HIDUP QONA’AH DI MASA KRISIS
Oleh: Mursana, M.Ag*
Sebagaimana kita
maklumi bersama bahwa Industri Rotan adalah termasuk
komoditas export andalan di Kabupaten Cirebon. Namun sudah menjadi kebiasaan setiap menjelang akhir tahun, Industri Rotan yang ada di Kabupaten Cirebon mengalami kesepian. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor, diantaranya adalah; Negara yang menjadi tujuan Export sedang
musim dingin/salju, musim liburan, dan ada pula negara yang menjadi tujuan
export tersebut menolak, seperti negara China .
Apapun alasannya, yang jelas apabila
Industri Rotan tersebut sepi, maka dampaknya adalah pengangguran. Ribuan
karyawan Rotan tidak menentu nasibnya. Ada yang beralih profesi menjadi tukang
becak, menjadi penjual es buah, menjadi kuli bangunan, bahkan ada pula yang
menjadi pengangguran total.
Bisa dibayangkan apabila ribuan masyarakat Cirebon menganggur, terutama yang
tinggal di Kecamatan Weru, Plered, Tengah Tani, Kedawung, Plumbon, Klangenan,
Palimanan, Ciwaringin, dan Arjawinangun, maka akan berdampak kerawanan
sosial seperti maraknya perjudian, pelacuran, pencurian dan kejahatan lainnya.
Apapun bisa terjadi pada masyarakat kita pada saat perut sedang
kosong, kebutuhan hidup semakin meningkat sedangkan uang tidak ada, kecuali
apabila masyarakat kita mau menerapkan konsep hidup qona’ah, seperti yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Qona’ah
merupakan akhlak mahmudah yakni merasa diri kecukupan terhadap rizki yang
Allah berikan, berapapun (besar-kecil)nya selalu cukup karena disyukuri. Orang
yang memiliki sifat Qona’ah adalah orang yang kaya sesungguhnya, walaupun dia
kelihatan miskin. Sebaliknya orang yang tidak memiliki sifat qona’ah adalah
orang yang miskin sesungguhnya, walaupun dia kelihatan kaya. Banyak sekali
hadits Nabi Saw yang memerintahkan agar kita mempunyai sifat Qona’ah seperti yang tercantum dalam Kitab Riyadhusshalihin, diantaranya adalah Beliau bersabda:“Qona’ah itu perbendaharaan (kekayaan) yang tidak akan lenyap”. “Kekayaan itu bukanlah karena banyaknya
harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati (Qona’ah).” HR. Bukhori
dan Muslim. “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, rizkinya cukup, dan merasa cukup
dengan apa-apa yang diberikan Allah SWT.” (HR. Muslim)
Untuk menanamkan sifat qona’ah kepada
masyarakat memang tidak mudah, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Paling
tidak harus dimulai dari para tokoh masyarakat dan para pemimpinnya. Apabila
para tokoh dan pemimpin masyarakat mampu memberi contoh hidup Qona’ah kepada
masyarakat, bukan hidup yang serba poya-poya, maka otomatis masyarakat juga
akan mengikutinya. Apalagi masyarakat Cirebon termasuk kategori masyarakat manut.
Dari zaman dulu sampai sekarang masyarakat Cirebon selalu manut apa kata
pemimpinnya atau orang yang ditokohkannya, selama pemimpin itu selalu mengantarkan
kepada segala sesuatu yang maslahat untuk masyarakat. Tetapi apabila mereka
coba-coba menghianatinya, jangan harap masyarakat akan manut.
Hidup secara Qona’ah inilah alternatif yang paling
tepat bagi masyarakat Cirebon terutama di saat Industri Rotan sedang sepi. Jika
kehidupan seperti ini tidak dimiliki, mereka akan terjebak ke dalam kehidupan
Hedonisme dan materialisme. Kehidupan Hedonisme dan materialisme akan menyeret
masyarakat ke dalam kehidupan yang rakus dan tamak, akibat tidak memiliki
kepuasan dan jarang mensyukuri nikmat-Nya. Bagi orang-orang dhu’afa ingin
menjadi kaya mendadak dan apabila sudah kaya ingin menjadi kaya lagi sampai menjadi
konglomerat. Bagi seorang staff ingin menjadi pejabat, bila sudah menjadi pejabat ingin lebih tinggi lagi
jabatannya. Begitulah nafsu dan ambisi manusia dalam berupaya memperoleh nikmat
dunia, sehingga Allah memperingatkan dalam Q.S. Attakatsur ayat 1-3 yaitu: “Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali
tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu).
Hawa nafsu adalah anugerah yang terbesar dari
Allah dan potensi bagi setiap manusia. Namun banyak manusia yang terjebak oleh
nafsu itu sendiri, karena ia tidak bisa mengendalikannya. Imam Al-Ghozali
mengatakan; Bahwa potensi nafsu yang dimiliki manusia itu ibarat orang yang
minum air laut/asin di saat kehausan, makin banyak diminum semakin haus. Sementara
Imam al-Busyairy dalam kitab Burdahnya mengatakan
bahwa potensi nafsu pada diri manusia itu ibarat seorang bayi yang sedang
menyusu kepada Ibunya. Ia
tidak akan melepaskan penyusuan, selama Ibunya tidak mau melepaskan. Itulah
potensi nafsu pada diri manusia yang akan terus menggerogoti manusia, selama ia
tidak menghentikannya dengan Iman. Dengan kata lain orang yang tidak mempunyai
keinginan untuk menghentikan hawa nafsunya, hidupnya akan selalu diliputi
kegelisahan dan ketidaktenangan. Maka Islam datang sebagai agama rahmatal
lil’alamin memberikan konsep hidup secara qona’ah untuk mencapai tujuan
hidup bahagia di dunia dan akherat. Kehidupan secara qona’ah akan senantiasa siap menghadapi kehidupan seperti apapun. Jangankan situasi dan kondisi
yang lapang, kehidupan yang sempitpun siap menghadapinya.
Demikian tulisan sederhana ini semoga bisa menjadi
inspirasi hidup untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan akhirat kelak. Amin
ya rabbal ‘alamin.
*Penyuluh Agama Islam Kab.Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar