunaan Bahasa.
a.       Pendekatan Deduktif ( Umum Ke Khusus )
b.      Pendekatan Induktif ( Khusus Ke Umum )
c.       Bergantian Deduktif dan Induktif
d.      Penggunaan Bahasa Yang Baik, Benar, dan Etis

B. Secar Umum Tentang Intonasi, Aksentuasi, Gaya dan Mimik.

1.     Intonasi dan Aksentuasi.
a.       Menanjak
b.      Menurun
c.       Bergantian Menanjak Dan Menurun
d.      Datar
e.       Kesesuaian Volume Suara Dengan Maksud Isi Khutbah
f.        Daya Tarik Persuasif (bersifat membujuk secara halus agar menjadi yakin)

2. Gaya dan Mimik ;
a.       Kesatuan Yang Utuh (Integritas) Antara Laga Dalam Penampilan Yang Memancarkan Kewibawaan Dan Kejujuran
b.      Model Tampilan Pakaian Yang Dikenakan
c.       Keserasian Tampilan Gerak Bahasa Tubuh Dengan Maksud Isi Paparan Khutbah
d.      Ekspresi Kejiwaan
e.       Daya Tarik Persuasif (bersifat membujuk secara halus agar menjadi yakin)

C. Evaluasi Khutbah Dalam Latihan.
1.      Bertanya Dengan Orang yang Mendengarkan
2.      Rekaman Suara


















KEWAJIBAN MANUSIA MEMELIHARA DAN MEMAKMURKAN ALAM

Hadirin Rahimakumullah,
Multatuli mengibaratkan bumi Indonesia laksana jamrud yang berada di dataran khatulistiwa. Qurasish Shihab juga mengibaratkan tanah Indonesia laksana sekeping tanah sorga yang di hamaparkan di persada nusantara. Dua ungkapan tersebut menggambarkan bertapa indah dan hebatnya sumber daya alam yang kita miliki. Kita Negara kaya, sumberdaya kita potensisal, tanah kita pun subur, Namun kenyataannya masih banya rakyat yang berada dibawah garis kemiskinan, bayi-bayi kekurangan gizi, pelajar putus sekolah, bahkan rakyat mati menderita kelaparan. Mengapa hal ini terjadi? Ini disebabkan Sumber daya alam yang kita miliki belum dimanfaatkan oleh bangsa kita sendiri, melainkan dieksploitasi dikikis habis oleh bangsa-bangsa lain sebagai aksi penjajahan gaya baru.
Bahkan akhir-akhir ini akibat kecongkakan tangan-tangan manusia itu sendiri yang dibungkus sains dan teknologi telah mengikis habis keramahan alam sehingga yang nampak adalah krisis lingkungan, polusi, malapetaka atomik, menipisnya lapisan ozon di atmospir, hingga ancaman terjadinya hujan api dibeberapa belahan dunia. Fenomena tersebut menandakan ketidak harmonisan hubungan manusia dengan alam raya, akibatnya dirasakan oleh manusia sendiri. Sebab “if the habitat was cared will give  function but if not it would make destroy”. Jika alam lingkungan dipelihara akan berdaya guna tapi jika dibiarkan akan menimbulkan bencana. Demikianlah ungkapan Edwar Buckle dalam History Of Civilization in England.
Melihat betapa pentingnya memelihara lingkungan tersebut, maka pada kesempatan ini kita akan membicarakan tentang, “Kewajiban Manusia Memelihara dan Memakmurkan Alam”, dengan rujukan firman Allah, surat al-Hijr ayat 19-20 :
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ{19}وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ وَمَنْ لَسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ {20}
Artinya : “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.(19) Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.(20)”

Hadirin Rahimakumullah,
Prof. Dr. Muhammad Qurish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan, bahwa kalimat وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”, dipahami oleh sementara ulama dalam arti bahwa Allah swt menumbuh-kembangkan di bumi ini aneka ragam tanaman untuk kelangsungan hidup dan menetapkan bagi setiap tanaman itu masa pertumbuhan dan penuaian tertentu, sesuai dengan kuantitas dan kebutuhan makhluk hidup. Demikian juga Allah swt menentukan bentuknya sesuai dengan penciptaan dan habitat alamnya.
Dalam tafsir al-Muntakhab, ayat ini dinilai sebagai menegaskan suatu temuan ilmiah yang diperoleh melalui pengamatan di laboratorium, yaitu setiap kelompok tanaman masing-masing memiliki kesamaan dilihat dari sisi luarnya, demikian juga sisi dalamnya. Bagian-bagian tanaman dan sel-sel yang digunakannya untuk pertumbuhan memiliki kesamaan-kesamaan yang praktis tak berbeda. Meskipun antara satu jenis dengan yang lainnya dapat dibedakan, tetapi semuanya dapat di klasifikasikan dalam satu kelompok yang sama.
Hadirin, alangkah bahagia dan indahnya alam ini jika setiap individu memiliki semangat dalam memelihara dan melestarikan alam raya yang kita huni ini, sehingga dapat menghasilkan manfaat bagi semua manusia yang ada. Para ilmuan menyebut abad ke-21 sebagai the age of anxietyor restlenses, abad yang penuh dengan kegelisahan, kecemasan, perang antar suku dan bangsa menjadi-jadi, resesi ekonomi melanda seluruh lapisan warga, ledakan penduduk semakin tak terkendali bahkan pencemaran lingkungan menjadi ancaman kehidupan.
Kondisi tersebut hadirin, jelas telah menimbulkan beban psikologis bagi kehidupan masyarakat, akibatnya masyarakat menjadi serba salah, hati menjadi resah dan gelisah, jiwa terasa hampa dan merana, semangat hidup tiada dan enggan berkaryabahkan yang paling parah munculnya berbagai penyakit psikomotis, penyakit kejiwaan yang dapat mematikan seluruh umat manusia secara perlahan dan mengerikan, kalaupun bertahan namun hidup tidak lagi merasakan ketenangan.
Hadirin, lalu apakah tugas manusia di muka bumi ini? tidak lain adalah untuk memakmurkan bumi, mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungan-nya sebagai tempat tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam al-Qur’an surat Huud ayat 61 :
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ {16}
Artinya : “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).


Ma’asyiral muslimin Rakhimakumullah,
Demikianlah firman Allah yang yang menginformasikan kepada kita bahwa manusia diciptakan dari tanah dan ditugasi untuk memakmurkan tanah atau bumi. Karena itu dalam bidang ilmu pengetahuan alam kita mengenal istilah alam biotiks (alam raya) dan alam abiotis (berupa moral manusia). Kerusakan alam biotiks biasanya berwal dari kerusakan alam abiotis yakni moral manusia. Sebagai contoh : berdasarkan penelitian Wahana Lingkungan Hidup di DKI Jakarta tercatat memiliki 2.118 Sumur Bor dengan kedalaman tidak kurang dari 40 M, sehingga jika terjadi penambahan sumur lagi pada tahun 2010 nanti, Wilayah DKI Jakarta bisa mencapai daratan 0,0 M, dari permukaan laut alias rata menjadi laut.
Ancaman kerusakan tersebut hadirin sebuah bukti yang harus kita renungkan, kita fikirkan, kita cermati untuk kita antisifasi agar saat ini maupun kelak tidak lagi terjadi kerusakan alam. Lalu bagaimanakah tanggung jawab dan usaha kita sebagai warga negara dalam memelihara alam lingkungan ini? Sebagai jawabannya,   Pertama : Kita harus mendukung dan membantu program pemerintah dengan jalan melakukan reboisasi tanah-tanah gundul, pembuatan terasering untuk mencegah longsor, penanggulangan limbah dan sampah bersama-sama dan menghentikan pemburuan satwa serta penebangan hutan secara liar. Kedua : Kita syukuri alam sebagai nikmat Allah swt dengan cara memeliharanya agar kita dikasihi oleh Allah swt. Rasulullah saw bersabda :
إرحموا من فى الأرض يرحمكم من فى السماء
Sayangilah oleh kamu sekalian segala apa yang ada di muka bumi ini niscaya yang di atas (Allah) akan menyayangimu.
Apabila sikap ini kita aplikasikan maka Allah swt menjamin kemakmuran alam raya yang kita miliki sehingga kita jauh dari petaka, terhindar dari bencana tapi dekat dengan nikmat dan barakat dari Allah swt yang Maha Qudrat.
Hadirin, perlu diketahui bahwa orang pintar tapi salah, tidak shaleh, tidak mungkin memakkmurkan alam, orang hebat namun bergelimang maksiat mustahil peduli mengelola alam raya, malah yang timbul adalah watak-watak perusak, pohon-pohon ditebangi, gunung-gunung di gunduli, dan satwa-satwa diburu. Padahal akibatnya, manusia sendiri yang menanggungnya, kita tengok beberapa kejadian baru-baru ini, terjadi banjir di jakarta, lonesor, gempa bumi di Yogyakarta dan gunung-gunung meletus di beberapa daerah Negara kita ini.
Belum cukup dengan semua itu kitapun dikejutkan dengan munculnya angin topan, gelombang pasang naik kedaratan, jebolnya tanggul di Situ Gintung Tanggerang yang menghabiskan ratusan nyawa manusia dan lain sebagainya. Mengapa demikian? Ebid G Ade melantunkan :
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Dengan demikian, dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa alam akan berdaya guna jika dipelihara, namun akan menimbulkan petaka jika dirusak. Bentuk perusakan alam adalah dengan memperbanyak maksiat dalam hidup dan penghidupan manusia. Oleh karena itu, dalam rangka mengelola alam ini kita hindari diri kita masing-masing dari perbuatan-perbuatan maksiat, baik terhadap diri sendiri, terhadapa alam raya , terlebih kepada Allah swt.
Semoga Allah memberikan kekuatau kepada kita dalam mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini terutama dalam mengelola alam, semoga Allah memberikan keberkahan kepada bangsa ini, amin ya rabbal ‘alamin.
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته












KEPEMIMPINAN RASULULLAH DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI


Abu A’la al maududi dalam bukunya the prophet of islam ,mengatakan he is the only one example,rasul merupakan contoh yang paling lengkap,dalam dirinya terdapat kebesaran dan kemuliaan sifat manusia.Kebesaran sifat rasul serta keberhasilan beliau dalam memimpin negara telah tercatat dengan indah dan rapi dalam sejarah peradaban manusia,sehingga wajar,kehebatan beliau di abadikan oleh Michael heart dalam bukunya ‘’the one hundred ranking of the most influenting person in history.’’

Kebesaran sifat rasul sebagai seorang pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan mengutamakan akhlaqul karimah pada akhirnya mampu merobah masyarakat biadab menjadi beradab,yang dulunya berseteru menjadi satu,yang dulunya menyembah berhala kini kembali menyembah allah ta’ala.

oleh karena itu untuk mengikuti jejak rasul,maka pada kesempatan kali ini kamiakan membahas syarahan dengan judul ‘’KEPEMIMPINAN RASULULLAH DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI’’dengan landasan surah al ahzab ayat 21 yang berbunyi:




hadirin,ayat tadi di awali dengan kalimat, secara sementik adalah

sedangkan dalam ilmu balaghah ayat tadi termasuk

maksudnya ayat tersebut menginformasikan sekaligus menegaskan kepada kita ,sungguh pada diri rasulullah itu terdapat uswatun hasanah’’bagi kita
rasul merupakan figur yang luhur ,contoh yang tinggi yang harus di ikuti dengan sepenuh hati,baik perkataan maupun perbuatannya.Demikian penegasan imam ali ash shobuni dalam shofwatut tafasir’’.rasul is the walking quran,akhlak rasul ibarat alquran yang berjalan,semakna dengan ayat tadi aisyah ra berkata:

lantas bagaimana akhlak bangsa kita terutama para pemimpin kita saat ini ? jawaban nya adalah alhmdulillah,masih ada pemimpin yang patut di teladani,masih ada para pejabat yang bisa mengayomi,masih ada aparat yang peduli,semua itu patut di syukuri walaupun jumlahnya sangat sedikit sekali,karena masih banyak pejabat yang bejatmasih banyak politisi yang korupsi,masih banyak aparat yang tidak amanat dan begelimang maksiat.kita sekarang mengalami krisis moneter yang emembuat kita keteter,di tambah pemuda pemuda yang teller dan pemimpin yang killer.bagaimana mungkin reformasi teraplikasi sementara para pemimpin kita mengalami dekadendsi,reformasi yang kita cita citakan ,malah destruksi yang jadi kenyataan ,kesejahtraaan yang kita dambakan malah kesengsaraan yang kita rasakan.
Hadirin rohimakumullah,
Apa yang harus dilakukan para pemimpin kita agar bangsa Indonesia bias Berjaya ?
Sebagai jawaban nya marilah kita renungkan firman allah pada surah ali imron ayat 159 yang berbunyi:


Hadirin rahimakumullah.
Prof.Dr.Qurais shihab dalam tafsir al misbahnya menjelaskan:ayat tadi mengandung 3 cara rasul dalam berdakwah,yang berisis pesan moral bagi seorang pemimpin bangsa kita.yaitu
Pertama: rasul bersikap lemah lembut baik kepada kawan maupun lawan.
Kedua: rasul senantiasa bersikap lapang dada ,mudah memaafkan dan memberikan ampunan setiap kesalahan
Ketiga: rasul senantiasa mentradisikan kehidupan bermusyawarah dalam mengambil keputusan

Itulah hadirin,cara dan strategi rasul dalam berdakwah,yang selalu berhasil memimpin bangsa dengan berandaskan akhlakul karimah ,moral,dan etika.untuk itu ada 4 solusi yang membawa bangsa kita bangkit dari keterpurukan serta krisis berkepanjangan akibat moral akhlak bangsa yang semakin mengkhawatirkan.ke empat solusi tersebut adalah
Pertama:pemimpin sebagai figur sentral harus bermoral,berakhlak mulia,dan beretika adalah durjana yang harus minggir dari persada Indonesia.untuk menanamkan akhlak ,moral dan etika,mari kita mulai sejak dini,dan mulai pada diri kita sendiri ,hal ini sejalan dengan pesan lukmanul hakim tepatnya pada surah lukman ayat 17 yang mengambil kesimpulan ada 4 spesipikasi pesan lukman yang mengandung induknya ibadah dan pondasinya berupa akhlakul karimah ,yaitu






Dirikanlah sholat,suruhlah orang berbuat kebaikan,mencegah kemungkaran,dan bersabar atas segala yang menimpa.
Kedua:kita sebagai warga Negara harus ikut berpartisipasi dan antisipasi sebagai wujud apresiasi yang sesuai dengan tuntunan dan tuntutan alquran.
Jangan hanya pandai mengkritisi tapi berikanlah solusi.jagalah sarana dan prasarana Negara,jangan berbuat durjana,karena allah akan murka,dan kita akan mendapatkan bala dan bencana

Ketiga :kita tingkatkan sumber daya manusia dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan kematangan iman dan taqwa yang bermuara pada akhlak yang mulia.sebagaimana sauqi bekh berkata dalam syairnya

Bangsa bangsa akan jaya ,akan maju jika di topang akhlak mulia,tapi bangsa akan hancur tersungkur ,rusak binasa,jika tidak di topang akhlak mulia
Ke empat :Tingkatkanlah harmonisasi ulama dan umaro,hubungan keduanya harus,harus dekat,agar hidup dapat nikmat dalam Negara yang berdaulat dan penuh berkat.
Jika keempat langkah solutif ini terealisir,maka bangsa kita akan jaya,terhindar dari malapetaka,dan senantiasa mendapatkan ridho allah swt
Sesuai dengan janji allah dalam surah almaidah ayat 9 yang berbunyi:


Dengan demikian dapat disimpulkan,agar Indonesia jaya,pemimpin harus bercermin dan mengambil cara dan strategi rasul dalam berdakwah,yaitu selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan mengutamakan akhlakul karimah dalam memimpin,dengan demikian Negara kita akan makmur dengan pemimpin yang jujur dan berbudi luhur,sehingga rahmat allah pun terulur.sebagai penutup kami selipkan pantun sebagai kenangan dan penuntun.

Anak perawan pergi ke nunukan
Beli ikan ,lampu dan belewa untuk bekalnya
Dengan MSYQ mari kita tingkatkan
Iman ,ilmu dan taqwa pada allah ta’ala
BAHAYA NARKOBA BAGI REMAJA

Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah kecuali syukur kita kepada Allah, yang maha pengasih yang kasih nya tidak pernah pilih kasih. Yang maha penyayang yang kasih sayangnya
tidak pernah terbilang kepada hamba-hambanya yang beriman.
Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada baginda nabi          Muhammad SAW dengan ucapan Allahummashalliaalamuhammad waalaalisayyidina      Muhammad.
Dewan Hakim Yang Bijaksana, Hadirin Walhadirat Yang Di Muliakan Allah
Pernah Berkata Ir.. Soekarno seorang proklamator bangsa dalam pidatonya “berikan kepadaku 1000 orang tua, aku akan sanggup memindahkan kutub utara dan keselatan, akan tetapi berikan kepada 10 pemuda aku akan sanggup mengubah wajah bangsa, hadirin begitulah ungkapan seorang proklamator yang memikirkan nasib bangsanya di masa yang akan datang entah 20, 30 bahkan 40 thn yg akan datang pemuda hari ini jawabannya.
Al-Muhaddits Syaikh Muqbil bin Hadi didalam kitab Shohih Asbab an-Nuzul berkata, Ibnu Abbas menjelaskan, bahwa pengharaman khamar berawal dari dua kabilah dari kabilah Anshor, mereka meminumnya hingga apabila mereka telah mabuk, maka mereka akan saling menggangu,menghina satu sama lainnya. Dengan Demikianlah, pertama kali Allah menjelaskan pengharaman khamar kepada kita semua sebagai hambanya. Untuk mengantisipasi penyalahgunaan barang haram tersebut, maka “Bahaya Narkoba Bagi Remaja” adalah tema yang akan kami uraikan pada kesempatan ini. Dengan rujukan al-Qur`an surat al-maidah ayat 90 sebgai berikut:



Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah [434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Hadirin Sebangsa Dan setanah air
Ayat tersebut mengisyaratkan haramnya khamar. Kita kaji lebih dalam,kalimat اِنّما dari segi balaghoh merupakan اداة القصر yang berfunggsi untuk menspesifikasikan. Hal ini menunjukan bahwa mengkonsumsi khamar betul-betul merupakan perbuatan yang paling jelek    diantara perbuatan syetan.
Padahal kita tahu, semua perbuatan syaitan itu jelek, mengkonsumi khamar lebih jelek diantara perbuatan jeleknya syaitan, mengapa demikian ? karna khamar baik dalam bentuk serbuk, pil, maupun minuman merupakan psychotropic substance, mengandung zat-zat yang dapat merusak jiwa dan mental manusia yang mengkonsumsinya. Dengan mengkonsumsi khamar orang yang gemuk bisa jadi kurus kerempeng, apalagi yang sudah ceking. Dengan mengkonsumsi khamar, akal dan mental menjadi rusak maka pemuda pecandu narkoba bukan memiliki mental pelopor, tetapi memiliki mental mental pengekor, kemana-mana maunya naik motor, padahal kerja cuma molor, disiplin hanya waktu dibagi honor. Mental ini hadirin merupakan amal-amal syaitan yang jelek bahkan رجس من عمل الشيطان lebih buruk dari perbuatan syaitan. Oleh karna itu ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita untuk dapat menjauhi perbuatan syaitan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Lalu bagaimana kalau mengkonsumsi nya dalam jumlah yang sedikit yang tidak membuat mabuk ?? jawabannya adalah terdapat dalam hadits :
 كل مسكرخمروكل مسكرحرام
Artinya : Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang memabukkan itu haram.(HR. Abdullah Ibnu Umar)
Hadirin Rahimakumullah
Penyalahgunaan narkoba sebenarnya bukan masalah baru lagi, namun akibatnya, harus tetap kita waspadai. Bahkan pada masa Rosulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dari Abu Hurairah. Bahwa ketika Rosulullah SAW pergi ke Madinah, di dapatnya kaumnya suka minum arak dan makan hasil judi, kemudian mereka bertanya kepada Rosulullah tentang hal itu, untuk memberikan jawaban atas pertanyaan itu, maka turunlah Surat Al-Baqarah ayat 219. Allah berfirman




Artinya: mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang khomr dan judi. Katakanlah. “pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar dari pada manfaatnya” dan mereka bertanya kepadamu (tentang)apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah, “kelebihan (dari apa yang diperlukan)”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berfikir ”\

Jama’ah Syarhil Qur’an Rohimakumullah
Ayat 219 Surat Al-Baqarah ini, menunjukkan bukti yang otentik bahwa sejak dulu hingga sekarang, minum-minuman keras, judi, dan penyalahgunaan narkoba kegemaran dan kebanggaan yang senantiasa menegakkan umat. Ketiganya nampak seperti bermanfaat, namun hakekatnya, aslinya sangat berbahaya dan terlaknat, karena tidak hanya mengandung unsur yang memabukkan, tetapi membuat pecandunya ketagihan kemudian lumpuh serta mati akal pikiran dan jiwanya. Sedangkan mabuk karena judi, membuat selalu penasaran, yang kemudian stress dan gila jiwanya. Lalu menjangkitlah penyakit “hubbuddunya wa karohhiyatul maut”. Cinta dunia dan takut dengan mati oleh karena itu Allah mengharamkannya.
Pendeknya, bentuk apapun narkoba itu, merupakan kumpulan dan gabungan racun dan bius pembunuh serta pembantai akal pikiran dan jiwa seluruh jenjang generasi, sejak generasi yang gagah berotot, sampai ke generasi kakek nenek yang sudah bongkok. Begitulah ganasnya narkoba itu sebagai penyakit masyarakat yang maha bahaya. Oleh karena itu, dalam rangka menanggulangi bahaya, maka harus memutuskan rantai peredaran penyalahgunaan narkoba. Mampu menegakkan hukum bagi para pengguna, pengedar, dan prosedur dengan se adil-adilnya tidak pandang bulu. Tak peduli dia rakyat atau pejabat, tak peduli mereka kuli atau polisi, berpangkat tinggi, pengamen atau bahkan presiden.
Hadirin rahimakumullah.
Pernah diungkapkan oleh salah satu lembaga bonafid Amerika”The National Institute of Drugs Abuse, melaporkan bahwa masyarakat Amerika merupakan draugs orientied society. Suatu masyarakat yang berorientsi pada narkotika, alcohol, psikotropika dan zat     aditif yang dinamakan Napza sehingga satu dari enam pelajar Amerika tenggelam kedalam penyalah gunaan Napza. Fenomena tersebut kini telah menjadi epidemic bagi masyarakat Indonesia terutama bagi kalangan remaja dan pemuda, Prof.Dr.H.Dadang Hawari mengatakan, 68% masyarakat Indonesia terjerumus kedalam penyalah gunaan Napza tidak sedikit anak-anak pemuda kita terjerumus kedalam mabuk mabukkan, tenggak wishky, brendy, KTI,    bird an lain sebagainya  Tidak sedikit anak-anak muda kita terjerumus kepada budaya telan bk, nivam, megadon, cimeng, heroin, kokain, x tasi, sabu-sabu.
Bahkan tidak sedikit anak-anak muda kita yang mati diujung lidahnya hanya dua kata yang terucap : ganja, morfin, ganja, morfin. Merintih, memohan, memanggil ganja dan morfin sampai dia mati,tanpa iman. Naudzubillah hi min dzalik.
Lalu hadirin bagaimana generasi muda kalau sudah terjerumus dengan narkoba mau dibawa kemana bangsa kita saat ini? Padahal di negri tercinta ini sejak tahun 1908 masa Kebangkitan Nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan para pemuda pendahulu kita, mereka berjuang menjadi The Grand Old Man istilah bung karno, menjadiStoot Geber, bahkan The Founding Father. Pendiri peggerak yang mampu merebut kemerdekaan, jika tanpa pemuda mustahil Republik ini merdeka. Demikian pengakuan Bung Karno yang diabadikan dalam sejarah bangsa
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita, saya, saudara-saudara generasi muda saat ini dan generasi generasi yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut.   Sebab شبّان اليوم رجال الغد the young to day is leader tomorrow, pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin dimasa yang akan datang.

Hadirin sebangsa dan setanah air.
Dengan demikian mari kita bersama-sama menjaga keutuhan bangsa dengan cara meningkatkan ukhuwah basyariyah, ukhwah wathoniyah dan ukhuwah Islamiyah untuk mengantisipasi keharaman Napza, Miras dan Judi, Insya Allah negra kita menjadi Negara yang     baldatun Toyyibatun warabbun Gofur mari kita hadirin semuanya bersama-sama bekerja   sama baik aparatur pemerintah, masyarakat  pemuda dan kiat sebagai pelajar  untuk memberantas narkoba  di bumi Indonesia tercinta ini khususnya di Banten yang berlandasan Iman dan Taqwa, demikianlah yang dapat kami sampaikan Trimakasih atas segala perhatianya, mohon maaf atas segala kekurangan.
Akhir kalam. Billahitaufik walhidayah warridho walinayah.
Wassalamualaikum.wr.wb












Hadirin Rakhimakumullah….
Masa muda merupakan masa  yang  penuh  dengan  harapan,  penuh  dengan  cita-cita dan penuh dengan romantika kehidupan yang sangat indah. Keindahan masa muda dihiasi dengan bentuk fisik yang masih kuat, berjalan masih cepat, pendengaran masih akurat, pikiran masih cermat, kulit wajah indah mengkilat, walaupun banyak jarawat, tetapi tidak gawat karena masih banyak obat ditoko-toko terdekat, oleh karena itu pantas bila para pemuda dan para remaja merupakan salah satu penentu meju dan mundurnya suatu Negara. Sebab terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan sampai yang akan datang sesuai dengan fitrohnya pemuda dan remaja merupakan tulang punggung suatu Negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya. Sebagaimana syekh Mustofa al-Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :
أن فى يد الشبان أمر الأمة وفى أقدامها حيتها
Sesungguihnya pada tangan-tangan pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat
Mengingat betapa pentingnya remaja dan pemuda sebagai generasi  penerus bangsa, maka pada kesempatan yang baik ini kita akan membicarakan remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, dengan landasan al-Qur’an surat an-Nisa ayat : 9



Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar
Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…..
Ayat tersebut diawali dengan kalimat  واليخش kita kaji lebih mendalam, secara semantik :
الواو واوالعاطفة والام لام الآمر يخش فعل المضارع مجزوم بلام
Istinbatnya, واليخش adalah sighat amr, kaedah mengatakan :
الأصل في الأمر للوجوب
pada dasanya setiap perintah menunjukkan kewajiban” Oleh karena itu wajib bagi kita, saya, saudara dan kita semua merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi yang lemah.
Prof. Dr. BJ. Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelamahan yang harus kita hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak. Hadirin jika lima kelemahan ini melekat pada generasi-generasi remaja dan pemuda kita, saya yakin mereka bukan sebagai pelopor pembangunan melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan penghancur pembangunan. Padahal hadirin dinegeri tercinta ini sejarah telah membuktikan sejak tahun 1908 masa kebangkitan nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan berbagai organisasi kepemudaan, seperti persatuan pelajar stofia, Trikoro Dharmo, Jong Islamanten Bond bahkan kita mengenal Budi Utomo tokoh pemuda kharismatik, mereka semua menjadi The Grand Old Man istilah bung Karno menjadi Stood Geeber bahkan menjadi The Founding Father pendiri, penggerak yang mampu merebut kemerdekaan. Jika tanpa pemuda mustahil Indonesia ini merdeka. Demikian ungkapan kekaguman Bung Karno terhadap generasi muda kita yang diabadikan oleh sejarah perjuangan bangsa.
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita semua selaku remaja dan pemuda saat ini dan yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penug terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut saat ini, sebab سبان اليوم رجال الغد The Young today is The leader tomorrow pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin yang akan datang.
Dengan demikian hadirin, islam tidak mengenal istilah pemuda pengangguran, pemuda mejeng, pemuda nangkring, tapi yang diinginkan oleh islam adalah pemuda-pemuda yang agresif, inopatif, progresif, dan produktif. Dengan demikian, dapat kita fahami apabila kita giat berkerja, rajin berusaha, dan gemar beramal artinya menuju masa depan yang cerah menjanjikan. Namun jika remaja dan pemuda malas berkerja, enggan berusaha, dan tidak mau beramal artinya menuju masa depan yang suram dan mengenaskan. Sebab :
الكسل لا يطعم العسل
Insan yang pemalas tidak akan merasakan manisnya madu”  melainkan akan tenggelam dalam pahitnya empedu.No again without a paint tiada kebahagiaan tanpa lemah derita, tiada perjuangan tanpa pengorbanan.
Sebagai contoh bagi remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, mari kita renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat : 13
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
Hadirin Rakhimakumullah
Imam Ali as-Shabuni dalam kitab Sofwatut tafasir memberikan syarahan terhadap ayat tersebut dengan redaksi :
نحن نقص عليك يا محمد خبرهم العجيب على وجه الصدق بلا زيادة ولا نقصان
yaitu kami kisahkan kepadamu wahai Muhammad berita aneh mereka menurut perjalanan yang benar tidak ditambah dan tidak dikurangi sedikitpun”.
Dengan demikian, ayat tersebut merupakan khabariyyah ilahiyyah, suatu berita dari Allah swt. Isi beritanya adalah kisah tentang pemuda Ashabul Kahfi. Ashabul kahfi dapat kita jadikan uswah, terutama bagi remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa. Ashabul kahfi merupakan symbol personifikasi pemuda-pemuda beriman dan teguh pendirian, kuat mempertahankan iman, pemuda-pemuda gagah yang pandai pempertahankan akidah dan pemuda-pemuda idaman pintar membela keyakinan. Mereka lebih baik mati berkalang tanah dari pada mati bercermin bangkai.
Oleh sebab itu sebagai remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa mari kita singsingkan tangan, langkahkan kaki ke depan berkerja, kerkerja dan berkerja. Jika sikap ini yang diaflikasikan oleh para remaja dan pemuda kita maka Allah akan menjamin keberkahan bagi bangsa kita tercinta ini. Sebagaimana  Dr. Muhammad Sulaiman al-Asqori dalam zubdat at-Tafsir min Fathil Qadir menjelaskan إعملوا ماشئتم berkerjalah sesuai dengan skil masing-masing. Setidaknya ada lima olah yang harus kita kerjakan yakni olah rasa agar iman melekat, olah rasio agar ilmu meningkat, oleh raga agar badan sehat, oleh usaha agar ekonomi kuat, dan oleh kinerja agar produktifitas meningkat. Hadirin jikalau lima potensi ini sudah melakat pada remaja dan pemuda sebagai generasi bangsa maka generasi penerus bangsa dapat melanjutkan estafet perjuangan yang meraih prestasi gemilang pada masa yang akan datang. Amin ya rabbal alamin…




BAHAYA NARKOBA, MIRAS DAN JUDI

Pernah Berkata Ir.. Soekarno seorang proklamator bangsa dalam pidatonya “berikan kepadaku 1000 orang tua, aku akan sanggup memindahkan kutub utara dan keselatan, akan tetapi berikan kepada 10 pemuda aku akan sanggup mengubah wajah bangsa, hadirin begitulah ungkapan seorang proklamator yang memikirkan nasib bangsanya di masa yang akan datang entah 20, 30 bahkan 40 thn yg akan datang pemuda hari ini jawabannya.
Al-Muhaddits Syaikh Muqbil bin Hadi didalam kitab Shohih Asbab an-Nuzul berkata, Ibnu Abbas menjelaskan, bahwa pengharaman khamar berawal dari dua kabilah dari kabilah Anshor, mereka meminumnya hingga apabila mereka telah mabuk, maka mereka akan saling menggangu,menghina satu sama lainnya. Dengan Demikianlah, pertama kali Allah menjelaskan pengharaman khamar kepada kita semua sebagai hambanya. Untuk mengantisipasi penyalahgunaan barang haram tersebut, maka “Bahaya Narkoba Bagi Remaja” adalah tema yang akan kami uraikan pada kesempatan ini. Dengan rujukan al-Qur`an surat al-maidah ayat 90 sebgai berikut:
Hadirin Sebangsa Dan setanah air
Ayat tersebut mengisyaratkan haramnya khamar. Kita kaji lebih dalam,kalimat اِنّما dari segi balagoh merupakan اداة القصر yang berfunggsi untuk menspesifikasikan. Hal ini menunjukan bahwa mengkonsumsi khamar betul-betul merupakan perbuatan yang paling jelek diantara perbuatan syetan. Padahal kita tahu, semua perbuatan syaitan itu jelek, mengkonsumi khamar lebih jelek diantara perbuatan jeleknya syaitan, mengapa demikian ? karna khamar baik dalam bentuk serbuk, pil, maupun minuman merupakan psychotropic substance, mengandung zat-zat yang dapat merusak jiwa dan mental manusia yang mengkonsumsinya. Dengan mengkonsumsi khamar orang yang gemuk bisa jadi kurus kerempeng, apalagi yang sudah ceking. Dengan mengkonsumsi khamar, akal dan mental menjadi rusak maka pemuda pecandu narkoba bukan memiliki mental pelopor, tetapi memiliki mental mental pengekor, kemana-mana maunya naik motor, padahal kerja cuma molor, disiplin hanya waktu dibagi honor. Mental ini hadirin merupakan amal-amal syaitan yang jelek bahkan رجس من عمل الشيطان lebih buruk dari perbuatan syaitan. Oleh karna itu ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita untuk dapat menjauhi perbuatan syaitan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Hadirin Rahimakumullah
Pernah diungkapkan oleh salah satu lembaga bonafid Amerika”The National Institute of Drugs Abuse, melaporkan bahwa masyarakat Amerika merupakan draugs orientied society. Suatu masyarakat yang berorientsi pada narkotika, alcohol, psikotropika dan zat aditif yang dinamakan Napza sehingga satu dari enam pelajar Amerika tenggelam kedalam penyalah gunaan Napza. Fenomena tersebut kini telah menjadi epidemic bagi masyarakat Indonesia terutama bagi kalangan remaja dan pemuda, Prof.Dr.H.Dadang Hawari mengatakan, 68% masyarakat Indonesia terjerumus kedalam penyalah gunaan Napza tidak sedikit anak-anak pemuda kita terjerumus kedalam mabuk mabukkan, tenggak wishky, brendy, KTI, bird an lain sebagainya  Tidak sedikit anak-anak muda kita terjerumus kepada budaya telan bk, nivam, megadon, cimeng, heroin, kokain, x tasi, sabu-sabu. Bahkan tidak sedikit anak-anak muda kita yang mati diujung lidahnya hanya dua kata yang terucap : ganja, morfin, ganja, morfin. Merintih, memohan, memanggil ganja dan morfin sampai dia mati,tanpa iman. Naudzubillah hi min dzalik.
Lalu hadirin bagaimana generasi muda kalau sudah terjerumus dengan narkoba mau dibawa kemana bangsa kita saat ini? Padahal di negri tercinta ini sejak tahun 1908 masa Kebangkitan Nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan para pemuda pendahulu kita, mereka berjuang menjadi The Grand Old Man istilah bung karno, menjadi Stoot Geber, bahkan The Founding Father. Pendiri peggerak yang mampu merebut kemerdekaan, jika tanpa pemuda mustahil Republik ini merdeka. Demikian pengakuan Bung Karno yang diabadikan dalam sejarah bangsa
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita, saya, saudara-saudara generasi muda saat ini dan generasi generasi yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut. Sebab شبّان اليوم رجال الغد the young to day is leader tomorrow, pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin dimasa yang akan datang.
Hadirin sebangsa dan setanah air
Dengan demikian mari kita bersama-sama menjaga keutuhan bangsa dengan cara meningkatkanukhuwah basyariyah, ukhwah wathoniyah dan ukhuwah Islamiyah untuk mengantisipasi keharaman Napza, Miras dan Judi, Insya Allah negra kita menjadi Negara yang baldatun Toyyibatun warabbun Gofur mari kita hadirin semuanya bersama-sama bekerja sama baik aparatur pemerintah, masyarakat  pemuda dan kiat sebagai pelajar  untuk memberantas narkoba  di bumi Indonesia tercinta ini khususnya di Banten yang berlandasan Iman danb Taqwa, demikianlah yang dapat kami sampaikan kurang lebihnya mohon maaf, sebelum kami tutup dengarkanlah sebuah alunan pantun

والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته










AL-QUR’AN SUMBER ILMU PENGETAHUAN

الحمد لله العزة الذى جئهم بكتاب فصلناه على علم هدى ورحمة لقوم يؤمنون أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين {أما بعد}
WAHAI PENCINTA AL-QUR’AN YANG DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT
Albert Einstein, seorang ilmuan terbesar abad ke-20 menyatakan, “Religion without science is lame and science without relegion is blind”, agama tanpa ilmu adalah pincang dan ilmu tanpa agama adalah buta. Kalimat ini menunjukkan bahwa, agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tapi juga menjadikan riset ilmiah yang konklusif dan tepat guna, karena didukung oleh kebenaran yang diungkapkan melalui agama. Alasannya adalah, karena agama merupakan sumber tunggal yang menjadikan jawaban pasti dan akurat.
Selain daripada itu, kalimat ini juga menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan tanpa panduan agama tidak dapat berjalan dengan benar, tetapi justru membuang banyak waktu dalam mencapai hasil tertentu, atau lebih buruk lagi, seringkali tidak memperoleh bukti yang meyakinkan. Ketika Nabi sampai di Madinah, ia membuat sebuah perdaban baru yang kemudian memunculkan pengertian bahwa Islam adalah sistem kepercayaan yang sistemik, tidak hanya berdimensi theological, ritual, dan mistical tetapi juga berdimensi moral dan intelektual.
Secara termonologi, Islam adalah agama yang disampaikan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui wasilah Malaikat Jibril as. agar disyiarkan kepada seluruh makhluk di dunia ini, dan karena Islam merupakan ajaran yang ilmiah, maka Islam memilki panduan yang sempurna yakni al-Qur’an. Said Nursi sebagai Renaissan of Islammenyatakan, “Islam is the father of all the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya seluruh ilmu pengetahuan dan al-Qur’an adalah kitabnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itulah, melalui penjelasan ini, maka pada kesempatan yang baik ini, kami akan membahas tentang “AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN” dengan rujukan al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1 :

الر ج كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (1)
Artinya : “Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim)

HADIRIN RAHIMAKUMULLAH

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, di dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, bahwa penjelasan tentang pentingnya al-Qur’an, disebutkan oleh Allah swt. dengan menggunakan bentuk jamak untuk kata (الظلمات) yang berarti aneka gelap, sedang (النور) dengan berbetuk tunggal. Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa kegelapan itu bermacam-macam  serta  beraneka  ragam  dan sumbernya pun banyak. Setiap benda pasti mempunyai bayangan, dan bayangan itu adalah gelap, sehingga gelap menjadi banyak, berbeda dengan an-nuur atau cahaya yang menerangai dan tidak pernah memberi gelap.
Penjelasan tentang al-Qur’an sebagai penerang atau an-nuur, benar-benar menunjukkan bahwa antara al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan terdapat hubungan yang saling mengikat. Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj al-Mustasyriqin wa Atsaruhu fi al-Firy al-Hadits, menulis “Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan masalah, serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju tercapainya masalah tersebut.” Ini menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan tidak dapat dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu pengetahuan itu termasuk al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi. Al-Qur’anlah kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai petunjuk. Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt. Oleh sebab itu, sains akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh al-Qur’an, dan mengambil kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian sains mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan agama diambil, para ilmuan menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan sains. Demikianlah menurut Harun Yahaya dalam The Qur’an Leads the Way to Science.
Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan umat Islam saat ini? Data Badan Penelitian International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta penduduk memiliki 1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1 juta penduduk memiliki 160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang notabene mayoritas muslim terbesar di dunia, dalam 1 juta penduduk hanya memilki 65 pakar yang muslimnya hanya 6 orang. Oleh karenanya, dalam bidang sains dan teknologi, kita masih jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Kita jauh tertinggal dengan Amerika yang Protestanis, kita jauh tertinggal oleh Korea yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal oleh Jepang yang Budhis Taois. Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan untuk membaca dan menggali ilmu pengetahuan. Bacalah al-Qur’an supaya hidup teratur, bacalah alam supaya lahir karya-karya luhur, dan baca diri kita agar hidup tidak takabur, sebab membaca dalam Islam harus dibarengi dengan serta diimbangi dengan :
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
Akantetapi, untuk dapat memahami dengan jelas dan benar terhadap  interpretasi dari firman-firman Allah di dalam al-Qur’an, yang menjelaskan tentang korelasi antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan, serta mengambil manfaat darinya untuk menjadikannya sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka salah satu yang harus dilakukan adalah dengan dapat memahami al-Qur’an secara tekstual terlebih dahulu, yakni memahami al-Qur’an dari segi kebahasaan, dan bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Sebagaimana Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 113 :
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا (113)
Artinya : “Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. Thaha)




HADIRIN RAHIMAKUMULLAH

Di dalam kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, Imam al-Thabari menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah :
ما حذروا به من أمر الله وعقابه ووقائعه بالأمم قبلهم
Apa yang diperingatkan kepada mereka merupakan perintah Allah, hukuman-Nya, dan ketetapan-ketetapannya terhadap umat-umat sebelum mereka.
Jika kita perhatikan secara sekasama, maka kita dapatkan bahwa ayat di atas menjadikan kehadiran al-Qur’an bagi umat manusia mengandung salah satu dari tujuan pokok :
1.      Agar manusia bertakwa kepada Allah atau agar kitab suci tersebut menimbulkan niali-nilai ilmiah bagi mereka, sehingga mereka dapat terhindar dari siksa duniawi dan ukhrawi.
2.      Menimbulkan pengajaran atau pendidikan bagi mereka yakni mengundang mereka untuk berpikir dan ingat sehingga pada akhirnya mengantar mereka bertkawa. Demikianlah menurut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah.
Hadirin, memperhatikan penjelasan tersebut, maka jelaslah bahwa al-Qur’an benar-benar merupakan sumber ilmu pengetahuan, hal ini juga bisa dilihat dari ditemukannya kata-kata ilmu dalam berbagai bentuknya di dalam al-Qur’an yang terulang sebanyak 854 kali. Di samping itu, banyak pula ayat-ayat al-Qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran dan sebagainya. Untuk itu, tiada yang lebih baik dituntut  dari suatu kitab agama menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang membatasainya menambah pengetahuan selama dan di mana saja ia kehendaki.
Pada akhirnya kami mengajak…Wahai saudara-saudaraku orang Semendo “ayo kite jadikah al-Qur’an kandik pedoman hidup”, wahai saudara-saudaraku orang Sunda “Hayu urang sami-sami ngajanten keun al-Qur’an kanggo tuntunan kahirupan urang”, wahai saudara-saudaraku orang Lampung “Lapah gham jadikon al-Qur’an sebagai pegungan ughi’ ”, wahai saudar-saudaraku orang Solo “Sumonggo kulo lan panjenengan dadosaken al-Qur’an kagem tuntunangin gesang”, wahai saudara-saudaraku orang Prancis “Allez utilisez I’al-Qur’an pour le guide de notre vivre”, wahai saudara-saudaraku orang Jepang “Jaa al-Qur’an wa wa watashitachi no kyoukashou ni narimashoo”.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :
والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته







AL-QUR’AN DAN RANCANG BANGUN MASA DEPAN PERADABAN MANUSIA

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي أنزل القرءان هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان الصلاة والسلام على خير الإنسان وعلى اله وصحبه الى يوم البيان : أما بعد

Dewan hakim yang kami hormati
Hadirin yang kami cintai
Napoleon, seorang orientalis berkebangsaan Perancis mengatakan “The principle of Quran with alone of tracking can lead man to happiness”, Al-Qur’an adalah prinsip dan merupakan satu-satunya kitab suci yang dapat menghantarkan kepada kepulauan nan bahagia.
Ungkapan tersebut hadirin, mengisyaratkan kepada kita bahwa Al-Qur’an laksana lampu penerang hati dalam menembus liku-liku perjuangan yang panjang membentang. Al-Qur’an adalah laksana benteng yang kokoh dalam mengcaunter tipuan dan godaan syetan. Al-Qur’an laksana jimat penyelamat dari kesesatan hidup dan kehidupan. Pendek kata Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang berisi petunjuk dan kebahagiaan serta senantiasa relevan dengan perkembangan dan situasi zaman. Oleh karena itu Rasul mengatakan:
اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لاصحابه
“bacalah dan kajilah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai penolong”
Dalam rangka menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia, pada kesempatan berbahagia ini kami akan membahas tentangAL-QUR’AN DAN RANCANG BANGUN MASA DEPAN PERADABAN MANUSIA”, dengan rujukan surat yunus ayat 57:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Hadirin…Ayat tadi dalam ilmu balaghah termasuk “كلام خبري او إنكاري” yang meginformasikan sekaligus menegaskan bahwa sungguh telah datang  kepada manusia Al-Qur’an yang memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus dan mengeluarkan manusia dari kegelapan. Lalu apakah fungsi dan peran Al-Qur’an itu hadirin dalam merancang bangun peradaban manusia? Ayat tadi sebagaimana ditafsirkan oleh Imam Ali Ash-Shabuni dalamShafwatut Tafasir, menjelaskan ada empat fungsi diturunkannya Al-Qur’an yaitu:
Pertama, “مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ أي موعظة من خالقكم” Al-Qur’an sebagai pelajaran dari Tuhan yang Maha pengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Al-Ghazali dalam “Jawahir al-Qur’an” mengatakan seluruh cabang ilmu pengetahuan baik yang datang terdahulu maupun kemudian, baik yang teah diketahui maupun belum, semuanya bersumber  dari Al-Qur’anul karim. Sebagai bukti bukankah karena Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa arab telah mendorong lahirnya ilmu tata bahasa yang kemudian kita kenal dengan ilmu nahwu dan sharaf, bukankaj karena Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa indah, retoris dan puitis dan argumentatis telah mendorong lahirnya ilmu retorika dan sastra yang keudian kita kenal dengan ilmu balaghah dan mantiq, bukankah karena kita diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar telah mendorong lahirnya ilmu qiroaat yang kemudian kita kenal dengna ilmu tajwid.
Bukankah karena Al-Qur’an menceritakan proses penciptaan manusia dan alam telah mendorong lahirnya ilmu kehidupan yang kemudian kita kenal dengan biologi, bahkan  bukankah karena Al-Qur’an menceritakan karakteristik dan seluk beluk masyarakat terdahulu telah mendorong lahirnya ilmu kemasyarakatan yang kemudian kita kenal dengan sosiologi. Dengan demikian hadirin seluruh ilmu pengetahuan itu bersumber dari Al-Qur’an.
Keduaشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ أي يشفى ما فيها من الشرك والشك والجهل, Al-Qur’an sebagai obat penyakit bathin seperti penyakit syirik, ragu dan bodoh. Kenapa Al-Qur’an berfungsi sebagai obat penyakit bathin bukan penyakit zhahir? Jawabannya hadirin penyakit zhahir memang berbahaya jika tidak diobati, tapi jauh lebih berbahaya jika kita punya penyakit tapi tidak diobati, betul hadirin? Dengan demikian penyakit asma, jantung, tumor memamng berbahaya dan dapat merusak tubuh manusia, tapi penyakit sombong, iri hati, dengki, frustasi, korupsi, haus kursi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan dan popularitas diri jauh lebih berbahaya dan dapat merusak tatanan hidup masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu hadirin, Al-Qur’an turun dengan memberikan perintah dan larangan, janji dan ancaman, dan memerintah kepada manusia untuk mentaatinya dan mengamalkan seluruh isinya. Dengan mengamalkan Al-Qur’an Insya Allah segala penyakit hati akan terkikis habis dari diri kita. Pantas kalau Abu Farida Muhammad Ijat dalam bukunya “Aliz Nafsaka bil Qur’an” mengatakan “Al-Qur’an adalah obat yang sempurna bagi segala penyakit baik penyakit zhahir maupun bathin.
Ketiga,  هُدًى أي هداية من الضلال, Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dari kesesatan. Al-qur’an diturunkan Allah untuk memberikan petunjuk kepada manusia, membimbing dan membawanya kepada keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Berkaitan dengan hal tersebut, Prof.Dr.Quraish Syihab dalam “Wawasan Al-qur’an” mengatakan seluruh ayat yang ada dalam Al-qur’an seluruhnya berisi ajaran yang relevan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Mampu memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan manusia baik yang bersifat ibadah ritual maupun sosial termasuk di dalamnya tentang etika kenegaraan.
Oleh karena itu, kalau manusia sudah mampu memahami isi Al-Qur’an, menjadikan petunjuk kehidupan, serta mengamalkannya dalam hidup keseharian maka prilakunya dipastikan tidak bertentangan dengan ajaran Tuhan dan berselisih dengan tuntutan agama, siapaun dia dan apaun profesinya. Seorang pejabat kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat korupsi meskipun rakyat tidak tahu, seorang pedagang kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan curang mengurangi timbangan meskipun pembeli tidak mengerti, seorang suami kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat selingkuh meskipun sedang sendiri. Demikian pula seorang pemuda dan pemudi yang sedang asyik memadu kasih kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat “macam- macam” mskipun keadaan mendukung, senyap dan sepi, betul hadirin?
Keempatرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ أي رحمة لأهل الإيمان, Al-Qur’an berfungsi sebagai rahmat bagi insan nan beriman. Artinya kalau Al-Qur’an sudah kita baca isinya, dipahami ajarannya serta diamalkan petunjuknya maka ia akan menciptakan ketenangan bagi kita, jauh dari rasa resah dan gelisah, siap menghadapi berbagai problematika hidup dan kehidupan serta mampu menghantarkan kita kepada kebahagiaan baik dunia maupun di akhirat. Rasul pernah berjanji:
من جعل القرأن إمامه ساقه الى الجنة ومن جعل القرأن وراءه قاده الى النار
Barangsiapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya, maka ia akan membawanya kepada surga, sebaliknya barangsiapa yang menjadikan makmumnya maka akan mendorongnya ke jurang api neraka.”
Dengan demikian, Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang berfungsi sebagai pelajaran, obat, petunjuk dan rahmat dalam merancang bangun peradaban manusia untuk menggapai kebahagiaan baik di dunia, terlebih lagi di akhirat. Sejarah telah membuktikan bahwa Al-Qur’an dahulu pernah melakukan perubahan-perubahan fundamental terhadap peradaban manusia yang tiada taranya. Al-Qur’an mula-mula menjumpai bangsa Arab sebagai penyembah berhala, pemuja batu, dan pemuji kayu. Namun dalam jangka waktu kurang dari seperempat abad, penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT menguasai seluruh jazirah Arabia, setelah penyembah-penyembah berhala disapu bersih dari seluruh Jazirah Arabia. Al-Qur’an menyaptu bersih segala kepercayaan takhayul dan menggantinya dengan agama yang paling rasional. Pada masa itu Bangsa Arab sering membanggakan dirinya karena kebodohannya, berubah menjadi bangsa yang cinta ilmu pengetahuan, mereka disulap dengan tongkat wasiat Al-Qur’an, karena di dalamnya terdapat sumber ilmu pengetahuan. Hal demikian adalah akibat langsungdari ajaran Al-Qur’an. Di samping itu Al-Qur’an juga membangun manusia dari tingkat yang paling rendah ke tingkat peradaban paling tingi, hanya dalam jangka waktu relative singkat.
Oleh karena itu, dalam rangka menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman  hidup kita menuju peradaban manusia yang Qur’ani, mari kita baca Al-Qur’an, kita pahami isinya, kita renungkan maksudnya dan kita amalkan ajarannya. Sehingga dengan cara ini kita mampu hidup bahagia baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun Negara dan bangsa. Dan Allah pun akan menganugerahkan keberkahan kepada kita semua penduduk bangsa ini. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ ﴿٩٦﴾
096. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Hadirin wal hadirat Rahimakumullah
Dengan demikian dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang berfungsi sebagai pelajaran, obat, petunjuk dan rahmat dalam merancang bangun peradaban manusia untuk menggapai kebahagiaan baik di dunia, terlebih lagi di akhirat. Untuk itu kewajiban kita, saya, saudara dan seluruh kita bangsa Indonesia melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh Al-Qur’an agar peradaban manusia di negara Indonesia dapat berjaya kembali di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Amin.
Itulah yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


























IPTEK, WARISAN DAN KEBUDAYAAN YANG TERABAIKAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله القائل إن جائكم فاسق بنبإ فتبينوا أن تصيبوا قوما بجهالة الصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعه إلى رسالة.  أما بعد

HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Jeff Zeleski, seorang pakar komunikasi dunia dalam bukunya “Spiritualitas Cyberspace” menyatakan : Dewasa ini, perkembangan dunia Informasi dan komunikasi telah mencapai tahap yang mencenangkan konsekuensinya. Satu sisi melahirkan nilai-nilai positif dan mampu mengangkat taraf hidup manusia. Namun disisi lain perkembangan informasi baik melalui media cetak dan elektronika jika tidak dibingkai dengan nilai-nilai agama hanya akan melahirkan keresahan, kerusakan, bahkan kehancuran bagi manusia.
Hadirin kehawatiran ZaLesski tersebut kini kian terbukti. Kita perhatikan budaya barat/peradaban jahiliyah kini kian merajalela melalui media dan elektronika sebagai contoh tayangan-tayangan kekerasan dan sadis semakin merajalela, tontonan-tontonan magis-mitologis semakin membudaya bahkan hiburan-hiburan erotis seksual liberalis semakin makmur, membaur bahkan menjamur di tengah-tengah masyarakat. Eksisinya hadirin,  akibat tayangan kekerasan,muncul keributan dalam keluarga, tauran antar pelajar, perkelahian antar kampong bahkan peperangan antar etnis dan golongan akibatnya tontonan magis metelogis, lahir masyarakat irrasional, ayat Al-Qur’an dipermainkan, bahkan agama diperdagangkan. Akibatnya hiburan erotis dan seksualis. Marak perkosanan dan perzinahan, bahkan akhir-akhir ini kita digemparkan oleh munculnya praktek seks bebas yang dilakukan pelajar dan mahasiswa. Na’uzubillahi min dzalik.
Itulah hadirin dampak langsung dari penggunaan media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etika. Lalu bagaimanakah Islam melihat fenomena tersebut? Sebagai jawabannya pada kesempatan ini kami akan membahas tentangIPTEK, WARIASAN DAN KEBUTUHAN YANG TERGADAIKAN dengan landasan Al-Qur’an, surat Al-Hujarat ayat 6 :



Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujarat : 6)

HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH
Secara Filosofi, ayat tadi merupakan landasan metodis dalam menyikapi derasnya informasi yang disebarkan media cetak dan elektronika, yaitu Islam memiliki prinsip akomodatif jika bertentangan dengan ajaran Islam jangan gentar, katakan Tidak! Tidak, tidak meskipun dengan dalil seni dan kebebasan Pers, sepakat?
Dengan demikian ayat tadi memberikan pelajaran pada kita untuk memperhatikan nilai moral dan etik, dalam menggunakan media cetak dan elektronika. Namun, sangant disayangkan hadirin, saat ini yang terjadi adalah fakta sebaliknya, sebagai bukti tidak sedikit majalah-majalah yang memajang fotoperempuan setengah telanjang. Koran-koran mengumumkan tempat-tempat mesum dan pelacuran, stasiun-stasiun televise yang menayangkan senetron adegan ciuman yang ujung-ujungnya menjurus pada perbuatan mesum, bioskop yang menayangkan adegan ranjang dan hubungan sek, dan situs-situs porno yang marak merebak, membaur bahkan menjamur ditengah masyarakat bahkan membudaya seolah-olah telah mendarah daging pada masyarakat kita terutama para remaja bahkan hadirin akhir-akhir ini kita dikagetkan dengan munculnya majalah play boy yag menjajah pikiran manusia, sehingga yang terlihat hanyalah pikiran-pikiran jorok dan hasrat terlarang.
Bahkan akibatnya budaya barat yang disebarkan media cetak dan elektronika membuat para pemuda semakin terpuruk, sebagai contoh: tidak sedikit anak-anak muda kita yang terjerumus kedalam mabuk-mabukan, tenggak wiski, brendy, sampeng, bluange, matine, radikao, mensen, KTI, bir, tidak sedikit anak-anak muda kita mati diujung lidahnya ganja, morfin, ganja, morfin
Merintih memohon, memanggil ganja dan morfin sampai mati, tanpa iman dan banyak remaja kita akibat mengkomsumsi minuman keras dan narkoba kini tinggal menunggu lonceng kematian. Bahkan para pemuda kita terbiasa dengan budaya mesum seks, protitusi, porno aksi, dan pornografi dan seolah-olah menganggap God is Died, Tuhan telah mati. Na’uzubillahhimin dzalik…..
Lalu bagaimanakah sikap kita dalam menghadapi persoalan tersebut? Sebagai jawabannya kita renungkan firman Allah  swt dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 :




Artinya :  “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali-Imran : 104)

HADIRIN YANG BERBAHAGIA
Imam Ali Ash Shabuni dalam Shafawatut Tafasir menjelaskan ayat tadi :



Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar

Dengan demikian, orang yang mampu menjaga, melestarikan dan menjunjung tinggi harakat kemanusiaan adalah yang memiliki Iman dan amal Shaleh, fungsi dari mengimbangi otoritas intelektual. Sebab hadirin, walaupun kita ber otak cerdas, berwawasan luas, tetapi kita tidak berhati emas, apalagi jika keimanan lepas, kita hanya tumbuh menjadi manusia hina, biadab, brutal, tidak bermoral, berakhlak bejat bahkan bisa lebih jahat dan lebih bejat dari binatang.
Murtadha Muthahhari mengatakan, IPTEK yang ada pada orang yang tak beriman bagaikan sebuah pisau ditangan orang gila, dia bisa menebaskan kemana dia mau. Maka orang yang beriman tapi tak beriman bisa membunuh, menipu, merampok dan meracuni otak-otak kita.
Sebaliknya, bila IPTEK digenggam oleh orang beriman, kami yakin akan membawa kemaslahatan bukan kemudharatan, membawa kesejahtraan bukan kesengsaraan. Membawa kemajuan bukan kehancuran, membawa ketentraman bukan kekacauan.
Jikalau hal tersebut ysng kita aflikasikan insya allah media cetak dan elektronika yang mengabaikan nilai-nilai etik dan yang menyebarkan budaya-budaya barat jahiliyyah sedikit demi sedikit akan tergeser dan tergusur dan akan lahir media cetak dan elektronika yang siap merespon dan mengelola derasnya arus informasi untuk membentuk wadah akhlakul karimah dan  menjunjung tinggi kebudayaan Islam.
Dari uraian tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa saat ini penggunaan media cetak dan elektronika mulai mengabaikan nilai-nilai etika. Untuk menghadapi persoalan tersebut umat Islam membutuhkan sumber daya insan yang siap menjadi sumber sifat kebaikan untuk mengelola informasi menjadi maslahat dan manfaat dalam kehidupan individu, keluarga, nusa dan bangsa, serta umat manusia. Semoga Allah swt memberkati setiap usaha dan upaya kita semua. Amin ya Robbal ‘Alamin
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan ada manfaatnya….
 والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW, TELADAN MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي بعث فى الأمين رسولا الصلاة والسلام على سيدنا محمد احسن الناس قولا وفعلا وعلى اله وصحبه ومن تبعه فى الهدى واقتدى اخلاقا جزيلا – اما بعد

Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Michael Hart, seorang kolumnis Amerika menulis  dengan judul The One Hundred Ranking of Most Influenting Person in History, artinya seratus tokoh besar yang paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban manusia. Termasuk di dalamnya ada Adolf Hitler pencetus gerakan NAZI Jerman, Mahatma Gandhi pencetus gerakan Satya Graha India, Julius Ceasar pencetus Vini Vidi Vici dan tokoh-tokoh besar lainnya. Ternyata dari sederetan tokoh tersebut, Michael Hart menempatkan baginda Rasulullah Muhammad SAW pada urutan pertama sebagai Tokoh yang sangat berpengaruh di dunia. Sehingga kebesaran beliau diabadikan di dalam Encyclopedia Brittanica sebagai The Most Succesful of all Prophets and all Religious Personalities sebagai pemimpin yang paling sukses diantara para Nabi, para pemimpin Agama, dan para pemimpin lainnya dalam membangun peradaban manusia sedunia.hadirin melihat betapa pentingnya meneladani sikap dan sifat nabi Muhammad tersebut, khususnya dalam membentuk masyarakat madani maka“KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW, TELADAN MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI”  adalah tema yang akan kita bicarakan pada kesempatan kali ini, dengan landasan QS. Al-Jum’ah ayat 2 :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Artinya : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Hadirin Rohimakumullah,
Menurut Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asqori dalam Zubdat at-Tafsir Min Fath al-Qodir, ( الأمين ) maksudnya kondisi bangsa arab yang sebagian besar bukan saja tidak mampu membaca dan menulis tapi tenggelam ke dalam kehidupan jahilyah secara total. Kebobrokan moral merajalela. Dalam bidang social marak mabuk-mabukan. Dalam bidang pemerintah., etnis dan golongan yang dikedepankan. Dalam bidang hukum muncul law of jungle to be politely of people, hukum rimba menjadi peradaban.Orang kaya memangsa yang miskin. Orang pintar memangsa yang bodoh. Orang kuat menghantam yang lemah. Bahkan yang paling mengerikan martabat wanita di injak-injak, sehingga setiap lahir bayi wanita dikubur hidup-hidup tak peduli terdengar jerit, pekik tangis bayi didalam tanah. Na’udzubillah min dzalik.
Dalam kondisi seperti itu Rasul tampil sebagai sosok yang diwarisi dengan jiwa kepemimpinan, mengemban empat misi utama:
Pertama, misi Tilawah ( يتلوا عليهم أيته ) membaca ayat-ayat Allah, baik ayat Qur’aniyah maupun ayat Kauniyah, alam buana ini. Kedua, ( ويزكيهم ) Misi tazkiyah                      membersihkan segala bentuk kekufuran. Ketiga, misi Ta’lim (ويعلمهم الكتاب )    mengajarkan al-Qur’an sebagai pedoman reformasi sebab al-Qur’an is the only thing that can lead man to happiness, al-Qur’an adalah satu-satunya buku petunjuk hidup yang mampu menghantarkan manusia menuju kebahagiaan. Demikian menurut Napoleon, seorang oreantalis berkebangsaan PrancisKeempat, ( الحكمة ) menampilkan sunnah.

Hadirin yang berbahagia,
Keempat unsur tersebut merupakan strategi pembangunan Rasulullah saw yang terbukti berhasil membentuk dan membangun peradaban manusia sedunia. Namun lain halnya dengan gerakan pembangunan di Negara kita, konsepnya setinggi langit, gaungnya menggema kemana-mana tapi hasilnya entah kemana. Kenapa? Ini disebabkan krisis figur. Di era reformasi ini bukan figur-figur pembangun sejati yang muncul, tetapi yang menjamur adalah oknum-oknum pemimpin yang haus kursi, haus pangkat, jabatan dan popularitas. Karena kalau pembangunan kehilangan figur tak ubah laksana anak ayam yang kehilangan induknya. Tak tahu arah kemana ia harus melangkah. Instruksi yang dicita-citakan tapi destruksi yang dirasakan. Pembangunan tinggal landas yang dicita-citakan tapi tinggal kandas yang dirasakan. Pembangunan Nasional yang dicita-citakan tapi penderitaan Nasional yang dirasakan. Akhirnya tetap berada dalam Justifikasi Allah, لفى ضلال مبين tetap dalam kesesatan dan krisis Nasional multi dimensional.
Hadirin dalam kondisi seperti ini tidak satu figur pun yang harus kita tiru dalam merealisasikan pembangunana masyarakat madani kecuali baginda Rasulullah Muhammad saw.
Abu A’la al-Maududi dalam The Prophet Islam mengatakan “ He is the only one example where all excellences have been blanded in one personality “, nabi Muhammad adalah satu-satunya contoh terlengkap semua keunggulan terkumpul dalam diri seorang pribadi. Demikian pula hadirin kebesaran beliau dibuktikan oleh sejarah, beliau hidup dalam keadaan miskin, Allah menawarkan berbagai kesenangan material, harta, tahta, wanita bahkan jabal uhud siap jadi emas. Beliau menjawab :
اذا يا رب لا ارضى لو احد من امتى فى النار
kalau demikian ya Allah, apapun yang engkau berikan tidak ada satu pun yang menyenangkan hatiku, kalau satu saja ummatku yang masuk neraka.

Allahu Akbar. Hadirin, ini bukti sikap pemimpin sejati yang beroreantasikan ummat sebagaimana kaedah mengatakan :
المصلحة العامة مقدم على المصلحة الخاصة
Kepentingan umum lebih diprioritaskan diatas kepentingan pribadi dan golongan.

Tapi sebaliknya kalau pemimpin yang hanya mengatasnamakan rakyat namun tidak berorientasikan rakyat, di depan rakyat dia menyanyikan janji-janji manis, mendendangkan lagu-lagu mesra. Tapi di belakang rakyat dia tidak segan-segan mencekik dan menghisap darah rakyat. Akibatnya, kita lihat Rumania, ketika dipimpin oleh Nicoulas Susesco pemimpinnya poya-poya tapi rakyatnya sengsara, Iran ketika dipimpin oleh Reza Pahlepi pemimpinnya megah, rakyatnya susah, Prancis ketika dipimpin Louis 16 dan Ratu Maria Antonate pemimpinnya makmur rakyatnya hancur tersungkur, demikian pula Orde Baru pemimpinnya paling rendah naik BMW rakyatnya paling mewah naik BMM alias Bemo. Timbul pertanyaan, bagaimana sikap beliau dalam membangun peradaban masyarakat madani ? untuk mengetahui jawabannya kita renungkan firman Allah dalam QS. Ali Imron ayat 159 :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : ‘Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.


Hadirin Rahimakumullah,
Pada ayat tersebut terdapat lima akhlak pemimpin yang di contohkan Rasulullah Muhammad SAW.
  1.  لنت لهم  dengan lemah lembut dapat menunjukan keluhuran budi, bisa menarik simpati lawan, membuat segan begi semua lawan.
  2. Sifat rosul tidak bengis dan tidak berlaku kasar karena pemimpin yang berjiwa kotor niscaya akan dictator.
  3.  فاعف عنهم  pemaaf, واستغفر لهم yakni mudah untuk memberi ampunan bagi orang-orang yang bersalah.
  4.  وشاورهم فى الأمر  Rosul sangat senang bermusyawarah, tidak otoriter dan siap dikeritik ketika keliru.
  5. Beliau memiliki komitmen فإذا عزمت فتوكل على الله setelah memantapkan planning dalam suatu kegiatan, lalu bertawakal kepada Allah.
Itulah hadirin sikap dan sifat yang rosul miliki dalam menciptakan peradaban manusia. Dengan demikian pembangunan di Negara kita ini hanya akan bergulir dengan baik, jika dalam mekanisme pembangunannya mencontoh kepribadian rosululloh Muhammad saw. Dan orang yang dapat mencontoh beliau hanyalah orang-orang yang beriman. Semoga kita sebagai rakyat Indonesia dapat segera menyempurnakan iman kita sehingga berhasilah kita dalam membentuk dan membangun Negara ini menuju masyarakat madani. Amin ya robbal alamin.
Itulah yang dapat saya sampaikan,
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته




JIHAD DALAM MEMBANGUN PERSAUDARAAN

السلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته
الحمد لله الذى امرنا بالجهاد فى سبيل الله و ترك الهوى . اشهد ان لا إله إلا الله رب العرش استوى و اشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله المصطفى صلواة الله وسلامه عليه {اما بعد}

DEWAN HAKIM YANG ‘ARIF DAN BIJAKSANA
HADIRIN YANG BERBAHAGIA
Masih ada dalam ingatan kita, tragedi 11 September 2001 di mana pusat ekonomi dunia yang terbangun di menara kembar World Trade Center New York Amerika Serikat, hancur lebur di hantam oleh dua pesawat komersil yang dibajak oleh sekelompok orang yang kemudian dikenal sebagai musuh dunia, yakni al-Qaeda.
Terdapat dua dampak pasca tragedi tersebut. Pertama, dunia mulai melihat keadaan Islam di negara-negara jajahan Eropa yang terus tertindas, dirampas sumber daya alamnya, hingga saat ini, hendaknya perlu dilakukan pendekatan ulang tanpa tindakan militer. Namun hasilnya, mereka hingga saat ini tetap tertindas.
Yang kedua, dunia saat ini melihat gelagat buruk dari penyebaran Islam yang begitu pesat di Eropa, sehingga inilah saatnya untuk mempropaganda dan mengadu domba umat Islam dengan menggolongkan umat Islam kepada dua kelompok, yakni Islam Radikal sebagai basic terorisme dunia, dan Islam Moderat sebagai sahabat mereka.
Hadirin, kedua dampak ini menyebar ke seluruh daerah di tanah Indonesia. Bahkan tidak begitu lama dari kasus WTC, Bali sebagai pusat wisata Indonesia, dibom oleh mereka yang mengaku sebagai para mujahid Islam. Lalu apakah Islam telah mengajarkan tentang jihad sebagai sebuah penindasan dan teror? ataukah sesungguhnya Jihad dapat menjadi sarana untuk membangun persaudaran? Oleh karenanya, “JIHAD DALAM MEMBANGUN PERSUADARAAN” adalah tema yang akan kita bahas dalam kesempatan kali ini. Dengan redaksi awal, firman Allah swt surat at-Taubah ayat 41:
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَ أَ نْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ  {41}
Artinya : “Berangkatlah baik dalam keadaan ringan ataupun berat, dan berjihadlah dengan harta kamu dan diri kamu dijalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.

HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH..
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Tafsir al-Mishbah menjelaskan bahwa pada hakikatnya perintah untuk berperang sebagai salah satu makna jihad di dalam ayat tersebut, tidaklah dibutuhkan oleh Allah dan tidak juga oleh Rasul-Nya Muhammad saw, karena sesungguhnya Allah telah membela dan mendukung umat Islam ketika ia sendiri ataupun berdua. Namun, jika kita mengetahui betapa banyak sisi kebajikan yang disiapkan oleh Allah bagi mereka yang berjihad dan taat kepada Allah, tentulah umat Islam akan melaksanakan perintah tersebut. Hal ini jika ditinjau dari bebagai aspek duniawi dan ukhrawi sebagaimana difahami dari bentuk nakirah atau indifinitif kata ( خير) di dalam ayat tersebut.
Dampak positif yang membawa kebaikan dan kebajikan melalui jihad sesungguhnya selaras dengan dakwah dan jihad para ulama penyebar Islam di tanah nusantara ini. Abdurrahman Mas’ud menjelaskan, bahwa Islam Indonesia memiliki dua model yang saling mengikat, yakni model universal dan dan model domestik. Model universal adalah model yang menyatukan dunia Islam dibawah kepemimpinan dan uswatun hasanah Muhammad Rasulullah saw, sementara model domestik yang menjadikan Muslim Indonesia unik adalah mereka yang bermakmum dari model-model Walisongo. Mereka adalah wali sembilan yang namanya demikian populer telah berhasil merubah Nusantara Hindu-Budha ke dalam agama Islam dengan penuh kedamain di abad 15-16. Dengan demikian ungkapan yang menyatakan bahwa ajaran Islam pada abad ke-18 dan ke-19 berada dibawah bayang-bayang Walisongo tidaklah berlebih-lebihan. Bahkan selama hampir lima abad setelah periode Walisongo, pengaruh mereka tetap terlihat dan terasa jelas hingga kini.
Lalu muncul sebuah pertanyaan, apakah model Islam yang menggerakkan jihad sebagai sarana irhab ataupun terorisme merupakan model jihad di Indonesia? Tentulah tidak. Islam Indonesia di bangun dengan model toleransi terhadap produk-produk lokal budaya yang ada. Islam Indonesia tidak memberantas tempat-tempat Ibadah yang berbeda dengan Islam. Bahkan begitu banyak masjid-masjid di Indonesia yang dibangun dengan model budaya mereka dan jauh dari model tanah Arab.
Namun saat ini yang terjadi adalah, begitu banyak para pendakwah baru yang seringkali membajak Islam demi hawa nafsunya untuk menguasai seseorang ataupun sekelompok orang. Pantas jika Rasulullah saw dulu pernah menasehati para sahabat melalui sabdanya:
رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر . قالوا :  وما الجهاد الأكبر ؟  قال :  مُجاهدة العبد هَواه {رواه البيهقي}
Artinya : “Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya ; apakah itu jihad yang besar ? Rasul menjawab ; seorang hamba berjihad melawan hawa nafsunya.” [HR. al-Baihaqi]

HADIRIN MA’ASYIRAL MUSLIMIN RAKHIMAKUMULLAH..
Inilah yang terjadi saat ini, jihad tidak lagi memberikan dampak positif kepada semua orang berupa kemaslahatan dan kebaikan kepada setiap orang, melainkan karena nafsu al-hawa’ yang dikedepankan. Padahal Rasulullah Muhammad saw diutus kemuka bumi ini adalah sebagai pembawa Rahmat Allah kepada seluruh makhluk di muka bumi ini, ( وما ارسلنك إلا رحمة للعالمين). Untuk itu, marilah kita jadikan Jihad di Indonesia ini jihad yang dapat menciptakan persaudaraan, sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulu kita, penyebar Islam di tanah Nusantara. Bukan seperti yang dilakukan oleh para pembajak Islam, yang membesarkan nama Islam melalui tindakan teror terhadap orang-orang yang berbeda dengan mereka.
Lalu, bagaimanakah cara kita untuk membangun persaudaraan antar sesama umat Islam, dalam memaknai perbedaan terhadap teks-teks Jihad? untuk itu, marilah kita simak bersama firman Allah swt di dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 10 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَ يْكُمْ وَاتَّقُوا اللهَ  لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ {10}
Artinya: ““Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah (bagaikan) bersaudara karena itu damaikanlah antar kedua saudara kamu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”

DEWAN HAKIM YANG ‘ARIF DAN BIJAKSANA
HADIRIN YANG KAMI BANGGAKAN
Mengenai ayat ini, Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa penggunaan kata (إِنَّمَاinnama dalam konteks penjelasan tentang persaudaraan antara sesama mukmin ini, mengisyaratkan bahwa sebenarnya semua pihak telah mengetahui secara pasti bahwa kaum beriman bersaudara, sehingga semestinya tidak terjadi dari pihak mana pun hal-hal yang mengganggu persaudaraan itu. Adapun kata (إِخْوَةٌikhwah mengisyaratkan bahwa persaudaraan yang terjalin antara sesama muslim, adalah persaudaraan yang dasarnya berganda. Sekali atas dasar persamaan iman, dan kali kedua adalah persauadaraan seketurunan, walaupun yang kedua ini bukan dalam pengertian hakiki. Dengan demikian tidak ada lagi alasan untuk kita memutuskan hubungan persaudaraan antar sesama muslim. Lebih-lebih jikalau antar individu masih direkat oleh persaudaraan sebangsa, secita-cita, sebahasa, senasib dan sepenanggungan.
Thabathaba’i menulis, hendaknya kita menyadari firman Allah swt yang menyatakan bahwa : “sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara” merupakan ketetapan syariat berkaitan dengan persudaraan antara orang-orang mukmin dan yang mengakibatkan dampak keagamaan serta hak-hak yang ditetapkan oleh agama.
Adapun kata (أَخَوَيْكُمْakhawaikum adalah bentuk dual dari kata (أخakh. Penggunaan bentuk dual disini untuk mengisyaratkan bahwa jangankan banyak orang, dua pun, jika mereka berselisih harus diupayakan ishlah antar mereka, sehingga persaudaraan dan hubungan harmonis mereka terjalin kembali.
Dengan demikian, ayat di atas mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa persatuan dan kesatuan, serta hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil atau besar, akan melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, perpecahan dan keretakan hubungan akan mengundang lahirnya bencana buat mereka, yang pada puncaknya dapat, melahirkan pertumpahan darah dan perang saudara.
Akhirnya, melalui ajang musabaqah ini, kami menghimbau kepada seluruh umat Islam, marilah kita bersama-sama terus berjihad di jalan Allah dengan penuh keramahan dengan cara menghormati local wisdom bangsa ini, sehingga jihad dapat menciptakan persaudaraan yang kuat antar sesama umat Islam.
Wahai saudara-saudaraku orang jawa “kito sedoyo sederek”, wahai saudara-saudaraku   orang   betawi   “kite   semuanye   besodare”,   wahai  saudara-saudaraku  orang lampung “kham semuaghian”, wahai saudara-saudaraku orang madura “taretan-taretan sadeje sampean kabi sadajena satareta”, wahai saudara-saudaraku orang aceh “gutanyo bandum masudara berme pake-pake”, wahai saudara-saudaraku papua irian jaya “ipar-ipar katorang samua basudara”, wahai saudara-saudaraku keturunan tyong hoa “tha cia thu she icajin banya cincaila”, wahai saudara-saudaraku orang India “ham seb bai bhai kuo mahabathe”. Kita tingkatkan ukhuwah basyariyah, ukhwah wathoniyah dan ukhuwah Islamyyah demi mendapatkan rahmat Allah swt, Amin ya Rabbal ‘Alamin……
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته





















EKONOMI SYARIAH PENDORONG
PENGUATAN EKONOMI UMAT

السلام عليكم ورحمة الله وبر كا ته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين {أما بعد}

Hadirin yang kami hormati.
Dunia semakin cantik dan molek, dihiasi dengan perkembangan sains dan teknologi yang semakin canggih dan menarik. Akan tetapi permasalahan-permasalahan di setiap lini kehidupan termasuk didalamnya masalah kemiskinan, telah membuat otak ruwet, mumet dan jelimet. Bukankah karena miskin seseorang tidak dapat meneruskan pendidikannya maka ia menjadi bodoh? Bukankah karena miskin seseorang tidak dapat melihat dan mendengarkan berita-berita terkini (headline news) maka ia menjadi terbelakang? Bukankah karena miskin seseorang dapat menjual akidahnya maka ia menjadi kufur?
Masalah ini terus dan terus berputar bagaikan lingkaran setan yang seolah-olah tidak ada pemacahannya, padahal Islam telah memberikan solusi kongkrit, dengan cara “Ekonomi Syariah Pendorong Penguatan Ekonomi Rakyat”, sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah di dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 :
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ  {275}

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Hadirin Rohimakumullah.
Firman Allah yang baru kita simak bersama mengisyaratkan agar kita umat Islam memiliki ekonomi yang kuat. Mari kita kaji secara mendalam. Imam Ibnu Katsir di dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir jilid ke-3 menyebutkan, bahwa sebab diturunkannya ayat ini berawal dari sebuah pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqash kepada Saidina Muhammad Rasulullah SAW. “ wahai Rasulullah aku memiliki harta yang banyak akan tetapi pewarisku hanya satu orang anak, maka bolehkah jika aku bersedekah dua pertiganya? Rasul menjawab : “tidak boleh”. Bolehkah jika seperduanya? Rasul menjawab : “ tidak boleh”. Bagaimana jika sepertiganya? Rasul menjawab : “ tidak boleh “ seraya melanjutkan perkataannya :
إنك إن تذر ورثتك الأغنياء خير من أن تذرهم عالة يتكففون الناس
“ sungguh aku mengharapkan jika engkau dapat warisi keturunan yang kaya dan berharta dan itulah yang terbaik dari pada engkau mewarisi keturunan yang lemah lagi papa serta hanya mengharapkan belas kasih orang lain “
Kisah ini menjelaskan kepada kita bahwasanya Islam menginginkan agar setiap orangtua dapat meninggalkan generasi penerus mereka dalam keadaaan yang kuat fisik, kuat mental, dan kuat perekonomiannya.
Syekh Mustofa al-Maroghi menafsirkan kalimat “khoofu ‘alaihim”, sebagai suatu kekhawatiran jikalau anak-anak hidup terlantar dan tersia-sia, kenapa demikian? Karena telah diketahui bersama bahwa tolak ukur sejahtera tidak sejahteranya seseorang, makmur tidak makmurnya seseorang dilihat dari keadaan ekonominya, apabila ekonominya baik, maka apa yang menjadi hajat hidupnya akan mudah untuk didapatkan, akan tetapi jikalau ekonominya buruk maka secara pasti apa yang menjadi hajat hidupnya akan sulit untuk terpenuhi.

Hadirin Rohimakumullah.
Dalam dunia ekonomi kita mengenal adanya tiga buah sistem ekonomi. Pertama,sistem ekonomi sosialis dimana pemerintah secara mutlak mengurus dan mengelola sistem perekonomian mereka. Kedua, sistem ekonomi kapitalis dimana setiap individu, setiap wirausahawan berhak untuk mengelola serta mengurus keadaan perekonomian mereka, sistem ekonomi inilah yang telah membuat jarak yang sangat antara yang kaya dengan yang miskin dan juga telah mengakibatkan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin (the rich richer and the poor poorer)Ketiga, sistem ekonomi Islam dimana dalam sistem ini yang di angkat kepermukaan adalah niali-nilai ukhuwah dan nilai-nilai kebersamaan, dengan artian bahwa setiap orang harus saling tolong menolong, yang kaya menolong yang miskin, yang kuat menolong yang lemah, tidak ada jarak diantara mereka bahkan mereka merasa bahwa mereka bagaikan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Dari penjelasan ini maka timbullah sebuah pertanyaan, bagaimanakah teknis untuk merealisasikan prinsip ini? Sebagai jawabannya mari kita renungkan firman Allah dalam surat adz-dzariyat ayat : 19
وَ فِى اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ للِسَّا ئِلِ وَ الْمَحْرُ وْمِ  { الذاريات : 19}
Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”.

Hadirin dan hadirat yang kami hormati.
Firman Allah pada ayat ini dengan tegas dan jelas mengisyaratkan kepada kita bahwa pemberdayaan ekonomi diproyeksikan demi kesejahtraan bersama. Islam menolak keras sistem ekonomi dalam bentuk monopoli, oligopoli dan ekonomi yang diorientasikan hanya untuk kepentingan pribadi. Prinsip ini harus kita aplikasikan di negara kita jikalau kita  menginginkan negara kita menjadi negara yang maju dan damai. Apalagi jikalau kita perhatikan di negara kita Indonesia ini, masih terdapat 37,5 juta jiwa umat manusia yang berada dibawah garis kemiskinan, lalu berapa banyakkah ummat Islamnya ? ternyata setelah diteliti oleh lembaga peneiliti di Indonesia, terdapat lebih dari 30 juta jiwa umat Islam yang berada dibawah garis kemiskinan. Sebuah pertanyaan besar yang ada pada pikiran kita semua, mengapa umat Islam lebih banyak tenggelam dalam kemiskinan ?
Menurut KH Zarkasih, pertama. Banyak diantara kita yang hanya berorientasi pada keakheratan saja. Mereka memiliki pemahaman yang sempit terhadap hadits Nabi Muhammad SAW ”ad-dunya jiifah” dunia ini adalah bangkai yang menjijikkan. Dan “ad-dunya sijnul mukminin” dunia adalah penjara bagi umat Islam, pemahaman uang sempit terhadap kedua hadits ini mengakibatkan pemasalahan-permasalahan duniawi ditinggalkan dan Islam pada akhirnya identik dengan masalah kemiskinan.
Kedua.Kemunduran ekonomi umat Islam disebabkan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi mayoritas umat Islam masih berpikir dengan corak agraris dan kolot. Padahal saat ini dunia bisnis membutuhkan orang-orang yang kreatif dan siap untuk saling berkompetisi dengan yang lainnya.

Hadirin dan hadirat yang kami hormati.
Bagaimanakah konsepsi Islam dalam perekonomian. Mari kita simak bersama firman Allah dalam surat an-nisa ayat 29 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ {9} فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ   {10}

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (9) Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (10)”.

Hadirin rahimakumullah.
Syekh Mustafa al-Maraghi dalam tafisir al-Maraghi menyatakan, bahwa halalnya perniagaan, transaksi jual beli jika terjadi saling meridhoi antara keduanya, sebaliknya Islam sangat mengharamkan adanya penipuan, pendustaan dan pemalsuan barang. Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini merupakan dasar dari sebuah sistem ekonomi Islam, dan ayat ini  pula merupakan himbauan pada kita semua agar tidak mencari keuntungan dengan cara menghisap darah orang lainyakni riba.
Berdasarkan prinsip ini maka dapat dipahami bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi mu’awanah, terdapat didalamnya sistem ekonomi mudharabah, murabahah, musyarakah, dan di negara kita alhamdulillah setidaknya telah melaksanakan prinsip ini seperti adanya bank-bank syari’ah. Oleh sebab itu, untuk menopang prinsip ini Rasulullah SAW bersabda :
من كان له مال فليتصدق بماله ومن كان له قوة فليتصدق بقوته ومن كان له علم فليتصدق بعلمه
“ siapa yang memiliki harta maka bersedekahlah dengan hartanya, siapa yang memiliki kekuasaan maka bersedekahlah dengan kekuasaannya, siapa yang memiliki ilmu maka bersedekahlah dengan ilmunya “.
Dengan demikian pada akhirnya kami mengajak pada seluruh umat Islam untuk bersama-sama mengaplikasikan sistem perekonomian Islam, yakni dengan cara pemberdayaan ekonomi umat, maka secara tidak langsung segala bentuk kebodohan, keterbelakangan, dan kekufuran akan hilang dengan sendirinya.
Untuk itu marilah kita berdoa kepada Allah semoga kita diberikan kemudahan dalam aktivitas kita. Amin ya Robbal ‘alamin.
والسلا م عليكم ورحمة الله وبركاته






















ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH SOLUSI PEMBERANTASAN KEMISKINAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي امرنا أن نهتم الفقراء والمساكين الصلاة والسلام على سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين اما بعد

Hadirin Rahimakumullah
Pada umumnya ada tiga konsep yang berkaitan dengan pemanfaatan harta benda. Pertama, komunis dengan prinsip mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan individu, tiap-tiap individu tidak memiliki kemerdekaan dan hak kepemilikan sehingga menguntungkan si miskin namun kerugikan bagi si kaya. Kedua, kapitalisme dengan prinsip menitik beratkan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat, akibatnya lahir “the rich richer and the poor poorer”. Yang kaya semakin, kaya dan yang miskin semakin miskin:
القوي يأكل الضعيف والعالم يأكل الجاهل
Yang kuat memakan yang lemah, yang pintar memakan yang bodoh. Homo homoni lupus to be polity in society, penghisapan manusia terhadap manusia menjadi peradaban. Hadirin hanya membawa derita dan untaian air mata bagi kaumdhu’afa. Dalam polemic tersebut muncul konsep Islam dengan unsur keseimbangan dalam pemberdayaan:
كي لا يكون دولة بين الأغنياء منكم
Agar harta kekayaan tidak hanya bergulir di antara orang-orag kaya di antara kamu sekalian.
Tapi dirasakan pula oleh kaum dhu’afa. Prinsip tersebut diantaranya diaplikasikan melalui pelaksanaan zakat, wakaf dan infaq. Karena ituntasan itulah Zakat, Infaq, dan shodaqoh solusi pemberantasan kemiskinan “ adalah tema yang akan kita uraikan pada kesempatan kali ini. Dengan landasan surah At-Taubah ayat 103:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿١٠٣﴾
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Hadirin Ma’asyral Muslimin Rakhimakumullah…
Hadirin Imam Ibnu Jarir mengatakan ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan permintaan Abu Lubabah beserta kedua temannya kepada Rasulullah Muhammad SAW seraya berkata: “Ya Rasulullah, ini harta benda kami sedekahkanlah atas nama kami dan mintakanlah ampunan bagi kami!”. Rasul menjawab: “Aku tidak diperintah Allah untuk menerima harta sedikitpun”. Berkenaan dengan hal tersebut, turunlah perintah Allah untuk menerimanya sebagaimana terangkai dalam surah At-Taubah ayat 103 tadi terutama pada kalimat خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ Kalau kita kaji lebih dalam kalimat خُذْ disamping menunjukkan sighat Amr juga mengisyaratkan agar dibentuk lembaga pengelola zakat, wakaf dan infaq yang professional dan proporsional. Kenapa demikian? Pertama, karena sadar membayar zakat itu hanya sedikit. Kedua, mengisyaratkan agar amilin memiliki manajemen yang bagus. Masa orde baru terbukti karena amilin tidak professional akhirnya zakat bukan mensejahterakan rakyat tapi zakat menjadi jaket.
Hadiri, apa hikmah zakat bagi seorang muzakki? Ayat tadi menjelaskan : Pertama, Tathir  تطهرهم untuk membersihkan harta dari hak-hak fakir miskin, orang yang tak berharta, orang yang terbaring di pinggir-pinggir jalan yang tiap hari merasakan pekik getirnya kehidupan, hanya isak tangis yang ia rasakan. Keduaوتزكيهمmembersihkan dari penyakit rakus, tamak, dan serakah. Penyakit ini hadirin yang harus kita bersihkan, sebab jika kehidupan manusia dilanda penyakit ini maka akan lahir hartawan berjiwa Qarun, pengusaha bermental Sa’labah, penguasa berotak Fir’aun, fungsinya bukan pelindung rakyat tapi pemeras, penindas, bahkan perampas hak-hak rakyat. Fungsi yang ketiga, Taskin سكن لهم maksudnya dengan zakat, wakaf, dan infaq jiwa akan tenang, hati senang walaupun banyak uang. Amin ya rabbal ‘alamin.
Tapi sebaliknya, jika para aghniya’, para konglemerat enggan membayar zakat, enggan untuk wakaf, dan enggan berinfak maka suatu negara bisa kiamat, walau gedung bertingkat, walau mobil makin mengkilat, dijamin rakyat sulit berdaulat apalagi jikalau pejabat sudah jadi penjahat, menyikat uang rakyat, jelas bangsa bisa kiamat. Na’udzubillah mindzalik. Padahal Rasulullah saw telah mengancam :
ليس المؤمن الذى يشبع وجاره جائع إلى جنبه
Bukan termasuk orang mukmin, orang yang hidupnya kenyang sendirian sementara tetangganya hidup dalam kelaparan
Dengan demikian, orang kaya yang tidak peduli dengan nasib kaum dhu’afa, konglomerat yang acuh terhadap kaum melarat, pejabat yang apriori terhadap nasib rakyat, bukan saja mencerminkan orang yang jahat, tetapi mencerminkan orang yang tidak beriman dan orang seperti ini harus minggir dari Negara kita tercinta ini. Sebab Negara kita Indonesi akan jaya apabila dipimpin oleh orang-orang yang peduli dengan nasib kaum dhu’afa.
Oleh karena itu hadirin, semangat zakat, wakaf dan infak wajib kita aplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Timbul pertanyaan, kepada siapa zakat itu diberikan? Sebagai jabannya kita renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an Surat al-Taubah ayat : 60



Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana


Hadirin Rakhimakumullah….
Ayat tersebut diawali dengan  إنما dalam ilmu balaghah merupakan اداة القصر yang berfungsi untuk mensfesifikasikan. Ayat tersebut merupakan deskripsi Allah swt tentang skala prioritas penerima harta zakat, yaitu الفقراء والمساكين orang-orang fakir dan miskin. Lalu bagaimanakah kaitannya dengan kondisi Bangsa kita saat ini? Prof. Sukirman melaporkan 23 juta lebih penduduk indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, apalagi setelah terjadinya krisis moneter, marak korban PHK, sulit mencari lapangan kerja, kemiskinan semakin membengkak. Akibatnya kemiskinan ini كاد الفقر أن يكون الكفرا  dampak langsungnya adalah dapat menyebabkan kekufuran, akibatnya adalah kemiskinan. Dr. Ismail Raj’i al-Faruqi, derektur lembaga pengkajian Islam internasional mengatakan bahwa “ kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan merupakan tiga permasalahan besar yang saat ini, namun diantara ketiganya kemiskinan merupakan yang paling berbahaya. Sebab kebodohan dan keterbelakangan itu muncul akibat kemiskinan. Akibatnya, tidak sedikit saudara kita yang menjual akidah hanya untuk mempertahankan hidupnya. Bahkan akibat kemiskinan tidak sedikit gadis-gadis kita yang menjual kehormatannya untuk medapatkan sesuap nasi. Na’udzubillah. Hadirin, menurut Dr. Didin Hafifudin, MSc, agar kemiskinan tidak bertambah dan bertambah, ada tiga hal yang harus kita lakukan berkaitan dengan kewajiban zakat. Pertama. Kita harus mengeluarkan zakat dan memasyarakatkan gerakan sadar zakat. Kedua, kita harus membentuk lembaga zakat yang professional.  Ketiga, kita harus memberdayakan zakat untuk membangun kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, kita harus menyambut baik usaha pemerintah yang berhasil membuat Badan Amil Zakat (BAZIS), kita patut mengacungkan jempol dengan usaha pemerintah yang berhasil membuat peraturan pemerintah No. 34 tahun 99 tentang pengelolaan zakat. Semoga usaha yang telah dilakukan dapat menyadarkan masyarakat kita untuk taat mengeluarkan zakat, berwakaf, dan berinfaq sehingga dapat  mengurangi kemiskinan dan mensejahterakan masyarakat kita. Amin ya robbal alamin….
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي جعل الإنسان خليفة بارسطاة وانواع مختلفة. وبذالك اوجب علينا اخوة الصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن تبع رسالته {اما بعد}


HADIRIN MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Rasisme dan diskriminisme merupakan paham yang sangat paradok dengan kemajemukan. Jammes Monrou dengan doktrinnya “American is on America” telah menganggap bahwa bangsa Amerika paling baik dari bangsa lain. Benneto Mussolini dengan ajarannya, Fasisme Italia merasa bahwa bangsanya lebih mulia dari bangsa lain. Hirohito dengan Fasisme Jepangnya mencetuskan bahwa bangsanya paling pantas memimpin dunia. Alhasil paham-paham tersebut tidak menghargai kemajemukan. Samuel Eto’o, pemain sepak bola asal Kamerun pun ikut menjadi salah satu korban rasisme, sehingga jauh-jauh hari Persatuan Sepakbola Eropa (UEF) mencanangkan program kampanye “Let’s Kick Racism out of Football”. Dan di Indonesia kita diinggatkan akan kerusuhan Mei 1998, di mana sasaran utamanya adalah orang-orang Tionghoa, masyarakat secara umum tidak melihatnya sebagai suatu tindakan biadab. Banyak yang mengutuk, dari luar negeri, Negara-negara sahabat, lembaga-lembaga PBB maupun lembaga HAM Internasional mengutuk keras rasial Mei 1998.
Penghargaan dalam Islam tidak berdasarkan ras, suku, keturunan, prestise, tapi penghargaan dalam Islam berdasarkan amal dan prestasi. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai sikap Islam dan dunia kemajemukan, maka pada kesempatan ini kita bicarakan “MENGHADIRKAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MAJEMUK ”. Dengan rujukan surat Al-Hujurat, ayat 13 :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

HADIRIN MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Menurut ibnu Asy-Syakir dalam kitab Mubhamat bersumber dari abu bakar bin abu daud, bahwa ayat ini berkenaan dengan keinginan Rasulullah SAW untuk menikahkan Abi Hindin kepada seorang puteri dari kalangan BaidhahBaniBaidhah dengan sinis berkata pada Rasulullah ” ya Rasulullah pantaskah kami mengawinkan putri-putri kami kepada budak-budak kami ? Rasul belum sempat menjawab saat itu, jibril datang menyampaikan surat Al-Hujurat ayat 13 yang diawali dengan يَاأَيُّهَا النَّاسُ, Menurut Imam Ali Ash-Shabuni dalam Shafwat al-Tafsirbeliau menjelaskan :
أي خطاب لجميع البشر
Artinya : “objeknya adalah seluruh manusia”.
Bahwa manusia baik laki-laki maupun perempuan walau bercorak suku berlainan bangsa semuanya memiliki harkat dan martabat yang sama di hadapan Allah SWT. Fungsinya bukan untuk saling menutup diri, melecehkan, menghina, membangga-banggakan kelompok, suku bangsa, maupun daerah masing-masing. Sebab dengan tegas Rasulullah SAW bersabda :
ليس منا من دعا على عصبيته وليس منا من مات على عصبيته
Artinya : “Bukan golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan dan bukan golongan kita orang yang mati karena membela, mempertahankan dan memperjuangkan kesukuan.”
Ini berarti kemajemukan tersebut harus kita jadikan jembatan emas
لِتَعَارَفُوا أي  ليحصل بينكم التعارف والتألف
Artinya : “Agar kamu saling mengenal, yakni menjalin komunikasi yang harmoni dan menebarkan cinta kasih serta kasih sayang yang tiada pandang sayang.”
Demikian ungkapan Imam Ali Ashobuni dalam Safwat at Tafassir.

HADIRIN WAL HADIRAT RAHIMAKUMULLAH
Timbul pertanyaan, bagaimana sikap kita dalam menyikapi kemajemukan bangsa Indonesia ini sebagai suatu berkah?  Pertama, sebagai umat yang mayoritas mari kita jalin ukhuwah Islamiyyah di Negara kita ini. Meskipun kita berbeda suku, adat istiadat, maupun organisasi dan partai pilihan, tapi kalau satu akidah, tidak boleh saling menghina, memfitnah, mengadu domba, apalagi sampai menumpahkan darah.
Mengingat pentingnya ukhuwah Islamiyah ini, pantas jikalau Rasulullah SAW ketika sedang sakit keras, namun beliau bangkit berdiri dan berkata tentang pertentangan yang terjadi antara kaum Aus dan Khazraj :
ابدا ابدا ابدا الجاهلية من بعد ما جاءتهم البينات وانا احضر بينكم

Artinya : “Apakah kamu akan kembali ke dalam tradisi jahiliyah (berpecah belah) setelah datang penjelasan-penjelasan dan aku masih hadir di antara kalian.”

Sikap keras Rasul tersebut hadirin, merupakan realisasi untuk merajut ukhuwah Islamiyah yang harus kita teladani dalam menyikapi kemajemukan bangsa kita ini. Karena perpecahan kaum Aus dan Khazraj merupakan symbol bibit perpecahan internal umat Islam yang saat ini banyak terjadi.
Sebagai bukti, disebabkan perbedaan pendapat masalah furuiyah, berlainan organisasi yang diperkokoh oleh kepentingan pribadi dan kelompok, lantas pisah partai, putus silaturrahim, berakhir dengan saling tonjok, saling rampok, bahkan saling bacok. Na’udzubillah.
Kedua, sebagai warga Negara Indonesia, mari kita wujudkan dan kita pelihara ukhuwah wathoniyah, dengan cara mengamalkan kembali filsafat momentum sumpah pemuda yang telah diikrarkan oleh bangsa Indonesia terdahulu, bahwa kita satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.


HADIRIN WAL HADIRAT RAHIMAKUMULLAH.
Jikalau beberapa upaya langkah-langkah ini sudah kita lakukan, mudah-mudahan bangsa kita akan  menjadi bangsa yang selalu menghargai akan adanya perbedaan, sehingga bangsa kita akan senantiasa mendapatkan keberkahan dalam menjalankan pembangunan di Negara kita ini,  sebagaimana yang Allah janjikan dalam surat Al-A’raf ayat 96 :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ{٩٦}
Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”.

HADIRIN JAMA’AH SYARHIL QUR’AN ROHIMAKUMULLAH
Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asqori dalam Zubdat at Tafsir min Fath al Qadhirmenjelaskan bahwa jikalau umat manusia beriman dan bertakwa :
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أي لوسعنا عليهم الخير من كل جانب
Artinya : “pasti Allah lapangkan bagi mereka keberkahan dari langit dan Allah lapangkan keberkahan dari bumi.” syaratnya iman dan taqwa.

HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Dari uraian tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa jikalau segala upaya ttelah kita lakukan mudah mudahan bangsa kita menjadi bangsa yang bersatu pada sehingga dapat membentuk Negara yang baldatun toyyibatun warabbul ghafur,amin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah mudahan ada manfaatnya…
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

























السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذى ارسل رسولا مبشرين ومنذرين وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا  أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين {أما بعد}

KAUM MUSLIMIN YANG DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT
Alfin Toffler dalam bukunya The Future Shock and The Third Wave, beliau menyatakan, era milinium merupakan era institusional change, yaitu era menjamurnya berbagai media komunikasi. Konsekuensinya, pada suatu sisi melahirkan nilai-nila positif, Namun disisi lain over loading information melahirkandesease of adaftation, penyakit adaptasi. Penerimaan terhadap unsur-unsur asing tanpa mempertimbangkan baik atau buruknya, ketika orang barat judi, Remaja dan pemuda  kita terlena dengan gaplek dan remi, ketika orang barat terlena dengan minum-minuman keras, Remaja dan pemuda  kita terlena dengan budaya mabuk-mabukan tenggak wisky, brandy, bahkan yang paling besar dan mendasar penyakit adaptasi ini melahirkan dehumanisasi, demoralisasi, dan despritualisasi.
Akibatnya manusia hidup bebas, keras, beringas, ganas bahkan lebih ganas dari binatang buas, di sinilah pentingnya pembangunan kepribadian yang postif sebagaimana digambarkan Thomas Hobbes dalam A War of All Agaents, John Lock dalam Social Contrack, Bruch Spinoza dalam Intelektual Love of God dan lain sebagainya. Karena pentingnya keperibadian positif, khusunya sebagai seorang muslim,  maka pada kesempatan ini, kita akan membicarakan tentang “Remaja Dan Pemuda Sebagai Aset Masa Depan Bangsa”. Dengan rujukan al-Qur’an surat al-Anfal ayat 24-25 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ  {24} وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ {25}
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya..” (QS. Al-Anfal)

HADIRIN MA’ASYRAL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Berdasarkan ayat di atas maka dapatlah difahami bahwa dalam membangun Remaja dan pemuda  maka hendaknya dapat membatasi antara dirinya dengan hatinya. Namun, seperti apakah membatasi antara manusia dengan hatinya? Al-Smarqandi di dalam kitab tafsirnya Bahr al-Ulum menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan “yahulu bain al-mar’i wa qalbih” adalah :
يحول بين المؤمن ومعاصيه التي تسوقه وتجره إلى النار ، ويحول بين الكافر وطاعته التي تجره إلى الجنة
Artinya : “membatasi antara orang mukmin dengan kemaksiatannya yang mengarahkannya dan mendekatkannya dengan api neraka, serta membatasi antara orang kafir dengan keta’atannya yang dapat mendekatkannya dengan surga.


Hadirin, penjelasan di atas menunjukkan bahwa seorang yang beriman bisa saja terjerumus kedalam api neraka jika tidak dapat mengontrol hatinya dari kemaksiatan. Akan tetapi perlu difahami bersama bahwa arahan berpikir ayat di atas bukan saja menjurus kepada eksklusivisme Islam sehinga seringkali menafikan civil society yang sesungguhnya harus terus dibangun.
Lebih detil di dalam ayat selanjutnya, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan bahwa, sendi-sendi bangunan masyarakat akan melemah jika kontrol sosial melemah. Akibat kesalahan tidak hanya menimpa yang bersalah. Tabrakan tidak hanya terjadi akibat kesalahan kedua pengendara. Bisa saja yang bersalah hanya seorang, tetapi kecelakaan dapat beruntun menimpa sekian banyak kendaraan.
Tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya telah disyari’atkan sedemikian rupa oleh Allah yang mengetahui kemaslahatan, kebutuhan, sekaligus kecenderungan mereka. Apabila ada yang melanggarnya maka akan timbul kekacauan, karena yang melanggar telah melakukan suatu yang merugikan pihak lain. Pada saat itu akan muncul kekacauan, dan akan lahir instabilitas yang mengakibatkan semua anggota masyarakat yang taat maupun yang durharka ditimpa krisis.
Karena itu ayat ini berpesan : buatlah prisai antara diri anda dengan ujian dan bencana dengan jalan memelihara hubungan harmonis dengan-Nya. Laksanakanlah tuntunan-Nya dengan anjurkan pula orang lain berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran, karena jika tidak kita semua akan ditimpa bencana. Dalam konteks ini Rasul saw memperingatkan :
jika ada masyarakat yang melakukan kedurhakaan, sedang ada anggotanya yang mampu menegur atau menghalangi mereka, tapi dia tidak melakukannya, maka Allah swt akan menjatuhkan bencana yang menyeluruh kepada mereka”.


HADIRIN RAHIMKUMULLAH
Dalam menemukan Remaja dan pemuda  yang sejati di tengah-tengah hiruk-pikuk kemaksiatan yang dapat menjerumuskan kita ke lembah kenistaan, maka kita harus menemukan metode yang efektif dalam mengarunginya. Dalam hal ini, Allah swt mengajarkan dan memerintahkan kepada kita. Sebagaimana firman-Nya di dalam surat ar-Ruum ayat 60 :
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ وَ لاَ  يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ  لاَ يُوقِنُونَ {60}
Artinya : “Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS. Ar-Ruum : 60)

HADIRIN RAKHIMAKUMULLAH
Berdasarkan firman Allah di atas, terdapat kata kunci yang paling ditekankan dengan kata kerja perintah di dalamnya.
Adapun kata kerja perintah yang ada di dalam ayat di atas adalah “ فاصبر ” yang berarti bersabarlah. Dan dalam hal ini, Abdurrahman bin Nashir al-Su’udy menafsirkan kata di atas dengan sebutan :
فاصبر على ما أمرت به وعلى دعوتهم إلى الله ولو رأيت منهم إعراضا

Artinya : “bersabarlah terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan terhadap apa yang dipanjatkan kepada Allah meskipun engkau dapatkan di antara mereka ada yang membangkang

Penjelasan di atas menunjukkan betapa beratnya untuk menjadi mukmin yang sejati di dunia ini, hingga Allah memerintahkan untuk selalu bersabar di dalamnya. Apalagi jika dikaitkan dengan perkembangan zaman yang begitu cepat. Sebuah contoh adalah, saat ini sebagian anak-anak muda kita terjerumus dan terlena dengan westernisasi, kebarat-baratan. Orang barat merayakan valentine, kita ikut merayakan valentine. Di bawah sinar remang-remang, disaat hujan rintik-rintik, angin menghembus sepoi-sepoi basah duduk berdua. Masya Allah.
Oleh karena itu, langkah apakah yang harus kita lakukan dalam rangka membangun generasi bangsa yang berpribadian muslim sejati ? Dan siapakah yang berperan di dalamnya ?
1. Para orang tua, guru, dan pendidik, hendaknya memberikan bekal ilmu dan akhlaq yang cukup bagi anak-anak, remaja, dan pemuda . Karena dengan ilmu dan akhlaq yang dimiliki, mereka akan menjadi generasi yang “al-qawiy” yang kuat bukan generasi yang “al-dha’if” atau generasi yang lemah.
2. Para remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa, agar memiliki itikad yang baik untuk dididik dan dibina, karena hal tersebut merupakan cikal bakal keberhasilan untuk mewujudkan terbentuknya remaja dan pemuda yang sejati. Karena apalah arti guru tanpa adanya murid. Dan apalah yang dapat dikerjakan seorang murid tanpa adanya instruksi dan bimbingan dari guru. Oleh karena itu, saling take and give akan membuahkan hasil yang berarti.

HADIRIN RAHIMAKUMULLAH

Dan pada akhirnya, dapat kita simpulkan bersama bahwa jika semua ikhtiyar ini sudah kita lakukan, mudah-mudahan remaja dan pemuda kita bisa menjadi tumpuan, harapan, dan cita-cita bagi bangsa kita. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته













السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله العزة الذى جئهم بكتاب فصلناه على علم هدى ورحمة لقوم يؤمنون أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين {أما بعد}

WAHAI PENCINTA AL-QUR’AN YANG DIRAHMATI OLEH ALLAH SWT

Albert Einstein, seorang ilmuan terbesar abad ke-20 menyatakan, “Relegion without science is lame and science without relegion is blind”, agama tanpa ilmu adalah pincang dan ilmu tanpa agama adalah buta. Kalimat ini menunjukkan bahwa, agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tapi juga menjadikan riset ilmiah yang konklusif dan tepat guna, karena didukung oleh kebenaran yang diungkapkan melalui agama. Alasannya adalah, karena agama merupakan sumber tunggal yang menjadikan jawaban pasti dan akurat.
Selain daripada itu, kalimat ini juga menunjukkan bahwa membangun karakter bangsa tanpa panduan agama tidak dapat berjalan dengan benar, tetapi justru membuang banyak waktu dalam mencapai hasil tertentu, atau lebih buruk lagi, seringkali tidak memperoleh bukti yang meyakinkan. Ketika Nabi sampai di Madinah, ia membuat sebuah perdaban baru yang kemudian memunculkan pengertian bahwa Islam adalah sistem kepercayaan yang sistemik, tidak hanya berdimensi theological, ritual, dan mistical tetapi juga berdimensi moral dan intelektual.
Secara termonologi, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang di turunkan kepada nabi besar Muhammad saw, melalui wasilah malaikat jibril as untuk di syiarkan kepada umat manusia yang salah satu fungsinya adalah “huda linnaas” petunjuk bagi suluruh umat manusia di muka bumi ini.  Said Nursi sebagai Renaissan of Islammenyatakan, “Islam is the father of all the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya seluruh ilmu pengetahuan dan al-Qur’an adalah kitabnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itulah, melalui penjelasan ini, maka pada kesempatan yang baik ini, kami akan membahas tentang “MEMBANGUN KEPRIBADIAN BANGSA PERSPEKTIF AL-QURAN” dengan rujukan al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1 :
الر ج كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ {1}
Artinya : “Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim)

HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, di dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, bahwa penjelasan tentang pentingnya al-Qur’an, disebutkan oleh Allah swt. dengan menggunakan bentuk jamak untuk kata (الظلمات) yang berarti aneka gelap, sedang (النور) dengan berbetuk tunggal. Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa kegelapan itu bermacam-macam  serta  beraneka  ragam  dan sumbernya pun banyak. berbeda dengan an-nuur atau cahaya yang menerangai dan tidak pernah memberi gelap.
Penjelasan tentang al-Qur’an sebagai penerang atau an-nuur, benar-benar menunjukkan bahwa antara al-Qur’an dengan membangun karakter bangsa terdapat hubungan yang saling mengikat. Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj al-Mustasyriqin wa Atsaruhu fi al-Firy al-Hadits, menulis “Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan masalah, serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju tercapainya masalah tersebut.” Ini menunjukkan bahwa kemajuan membangun karakter bangsa tidak dapat dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan pembangunan karakter bangsa itu termasuk al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi. Al-Qur’anlah kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai petunjuk. Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt. Oleh sebab itu, membangun karakter bangsa akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh al-Qur’an, dan mengambil kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian membangun karakter bangsa mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan agama diambil, para ilmuan menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan membangun karakter bangsa. Demikianlah menurut Harun Yahya dalam The Qur’an Leads the Way to Science.
Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan dalam menwujudkan kepribadian umat Islam saat ini? Umat islam saat ini mengalami degradasi besar-besaran. Data Badan Penelitian International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta penduduk memiliki 1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1 juta penduduk memiliki 160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang notabene mayoritas muslim terbesar di dunia, dalam 1 juta penduduk hanya memilki 65 pakar yang muslimnya hanya 6 orang. Oleh karenanya, dalam bidangmembangun karakter bangsa dan teknologi, kita masih jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Kita jauh tertinggal dengan Amerika yang Protestanis, kita jauh tertinggal oleh Korea yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal oleh Jepang yang Budhis Taois. Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan untuk membaca dan membangun karakter bangsa. Bacalah al-Qur’an supaya hidup teratur, bacalah alam supaya lahir karya-karya luhur, dan baca diri kita agar hidup tidak takabur, sebab membaca dalam Islam harus dibarengi dengan serta diimbangi dengan :
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Artinya : “Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
Akan tetapi, untuk dapat memahami dengan jelas dan benar terhadap  interpretasi dari firman-firman Allah di dalam al-Qur’an, yang menjelaskan tentang korelasi antara al-Qur’an dan meciptakan kepribadian bangsa, serta mengambil manfaat darinya untuk menjadikannya sebagai contoh kepribadian bangsa, maka salah satu yang harus dilakukan adalah dengan dapat memahami al-Qur’an secara tekstual terlebih dahulu, yakni memahami al-Qur’an dari segi kebahasaan, dan bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Sebagaimana Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 113 :

وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا {113}
Artinya : “Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. Thaha)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Di dalam kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, Imam al-Thabari menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah :
ما حذروا به من أمر الله وعقابه ووقائعه بالأمم قبلهم
Artinya : “Apa yang diperingatkan kepada mereka merupakan perintah Allah, hukuman-Nya, dan ketetapan-ketetapannya terhadap umat-umat sebelum mereka.

Hadirin, memperhatikan penjelasan tersebut, maka jelaslah bahwa al-Qur’an benar-benar merupakan landasan contoh kepribadian bangsa buat kita, hal ini juga bisa dilihat dari ditemukanya kata-kata ilmu dalam berbagai bentuknya di dalam al-Qur’an yang terulang sebanyak 854 kali supaya kita dapat belajar membangun pribadi yang dimaksud.
Pada akhirnya kami mengajak…Wahai saudara-saudaraku orang Semendo “ayo kite jadikah al-Qur’an kandik pedoman hidup”, wahai saudara-saudaraku orang Sunda “Hayu urang sami-sami ngajanten keun al-Qur’an kanggo tuntunan kahirupan urang”, wahai saudara-saudaraku orang Lampung “Lapah gham jadikon al-Qur’an sebagai pegungan ughi’ ”, wahai saudar-saudaraku orang Solo “Sumonggo kulo lan panjenengan dadosaken al-Qur’an kagem tuntunangin gesang”, wahai saudara-saudaraku orang Prancis “Allez utilisez I’al-Qur’an pour le guide de notre vivre”, wahai saudara-saudaraku orang Jepang “Jaa al-Qur’an wa wa watashitachi no kyoukashou ni narimashoo”.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya.
والله المستعان إلى احسان الحال
والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته
















TOLERANSI LINTAS AGAMA
DALAM MEMBANGUN INDONESIA YANG HARMONIS DAN BERSAHAJA


Kerukunan berbangsa dan bernegara terusik oleh hadirnya intoleransi dalam kehidupan beragama. Perusakan tempat ibadah umat agama lain yang terjadi di banyak tempat menegaskan betapa toleransi lintas agama masih menjadi barang mahal nun langka di negeri kita tercinta, Indonesia. Terlepas apa yang menjadi motif perusakan itu, kita sepakat bahwa tindakan tersebut seharusnya tidak terjadi di negeri yang menjunjung tinggi kerukunan dalam beragama. Bukankah anarkisme –apalagi menyangkut agama yang sangat sensitif– justru menahbiskan nafsu kebinatangan yang selaiknya dibuang jauh-jauh dari benak manusia.
Sepertinya, kita perlu melirik falsafah –yang konon milik– suku Bali (la’alla ash-shawāb). “Masjid adalah rumah kami, namun digunakan oleh saudara kami yang beragama Islam.” Begitu sikap mereka yang juga diterapkan kepada umat beragama selain Islam. Ungkapan di atas menggambarkan betapa kerukunan antar umat beragama benar-benar terlihat dalam keseharian mereka. Tidak ada sikap saling mencurigai apalagi saling mengintimidasi. Justru, yang hadir di tengah-tengah kehidupan adalah kenyamanan dalam keragaman. Inilah yang dalam istilah psikologi disebut ‘get comfortable in paradox’. Sebuah kondisi jiwa yang mampu merasakan ketentraman meskipun berada di tengah paradoksal kehidupan.
Berangkat dari paparan singkat di atas, dalam kesempatan ini, izinkanlah kami membawakan pensyarahan Al-Qur’ān dengan judul: “Toleransi Lintas Agama, dalam Membangun Indonesia yang Harmonis dan Bersahaja”, dengan landasan Al-Qur’ān Surat al-An’ām [6] ayat 108 dan Surat al-Mumtahanah [60] ayat 8.
Hadirin rahimakumullah,
Agama adalah perihal yang substansial dalam kehidupan manusia. Sejak pertama terlahir ke dunia, manusia sudah terikat kontrak ilahiyah untuk mengabdikan diri kepada Allāh SWT. Inilah yang menjadikan manusia (selalu) mencari realitas kebenaran mutlak yang pada akhirnya akan bertemu dengan Allāh SWT. Namun, dalam praktiknya tidak semua orang “diberi hidayah” untuk memeluk Islam sebagai agama yang paling diridhai. Aneka agama yang hadir di tengah-tengah kehidupan adalah bukti ketidaktunggalan hasil pencarian agama masing-masing insan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam konteks ini adalah kedewasaan sikap untuk tidak saling mencela sembahan umat agama lain. Berkaitan dengan hal ini, Allāh SWT berfirman dalam surat al-An’ām ayat 108 yang berbunyi:



Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allāh, karena mereka nanti akan memaki Allāh dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami Jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan Memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-An’ām [6]: 108)

Hadirin rahimakumullah,
Mengenai ayat di atas, Ibnu Katsīr menjelaskan bahwa Allāh melarang umat Islam untuk memaki tuhan orang-orang musyrik walaupun ada nilai kemaslahatan dalam makian tersebut. Sebab, akan terdapat mafsadah/kerusakan yang lebih besar yaitu sikap mereka yang memaki Tuhan orang-orang yang beriman. Dengan adanya larangan tersebut, sikap saling menghargai antar pemeluk agama seharusnya ditampilkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak perkara yang lebih besar yang sebenarnya dapat diselesaikan bersama, dengan mengesampingkan latar belakang agama.
Tidak dapat dimungkiri bahwa Allāh memerintahkan umat Islam untuk mengambil jarak demarkatif dengan non-muslim. Betapapun demikian, menurut al-Ustādz asy-Syahīd Sayyid Quthb dalam kitabnya at-Tafsīr fi Zhilālil Qurān, Allāh juga mengajarkan kepada umat Islam agar dalam mengambil jarak tersebut dilakukan dengan beradap, penuh wibawa, dan penuh harga diri. Hal ini adalah suatu sikap yang sesuai dengan statusnya sebagai orang-orang yang beriman. Dalam konteks ini, nilai persamaan sebagai manusia lebih dikedepankan. Sementara, agama boleh dikesampingkan dalam hubungan sosial karena agama adalah wilayah individual.
Toleransi lintas agama adalah syarat mutlak untuk menjalin kerukunan di tengah kehidupan bangsa yang beraneka ragam. Pluralitas sendiri sebenarnya adalah sebuah keniscayaan yang sengaja diciptakan oleh Allāh SWT. Dengan adanya keragaman, khususnya dalam masalah agama, kedewasaan sikap menjadi tuntutan utama. Sebab, jika hal itu diabaikan maka akan menimbulkan kekacauan (chaos) yang justru merusak tatanan kehidupan. Dengan hadirnya toleransi –yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasāmuh–, umat beragama dapat hidup rukun berdampingan.

Hadirin rahimakumullah,
Islam adalah agama yang diturunkan kepada seluruh umat manusia. Islam menjadi rahmat bagi semua manusia dan semesta alam. Artinya, nilai-nilai kasih sayang dalam Islam tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam an sich. Lebih dari itu, Islam adalah agama yang sejak awal bertujuan menciptakan perdamaian dunia. Sikap saling menolong (ta’āwun), apalagi menyangkut kemaslahatan bersama, bukanlah hal mustahil untuk dilakukan. Potret kehidupan yang rukun –antara umat Islam dan non-muslim– ketika Nabi Muhammad SAW hidup di Madinah menjadi preseden terbaik untuk mengaplikasikan nilai kerahmatan Islam.
Islam sebenarnya membuka “keran” yang lebar bagi umatnya untuk berbuat baik kepada umat agama lain. Betapapun agama mereka berlainan, namun mereka tetaplah makhluk ciptaan Tuhan yang berhak atas perlakuan baik selama hidup di dunia. Justru, ketika umat Islam bersikap “sinis” kepada mereka akan menciderai substansi Islam itu sendiri. Islam tidak menginginkan orang memeluk agama karena faktor keterpaksaan. Bukankah sudah jelas bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Berkaitan dengan hal ini, marilah kita simak firman Allāh dalam surat al-Mumtahanah [60] ayat 8, yang berbunyi:



Artinya: “Allāh tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allāh Mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah [60]: 8)
Hadirin rahimakumullah,
Dalam Tafsir al-Jalālain secara singkat diartikan bahwa dhamīr “hum” dalam ayat di atas bermakna “al-kuffār” (orang-orang kafir).
لاَ يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ: أَيْ لَا يَنْهَاكُمْ عَنِ الْإِحْسَانِ إِلَى الْكَفَرَةِ الَّذْيِنَ لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ فِي الدِّيْنِ وَلَمْ يُظَاهِرُوْا أَيْ يُعَاوِنُوْا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ كَالنِّسَاءِ وَالضعفَةِ مِنْهُمْ

Demikian Ibnu Katsir menerangkan dalam kitab tafsirnya. Maksudnya adalah, (Allāh) tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak berniat membunuh dalam agama dan tidak bersekongkol untuk mengusir umat Islam. Sebagai gambarannya dapat kita cermati dalam kisah berikut. Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddīq menceritakan bahwa ibunya –yang ketika itu masih musyrikah– berkunjung kepadanya, maka ia pergi menemui Rasulullah bertanya: “Bolehkah saya menjalin hubungan dengan ibu saya?” Nabi (kemudian) menjawab: “Ya! Jalinlah hubungan baik dengannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kata tabarrūhum (تَبَرُّوْهُمْ) dalam ayat di atas, menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, berasal dari kata “al-birr” yang artinya adalah ‘kebajikan yang luas’. Dataran yang terhampar di persada bumi ini dinamai “bar”, karena luasnya. Dengan pemahaman tersebut, tercermin izin (justifikasi) melakukan aneka kebajikan bagi non-muslim, selama tidak membawa dampak buruk bagi umat Islam. Sebagai penegasan, ternyata Islam membukan jalan untuk berbuatihsān kepada non-muslim. Kebaikan yang dapat dilakukan sangatlah beragam sebagaimana penjelasan semantik di atas. Dengan kebaikan yang disebarluaskan tersebut, toleransi akan dapat pula terwujudkan.
Selanjutnya, kata tuqsithū (تُقْسِطُوْا), berasal dari kata al-qisth, yang berarti adalah ‘adil’. Masih merujuk goresan tinta Quraish Shihab, pakar tafsir dan hukum, Ibnu ‘Arabi sampai kepada simpulan: “Tidak melarang kamu memberi (se)bagian dari harta kamu kepada mereka.” Pertolongan yang boleh diberikan kepada non-muslim tidak hanya berupa bantuan moril, tetapi dapat berbentuk materiil. Hal ini semakin membuka jalan untuk bersama-sama berjuang mengentaskan kemiskinan bangsa. Lebih dari itu, konsepsi ini berdampak positif terhadap kebersatuan bangsa dalam menciptakan perekonomian yang adil dan berimbang.

Hadirin rahimakumullah,
Pentingnya membangun bangsa yang harmonis dan bersahaja seharusnya menjadi kesadaran seluruh elemen bangsa. Dimana hal ini baru dapat diwujudkan ketika seluruh elemen bangsa dapat berjabat-erat, bersatu-padu, bergandengan-tangan, mewujudkannya dalam kehidupan bangsa yang ber-bhinneka tunggal ika. Sekat agama yang seringkali dijadikan pembatas ekstrim hendaknya dihindarkan untuk kebaikan bersama demi kemajuan bangsa. Dengan demikian, Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa yang harmonis dan bersahaja. Harmonis adalah arti hadirnya kerukunan di tengah keberagaman. Bersahaja dalam pengertian, berpegang teguh terhadap moralitas dan patut menjadi teladan bagi bangsa lainnya.
Mengutip apa yang dituliskan oleh Marwan Ja’far dalam sebuah opini di Harian Republika. “Kita perlu kembali pada prinsip umum ajaran Islam (maqāshid al-syarī’ah) tentang eksistensi agama lain, yakni pengakuan terhadap nilai-nilai kemanusian dan keabsahan de facto dan de jure sebagai bagian integral dari sebuah komunitas. Hubungan muslim dan pemeluk agama lain wajib dipandang sebagai anggota yang memiliki tanggung jawab terhadap keutuhan komunitas.” Dalam konteks ini, toleransi bukan lagi menjadi sesuatu yang dirindukan namun sudah menjadi bagian kehidupan bangsa. Dengan demikian maka keharmonisan dalam kehidupan beragama akan terwujudkan.

Hadirin rahimakumullah,
Simpulan yang dapat kita petik dari pensyarahan Al-Qur’ān di atas adalah sebagai berikut. Pertama, di tengah kehidupan bangsa yang plural, toleransi menjadi pijakan utama untuk merajut persatuan dan kesatuan. Ketika toleransi hilang dari tengah-tengah kehidupan maka yang terjadi adalah sikap saling mencurigai yang berimbas pada ketidaknyamanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, toleransi (tasāmuh) dalam konteks agama Islam adalah bagian dari cara untuk membumikan nilai kerahmatan Islam kepada semesta alam. Ketika hal ini dapat terwujudkan maka kedamaian (peace) di bumi tercinta Indonesia akan menjadi sajian utama.
Sebagai penutup, jika toleransi lintas agama dapat terjalin, impian untuk hidup di tengah bangsa yang harmonis dan bersahaja insyā Allāh akan segera terwujudkan. Semoga Allāh memberikan kekuatan dan rahmat-Nya kepada kita.Āmīn ya Mujība du’āi as-sāilīn. []
Wallāhu al-muwaffiq ila aqwami ath-tharīq. Wa huwa al-hādiy ila shirāthil mustaqīm.
KeteranganNaskah boleh digunakan untuk kepentingan apapun, khususnya Musābaqah Syarhil Qur’ān dengan mencantumkan sumbernya. Jazakumullāh
























السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذى ارسل رسولا مبشرين ومنذرين وداعيا إلى الله بإذنه وسراجا منيرا  أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين {أما بعد}

Hadirin Yang Berbahagia ….
Masa muda merupakan masa  yang  penuh  dengan  harapan,  penuh  dengan  cita-cita dan penuh dengan romantika kehidupan yang sangat indah. Keindahan masa muda dihiasi dengan bentuk fisik yang masih kuat, berjalan masih cepat, pendengaran masih akurat, pikiran masih cermat, kulit wajah indah mengkilat, walaupun banyak jarawat, tetapi tidak gawat karena masih banyak obat ditoko-toko terdekat, oleh karena itu pantas bila para pemuda dan para remaja merupakan salah satu penentu maju dan mundurnya suatu Negara.
Sebab terbukti sejak dahulu kala hingga saat ini dan sampai yang akan datang sesuai dengan fitrohnya pemuda dan remaja merupakan tulang punggung suatu Negara, penerus estafet perjuangan terhadap bangsanya. Sebagaimana syekh Mustofa al-Ghalayaini seorang pujangga Mesir berkata :
أن فى يد الشبان أمر الأمة وفى أقدامها حيتها
Sesungguihnya pada tangan-tangan pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat
Mengingat betapa pentingnya remaja dan pemuda sebagai generasi  penerus bangsa, maka pada kesempatan yang baik ini kami akan mengangkat tema mengenai  Remaja Dan Pemuda Sebagai Generasi Penerus Bangsa , dengan landasan al-Qur’an surat an-Nisa ayat : 9


Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar

Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah…..
Imam Hafidz 'Imaduddin Abu Alfida Ibnu katsir dalam tafsir Alquranul 'Adhim menyebutkan bahwa menurut riwayat Ibnu Abbas ayat ini turun berkenaan dengan seorang orang tua yang mewasiatkan kepada anaknya wasiat yang akan membawa kemudaratan bagi dia. Maka Alah Swt. Memerintahkan kepadanya untuk merubah wasiatnya kepada ketakwaan kepada Allah dan kebaikan.
Hadirin, jika kita kaji lebih mendalam, ayat tersebut diawali dengan kalimat  واليخش, secara semantik :
الواو واوالعاطفة والام لام الآمر يخش فعل المضارع مجزوم بلام
Istinbatnya, واليخش adalah sighat amr, kaedah mengatakan :
الأصل في الأمر للوجوب
pada dasanya setiap perintah menunjukkan kewajiban
Menurut ayat diatas jelas - jelas Allah swt memperingatkan manusia supaya tidak meninggalkan generasi penerus yang lemah baik fisik, mental ataupun intelektual, karna ini biasa menyebabkan kemunduran. Apabila generasi muda yang ada sekarang maupun yang akan datang mempunyai kelemahan dalam hal-hal tersebut. Maka bisa dipastikan mereka mudah terhanyut dalam gelombang bencana kemerosotan moral yang disebabkan oleh pergaulan yang semakin bebas serta penyalahgunaan media, karna modal utama mereka dalam membentengi diri dari bencana tersebut adalah tingkat intelektualitas serta pemahaman manfaat dan mudharat dari sebuah pergaulan dan media sehingga hal ini biasa memudahkan remaja dan pemuda dalam proses filtralisasi budaya sehingga mereka terbebas dari taqlid buta alias terbebas dari budaya ikut-ikutan. Oleh karena itu wajib bagi kami, saya, saudara dan kita semua merasa takut jika meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi yang lemah.

Prof. Dr. BJ. Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelamahan yang harus kita hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak. Hadirin jika lima kelemahan ini melekat pada generasi-generasi remaja dan pemuda kita, saya yakin mereka bukan sebagai pelopor pembangunan melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan penghancur pembangunan. Padahal hadirin…. dinegeri tercinta ini sejarah telah membuktikan sejak tahun 1908 masa kebangkitan nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan berbagai organisasi kepemudaan, seperti persatuan pelajar stofia, Trikoro Dharmo, Jong Islamanten Bond bahkan kita mengenal Budi Utomo tokoh pemuda kharismatik, mereka semua menjadi The Grand Old Man istilah bung Karno menjadi Stood Geeber bahkan menjadi The Founding Father pendiri, penggerak yang mampu merebut kemerdekaan.
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita semua selaku remaja dan pemuda saat ini dan yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut saat ini, sebab سبان اليوم رجال الغد The Young today is The leader tomorrow pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin yang akan datang.
Sebagai contoh bagi remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, mari kita renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat : 13
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.

Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah ….
Imam Ali as-Shabuni dalam kitab Sofwatut tafasir memberikan syarahan terhadap ayat tersebut dengan redaksi :
نحن نقص عليك يا محمد خبرهم العجيب على وجه الصدق بلا زيادة ولا نقصان
yaitu kami kisahkan kepadamu wahai Muhammad berita aneh mereka menurut perjalanan yang benar tidak ditambah dan tidak dikurangi sedikitpun”.
Dengan demikian, ayat tersebut merupakan khabariyyah ilahiyyah, suatu berita dari Allah swt. Isi beritanya adalah kisah tentang pemuda Ashabul Kahfi. Ashabul kahfi dapat kita jadikan uswah, terutama bagi remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa. Ashabul kahfi merupakan symbol personifikasi pemuda-pemuda beriman dan teguh pendirian, kuat mempertahankan iman, pemuda-pemuda gagah yang pandai pempertahankan akidah dan pemuda-pemuda idaman pintar membela keyakinan. Mereka lebih baik mati berkalang tanah dari pada mati bercermin bangkai.
Oleh sebab itu sebagai remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa mari kita singsingkan tangan, langkahkan kaki ke depan berkerja, berkerja dan berkerja. Jika sikap ini yang diaplikasikan oleh para remaja dan pemuda kita maka Allah akan menjamin keberkahan bagi bangsa kita tercinta ini. Sebagaimana  Dr. Muhammad Sulaiman al-Asqori dalam zubdat at-Tafsir min Fathil Qadir menjelaskan إعملوا ماشئتم berkerjalah sesuai dengan skil masing-masing. Setidaknya ada lima olah yang harus kita kerjakan yakni olah rasa agar iman melekat, olah rasio agar ilmu meningkat, oleh raga agar badan sehat, oleh usaha agar ekonomi kuat, dan oleh kinerja agar produktifitas meningkat. Hadirin jikalau lima potensi ini sudah melakat pada remaja dan pemuda sebagai generasi bangsa maka generasi penerus bangsa dapat melanjutkan estafet perjuangan yang meraih prestasi gemilang pada masa yang akan datang.

Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah ….
Dari uraian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa pemuda  merupakan penerus estafet perjuangan bangsanya maka soyogyanya pemuda harus memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa, Bangsa dan Agam. Hal ini juga menjadi tanggung jawab kita bersama sapaya tidak  meninggalkan generasi penerus yang lemah baik fisik, mental ataupun intelektual.

Hadirin Yang Berbahagia,
Hidup Sendiri tanpa seorang Kekasih
Cukup sekian dan Terimakasih.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar