Cari Blog Ini

Kamis, 15 November 2018

ARTIKEL "HIDUP QONA’AH DI MASA KRISIS"



HIDUP QONA’AH DI MASA KRISIS
Oleh: Mursana, M.Ag*


Sebagaimana kita maklumi bersama bahwa Industri Rotan adalah termasuk komoditas export andalan di Kabupaten Cirebon. Namun sudah menjadi kebiasaan setiap menjelang akhir tahun, Industri Rotan yang ada di Kabupaten Cirebon mengalami kesepian. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah; Negara yang menjadi tujuan Export sedang musim dingin/salju, musim liburan, dan ada pula negara yang menjadi tujuan export tersebut menolak, seperti negara China.
 Apapun alasannya, yang jelas apabila Industri Rotan tersebut sepi, maka dampaknya adalah pengangguran. Ribuan karyawan Rotan tidak menentu nasibnya. Ada yang beralih profesi menjadi tukang becak, menjadi penjual es buah, menjadi kuli bangunan, bahkan ada pula yang menjadi pengangguran total.
Bisa dibayangkan apabila ribuan masyarakat Cirebon menganggur, terutama yang tinggal di Kecamatan Weru, Plered, Tengah Tani, Kedawung, Plumbon, Klangenan, Palimanan, Ciwaringin, dan Arjawinangun, maka akan berdampak kerawanan sosial seperti maraknya perjudian, pelacuran, pencurian dan kejahatan lainnya. Apapun bisa terjadi pada masyarakat kita pada saat perut sedang kosong, kebutuhan hidup semakin meningkat sedangkan uang tidak ada, kecuali apabila masyarakat kita mau menerapkan konsep hidup qona’ah, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Qona’ah merupakan akhlak mahmudah yakni merasa diri kecukupan terhadap rizki yang Allah berikan, berapapun (besar-kecil)nya selalu cukup karena disyukuri. Orang yang memiliki sifat Qona’ah adalah orang yang kaya sesungguhnya, walaupun dia kelihatan miskin. Sebaliknya orang yang tidak memiliki sifat qona’ah adalah orang yang miskin sesungguhnya, walaupun dia kelihatan kaya. Banyak sekali hadits Nabi Saw yang memerintahkan agar kita mempunyai sifat Qona’ah seperti yang tercantum dalam Kitab Riyadhusshalihin, diantaranya adalah Beliau bersabda:“Qona’ah itu perbendaharaan (kekayaan) yang tidak akan lenyap”. “Kekayaan itu bukanlah karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati (Qona’ah).” HR. Bukhori dan Muslim. “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, rizkinya cukup, dan merasa cukup dengan apa-apa yang diberikan Allah SWT.” (HR. Muslim)
Untuk menanamkan sifat qona’ah kepada masyarakat memang tidak mudah, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Paling tidak harus dimulai dari para tokoh masyarakat dan para pemimpinnya. Apabila para tokoh dan pemimpin masyarakat mampu memberi contoh hidup Qona’ah kepada masyarakat, bukan hidup yang serba poya-poya, maka otomatis masyarakat juga akan mengikutinya. Apalagi masyarakat Cirebon termasuk kategori masyarakat manut. Dari zaman dulu sampai sekarang masyarakat Cirebon selalu manut apa kata pemimpinnya atau orang yang ditokohkannya, selama pemimpin itu selalu mengantarkan kepada segala sesuatu yang maslahat untuk masyarakat. Tetapi apabila mereka coba-coba menghianatinya, jangan harap masyarakat akan manut.
Hidup secara Qona’ah inilah alternatif yang paling tepat bagi masyarakat Cirebon terutama di saat Industri Rotan sedang sepi. Jika kehidupan seperti ini tidak dimiliki, mereka akan terjebak ke dalam kehidupan Hedonisme dan materialisme. Kehidupan Hedonisme dan materialisme akan menyeret masyarakat ke dalam kehidupan yang rakus dan tamak, akibat tidak memiliki kepuasan dan jarang mensyukuri nikmat-Nya. Bagi orang-orang dhu’afa ingin menjadi kaya mendadak dan apabila sudah kaya ingin menjadi kaya lagi sampai menjadi konglomerat. Bagi seorang staff ingin menjadi pejabat, bila sudah  menjadi pejabat ingin lebih tinggi lagi jabatannya. Begitulah nafsu dan ambisi manusia dalam berupaya memperoleh nikmat dunia, sehingga Allah memperingatkan dalam Q.S. Attakatsur ayat 1-3 yaitu: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu).
Hawa nafsu adalah anugerah yang terbesar dari Allah dan potensi bagi setiap manusia. Namun banyak manusia yang terjebak oleh nafsu itu sendiri, karena ia tidak bisa mengendalikannya. Imam Al-Ghozali mengatakan; Bahwa potensi nafsu yang dimiliki manusia itu ibarat orang yang minum air laut/asin di saat kehausan, makin banyak diminum semakin haus. Sementara Imam al-Busyairy dalam kitab Burdahnya mengatakan bahwa potensi nafsu pada diri manusia itu ibarat seorang bayi yang sedang menyusu kepada Ibunya. Ia tidak akan melepaskan penyusuan, selama Ibunya tidak mau melepaskan. Itulah potensi nafsu pada diri manusia yang akan terus menggerogoti manusia, selama ia tidak menghentikannya dengan Iman. Dengan kata lain orang yang tidak mempunyai keinginan untuk menghentikan hawa nafsunya, hidupnya akan selalu diliputi kegelisahan dan ketidaktenangan. Maka Islam datang sebagai agama rahmatal lil’alamin memberikan konsep hidup secara qona’ah untuk mencapai tujuan hidup bahagia di dunia dan akherat. Kehidupan secara qona’ah akan senantiasa siap menghadapi kehidupan seperti apapun. Jangankan situasi dan kondisi yang lapang, kehidupan yang sempitpun siap menghadapinya.
Demikian tulisan sederhana ini semoga bisa menjadi inspirasi hidup untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan akhirat kelak. Amin ya rabbal ‘alamin.
*Penyuluh Agama Islam Kab.Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar