PESAN BERQURBAN: MENINGKATKAN KESALEHAN SOSIAL MENUJU MASYARAKAT CIREBON SEJAHTERA
Oleh:
Mursana, M.Ag
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ اَكْبَرْ (9×) اللهُ
اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ
لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى
بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ .اَمَّا
بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa
lillahil Hamd
Hadhirin wal Hadhirat rahimakumullah
Pada
saat yang berbahagia ini, marilah
kita sama-sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT.dengan
melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Ketahuilah bahwa hari ini adalah hari yang utama dan hari raya yang
agung, sebab pada hari ini, seluruh jamaah haji berada di Mina untuk menyempurnakan
Manasikul hajji dan mendekatkan diri kepada Allah, serta
meneruskan syari'at Nabi Ibrahim AS., yakni Nabi Ibrahim diperintahkan oleh
Allah SWT. untuk menyembelih puteranya, Nabi Ismail AS.
Shalawat dan
salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad SAW., kepada para keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutNya sebagaimana telah diberikan Allah kepada Nabi
Ibrahim AS dan keluarganya yang kita kenang pada hari-hari ini.
Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa
lillahil Hamd
Hari Raya ’Idul Adha mengingatkan kembali satu
peristiwa sejarah Nabi Ibrahim AS. dan Keluarganya dalam memperjuangkan Kalimat
Tauhid dengan penuh ketaqwaan kepada Allah SWT. Pada saat itu beliau dihadapkan kepada dua pilihan yang sama beratnya,
yaitu antara kepentingan keluarga, dalam hal ini Nabi Isma’il AS., putra
satu-satunya yang amat disayanginya, dengan perintah Allah SWT. yang harus
dijunjung tinggi di atas segalanya.
Namun berkat keimanan dan ketaqwaan yang semakin
teguh, demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim AS. sebagai seorang
ayah yang penuh rasa cinta dan kasih sayang, maka di sampaikannya perintah Allah SWT. itu dengan kata-kata
yang penuh diplomatis kepada putranya Nabi Isma’il AS., sebagaimana terungkap
dalam surat Ash- Shafaat ayat:102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي
الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
Maka tatkala anak itu sampai
(pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!"
Karena Nabi
Isma’il AS., seorang anak yang saleh dan patuh kepada orang tuanya serta tumbuh
dalam belaian iman da taqwa, maka dengan penuh keikhlasan, secara sepontan
langsung menjawab pertanyaan ayahandanya, sebagaimana terungkap dalam lanjutan
ayat tersebut :
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102)
Ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termASuk
orang-orang yang sabar”.
Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa
lillahil Hamd
Pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh Nabi
Ibrahim AS., dalam ajaran Islam telah dijadikan dasar syari’at berqurban,
untuk dilaksanakan oleh kaum muslimin sebagai tanda kesediaan untuk memberikan
pengorbanan dan pengabdian kepada Allah SWT. yaitu dengan menyembelih hewan
ternak, yang dagingnya dibagikan kepada fakir miskin yang ada di sekitar kita.
Secara lebih luas ibadah qurban, bisa
dijadikan ukuran bagi setiap muslim, sampai sejauhmana kesediaan kita untuk
berqurban demi pengabdian kita kepada Allah SWT. Dan Allah SWT. tidak akan
menerima hewan qurban yang kita potong, kecuali dengan niat yang tulus ikhlas. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Al Hajj ayat 37:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ
التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا
هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (37)
“ Daging-daging qurban dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari
kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk
kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa
lillahil Hamd
Perintah berqurban pada hakekatnya, memiliki
jangkauan yang lebih luas lagi, yaitu sebagai anjuran agar kita
dapat berbuat dan beramal kepada saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan
dari kita. Makna qurban dapat kita kembangkan dengan pola bagaimana mengangkat
saudara-saudara kita dari lembah kemiskinan, yang semakin hari jumlahnya
semakin bertambah.
Jika pola ini dikembangkan, insya Allah pada
saatnya nanti dapat mengentaskan kemiskinan di masyarakat kita. Para orang kaya hendaknya berbuat yang terbaik, untuk
mengangkat derajat taraf kehidupan kaum dhu’afa, yang sebagian besar terdiri
dari kaum muslimin.
Itulah sebenarnya hakekat berqurban menurut ajaran
Islam; yang kuat membantu yang lemah, dan yang lemah dapat memanfaatkan bantuan
tersebut disamping untuk dirinya, juga untuk orang lain. Karena sesama kaum muslimin, laksana suatu bangunan yang kokoh, antara satu
sama lain saling memperkuat, sehingga bangunan tersebut tidak mudah goyah.
Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa
lillahil Hamd
Tujuan berqurban adalah untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Penyembelihan hewan
qurban yang dilaksanakan oleh kita, sebenarnya hanya merupakan simbol, sebagai
tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Oleh karena itu sebenarnya
berqurban itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, sesuai dengan
kemampuan dan potensi yang ada pada diri kita masing-masing.
Seorang pejabat berqurban dengan jabatannya,
karyawan berqurban dengan tugas yang dibebankan kepadanya, orang kaya
berqurban dengan hartanya, kaum dhu’afa berqurban dengan kemiskinannya, dan
lain sebagainya.
Seorang pejabat misalnya, untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT., bisa berqurban dengan jabatannya, bila di lingkungan
pekerjaannya melihat suatu hal yang bertentangan dengan ketentuan Allah SWT.,
ia akan rela meletakan jabatannya atau dimutasikan ke jabatan yang
lebih rendah atau yang lebih jelek, daripada ia harus tetap memegang jabatan
itu, tetapi ketentuan Allah SWT. tidak bisa ditegakkan.
Seorang karyawan, bila melihat atASannya
bertentangan dengan ketentuan Allah SWT., ia harus berani mengingatkan atasannya itu, walaupun dengan resiko ia harus dipecat atau dimutasikan ke tempat yang lebih jelek. Namun tentu saja ketika mengingatkan atasannya itu dengan cara yang sopan menurut ketentuan ajaran Islam, yaitu
dengan memperhatikan akhlakul karimah, bukan dengan cara-cara yang sadis dan
tidak terpuji.
Seorang ulama atau cendekiawan, bila melihat umat
yang dilanda kebodohan, dia pergunakan ilmu yang dimilikinya untuk meningkatkan
kecerdasan bangsa ini. Kita tahu bahwa kebodohan adalah merupakan penyakit masyarakat dan hal ini menjadi tanggungjawab para ulama dan cendekiawan untuk
mengatasinya.
Seorang hartawan sudah jelas, ia berqurban dengan harta yang dimilikinya, namun bukan hanya dalam
bentuk hewan penyembelihan saja, tetapi lebih dari itu ia harus punya rasa kepedulian sosial kepada kaum dhu’afa, untuk mengangkat derajat dan
martabat mereka, dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang
melanda masyarakat Kab.Cirebon saat ini.
Seorang dhu’afa sekalipun, dapat berqurban dengan
kemiskinannya. Kemiskinan bukan menjadi halangan dan beban dalam kehidupan masyarakat, namun dengan kemiskinannya ia harus mampu mendekatkan diri kepada
Allah SWT., yaitu dengan jalan mensyukuri kenikmatan miskin. Dengan
kemiskinannya, ia lebih banyak waktu untuk beribadah kepada Allah SWT., karena
tidak disibukkan untuk mengurus harta benda. Itulah sejatinya hakekat berqurban
secara luas.
Allahu Akbar 3X Allahu Akbar Wa
lillahil Hamd
Dengan demikian, bahwa ibadah qurban mengajarkan
kepada kita tentang pentingnya kepedulian kepada sesama, sesuai dengan profesi,
status, dan potensinya di masyarakat. Apabila ruh berqurban sudah
dijiwai oleh masyarakat, insya Allah kesalehan sosial masyarakat Kabupaten Cirebon akan terwujud dalam rangka menuju masyarakat yang sejahtera, bahagia di dunia dan akhirat. Amiin
Akhirnya, marilah kita tutup khutbah ini dengan
sama-sama berdo'a dengan harapan, Allah SWT. berkenan memudahkan segala urusan
yang kita hadapi dan dicarikan jalan keluar dari berbagai persoalan yang
menyelimuti kehidupan mayarakat Kabupaten Cirebon. Amiin ya rabbal ’alamiin:
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْم
Khutbah
kedua diserahkan kepada khatib masing-masing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar