Cari Blog Ini

Kamis, 15 November 2018

ARTIKEL "MEWASPADAI GERAKAN TERORIS BERKEDOK AGAMA"


MEWASPADAI GERAKAN TERORIS BERKEDOK AGAMA
Oleh: Mursana, M.Ag*

Masih teringat dalam benak kita suatu peristiwa penusukan dua orang anggota Brimob pada tanggal 30 Juni 2017 lalu, tepatnya setelah 4 hari umat Islam merayakan hari kemenangan Idul Fitri 1438 H. Kronologis kejadiannya adalah ketika kurang lebih duapuluh orang jamaah Masjid Faletehan kurang lebih 200 meter dari Mabes Polri telah selesai melaksanakan shalat Isya, tiba-tiba seorang jamaah mendekati dua orang jamaah  yang notabene anggota Brimob, lalu menusukan sebilah pisau sangkur kepada wajah dan leher dua orang jamaah tersebut sambil mengumandangkan Takbir berkali-kali dan mengucapkan kata-kata “Kafir”. Kemudian kedua korban beteriak “Teroris”. Lalu pelaku kabur dan dikejar anggota Brimob yang lain, dan akhirnya pelaku ditembak mati oleh anggota Brimob di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tidak jauh dari Mabes Polri. Peristiwa ini mengingatkan kepada kita tentang kasus Bom bunuh diri di Masjid Adz Dzikra Mapolresta Cirebon pada saat shalat jum’at tanggal 15 April 2011 lalu yang menewaskan pelakunya dan puluhan jamaah jum’at menjadi korban luka berat dan ringan.
Pertanyaan yang sering muncul dalam hati kita sebagai orang awam adalah; apakah Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan teror kepada sesama? Apakah Islam membolehkan melakukan teror untuk mencapai suatu tujuan tertentu? Apakah Islam mengajarkan untuk mengklaim atau mengecap “Kafir” kepada muslim lainnya, apabila berbeda pandangan/prinsip tentang pemahaman keagamaan yang bersifat furu’? Jawaban dari beberepa pertanyaan tersebut adalah dengan tegas “Tidak sama sekali”. Islam tidak pernah mengajarkan semuanya itu. Karena Islam adalah agama rahmat bagi semesta alam. Sesuai dengan namanya Islam berasal dari kata “aslama-yuslimu-islaaman” yang berarti tunduk, patuh, pasrah, menyerahkan jiwa dan raga kepada Allah. Juga bisa berarti damai, selamat, dan sejahtera. Jadi Islam berarti agama yang mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa tunduk, patuh, dan pasrah terhadap ajaran ilahi yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW. demi terciptanya perdamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Dari pengertian kata Islam tersebut kiranya bisa dipahami bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya agar mengkampanyekan dan menggaungkan hidup damai kepada seluruh makhluk yang ada di alam jagat raya ini agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Berikut ini perlu penulis jaelaskan beberapa contoh ajaran Islam dan peristiwa pada zaman nabi Muhammad SAW. yang menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian dan rahmat bagi seluruh Alam. Misalnya dalam Kitab Riyadhus Shalihin halaman 387, nabi Muhammad SAW. pernah bersabda: ”Wahai sekalian manusia : tebarkan perdamaian (salam), berilah makanan kepada kaum lemah, eratkan silaturrahim, dirikan shalat malam, kalian bakal masuk sorga dengan kedamaian (salam). (HR.At Turmudzi). Tercatat juga dalam Kitab Al-adabun Nabawy halaman 23, nabi SAW. Bersabda:”Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayang”. (HR.Muslim). Juga masih dalam kitab yang sama halaman 40, nabi SAW. Bersabda:“Seorang wanita masuk neraka karena mengikat seekor kucing tanpa memberinya makanan atau melepaskannya agar dapat mencari makan dari serangga tanah." (HR. Bukhari). Dalam Kitab hadits Shahih Bukhari juga tertera sebuah hadits dari Abu Hurairah ra. menerima dari nabi SAW. bersabda "Sesungguhnya ada seorang wanita pendosa yang melihat anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, "Anjing ini hampir mati kehausan". Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum”. (HR Bukhari)
ketika ada janazah orang yahudi lewat di depan nabi Muhammad SAW., Beliau berdiri untuk menghormati sesama makhluk Allah SWT. Dalam suatu peristiwa, setiap nabi mau ke Masjid selalu diludai oleh seorang lelaki yahudi ketika beliau lewat di depan rumahnya. Suatu hari lelaki tersebut sakit, lalu Beliau menengoknya, hingga ia masuk Islam.
Beberapa hadits dan peristiwa yang terjadi pada zaman nabi Muhammad SAW. di atas    menggambarkan tentang indahnya syari’at Islam, bahwa Islam adalah agama kasih sayang (rahmat) bagi seluruh alam, agama damai (salam), dan agama toleran (tasamuh wa taraahum) yang senantiasa menghargai setiap perbedaan yang terjadi di alam ini.
Sebagai rekomendasi dari persoalan tersebut : Pertama: mari bersama-sama membentengi diri dan keluarga agar berhati-hati kepada suatu kelompok atau golongan tertentu yang yang mengajarkan doktrin-doktrin yang berbeda dengan pandangan ulama-ulama pesantren kita yang sudah berjalan ratusan tahun lalu. Kedua: belajarlah agama Islam kepada orang yang jelas asal-usunya; dari mana dia  belajar? Siapa gurunya? Apa yang diajarkan?. Intinya adalah tidak boleh sembarangan dalam memilih seorang guru agama. Sebab apabila salah pilih, maka akan tersesat selamanya. Ketiga: apabila ada kelompok tertentu yang karakternya berbeda dengan masyarakat setempat mengadakan sebuah halaqah ilmiyah atau kegiatan kumpul-kumpul di masjid tanpa ijin pengurus DKM, sebaiknya ditolak saja. Keempat: Fungsikan kembali tradisi “Tamu 1 X 24 jam wajib lapor kepada RT/RW” seperti jaman dulu. Dan yang kelima: laporkan kepada pihak yang berwenang apabila ada hal-hal yang berpotensi mengganggu ketentraman, keamanan dan ketertiban lingkungan warga. Tidak dibolehkan main hakim sendiri. Karena itu akan melanggar hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian semoga dengan melakukan langkah-langkah tersebut daerah kita senantiasa aman dari gerakan atau aliran yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan umat dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Amin
                                                                                                     
                                                                                                     *Penyuluh Agama Islam Kab. Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar