MELURUSKAN MAKNA
MAULUDAN DI CIREBON
Oleh : Mursana, M.Ag
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. فَصَلَوَاتُ اللهِ
وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن
Hadhirin Jama’ah
Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Marilah bersyukur
kepada Allah SWT pada hari jum’at ini bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal
1439 H. kita masih tetap bisa memenuhi undangan Allah SWT untuk melaksanakan
ibadah ritual mingguan yakni Shalat Jum’at. Mudah-mudahan setiap langkah kita
untuk menuju masjid kebanggaan kita ini dicatat kebaikan oleh Allah SWT untuk
bekal pada hari kiamat nanti. Amin. Shalawat dan Salam semoga senantiasa Allah
curahkan kepada junjungan alam semesta jagat raya yakni sayyidina wa maulana
Muhammad SAW beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan para pengikutNya
termasuk kita semua sampai akhir zaman. Amin ya rabbal ‘alamin
Hadhirin Jama’ah
Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Menurut sejarah Islam, ketika perang salib banyak sekali tokoh
sejarah Islam yang gugur dalam pertempuran melawan kaum Nasrani. Maka pada
zaman Salahudin Al-Ayubi diadakan sayembara membuat karya tulis khususnya
sejarah perjuangan Rasulullah SAW (Sirah Nabawy). Sayembara itu dimaksudkan
agar umat Islam di masa yang akan datang mengetahui sejarah kehidupan dan
perjuangan Nabi Muhammad SAW, melalui karya tulis terbaik dari para pemenang
lomba tersebut. Setelah mengetahui sejarah-Nya diharapkan agar umat Islam
menjadikan Beliau sebagai contoh tauladan yang baik, Uswatun hasanah, dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
perkembangannya, hasil sayembara karya tulis sejarah Nabi Muhammad SAW, selalu
dibaca oleh umat Islam setiap saat, terlebih lagi pada bulan Rabi’ul awal.
Bacaan sholawat dan sanjungan terhadap-Nya selalu dikumandangkan dengan irama
yang harmony, senantiasa terdengar di Masjid, Musholla dan Majelis Ta’lim. Di
beberapa daerah pembacaan sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi SAW yang
termuat dalam Majmu’ah Mawalid dibaca
dalam upacara peringatan Maulud Nabi SAW. Tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal,
sehingga acara tersebut terkenal dengan sebutan Mauludan atau Maulidan.
Secara bahasa Mauludan berarti hari dilahirkan Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan menurut istilah yang berkembang di masyarakat, Mauludan ialah suatu
acara yang dilakukan oleh kelompok masyarakat dalam rangka memperingati hari lahirnya Nabi akhir zaman. Setiap
wilayah di tanah air ini mempunyai tradisi dan istilah yang berbeda dalam acara
Mauludan. Begitu halnya di wilayah Cirebon
: di Trusmi Plered terkenal terkenal dengan Selawenane
dan di Keraton Kanoman terkenal dengan Panjang
Jimat.
Panjang Jimat bermakna sesuatu yang dihormati secara terus menerus.
Sebagian orang percaya ketika mengikuti ritual panjang jimat akan mendapat
berkah dari Allah SWT. Setiap tahun, pada bulan Rabi’ul awal menjelang Mauludan
(12 Rabiul awal), ratusan pedagang yang datang dari berbagai daerah memadati
kawasan Keraton Kanoman dan Kesepuan. Tidak ketinggalan para pengemis, tukang falak (peramal), copet, bahkan
(mohon ma’af) para pekerja seks komersial (PSK) pun ikut mengais rizki dalam
rangka mencari keberkahan Mauludan.
Hadhirin Jama’ah
Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Ada beberapa alasan kenapa Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini. Alasan-alasan
tersebut antara lain : Pertama; Memurnihkan aqidah
yang menyimpang. Dalam Sirah Nabawy dijelaskan bahwa masyarakat Jahiliyah sebenarnya
Iman kepada Allah SWT, tetapi keimanan mereka kepada Allah SWT tidak sepenuhnya. Mereka
di samping mentauhidkan Allah juga menjadikan Tuhan-Tuhan yang lain selain-Nya.
Ketika mereka berdo’a kepada Allah SWT selalu menyertakan patung Latta dan
‘Uzza. Bahkan terkadang mereka mempunyai tradisi yang sangat lucu. Mereka
membuat berhala dan patung dari batu atau makanan, lalu mereka menyembahnya.
Padahal mereka lebih pandai dari Tuhan-Tuhan itu. Mereka bisa menciptakan
Tuhan-Tuhan baru. Sedangkan Tuhan-Tuhan itu tidak bisa menciptakan mereka,
apalagi menentukan nasib dan jalan hidup mereka.
Adapun risalah kenabian Nabi Muhammad SAW sebagaimana tercantum
dalam Al-Qur’an :
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya kami telah
mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : Sembahlah Allah saja
dan jauhilah Thaghut.” (QS An Nahl:36). Ayat ini menjadi Dalil bahwa
semua Rasul pada hakekatnya mempunyai tugas yang sama yakni menyuruh umatnya
agar beribadah dan bertauhid hanya kepada Allah SWT, dan menjauhi Thaghut.
Menurut Umar bin Khathab, Thaghut adalah syaitan. Menurut Jabir RA, Thaghut berarti
para dukun yang bersekongkol dengan syaitan, sedangkan menurut pendapat Imam
Malik, Thaghut ialah segala sesuatu yang disembah selain Allah SWT.
Setelah para Nabi dan Rasul itu wafat, maka tugasnya diwariskan
kepada para ulama, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
العلماء ورثة الأنبياء
“Ulama adalah pewaris para
Nabi.” (Alhadist).
Syaikh Syarif Hidayatullah adalah diyakini oleh masyarakat Cirebon sebagai seorang
ulama Kharismatik dan menjadi pewaris tugas para Nabi. Melalui Petatah Petitihnya “Ingsun titip tajug lan fakir miskin”, menggambarkan bahwasanya
Kanjeng Sunan sangat serius mengajak masyarakat Cirebon agar meyakini Tidak ada
Tuhan selain Allah, Tidak ada yang disembah kecuali Allah, dan Tidak ada tempat
berlindung dan mengadu kecuali Allah SWT. Sebaliknya beliau sangat membenci dan
marah kepada masyarakat Cirebon
yang bersekutu dengan Thaghut, seperti tergambar dalam “Ingsun titip tajug”. Oleh karena itu, andai saja Kanjeng Sunan
Gunung Jati masih hidup, tentu saja beliau akan marah kepada masyarakat Cirebon, karena masih ada yang menjadikan
kuburannya sebagai tempat mencari berkah dan menjadikan benda-benda pusakanya
sebagai Ilah. Padahal semua itu
merupakan Thaghut yang harus dijauhi. Kedua; Menyempurnakan
Akhlak sebagaimana terurai dalam Sabda-Nya:
انما بعثت
لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya
aku diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak” (Alhadist).
Sekali lagi, andaikan Kanjeng Sunan masih hidup, Beliau pasti marah
kepada masyarakat Cirebon, karena mereka menjadikan acara Mauludan sebagai
ajang untuk bermaksiat ria, hal ini terlihat dalam semaraknya perjudian,
pencopetan, mabuk-mabukan, dan pelacuran yang tersebar di sekitar komplek acara
tersebut.
Hadhirin Jama’ah
Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Dari paparan di atas nampaknya pemahaman masyarakat tentang makna
Mauludan, semakin bertambah tahun semakin mengalami Erosi. Seharusnya pemahaman semakin tinggi tentang hakikat makna
Mauludan. Karena dewasa ini masyarakat Cirebon
sudah menjadi masyarakat terpelajar.
Melalui khutbah ini diharapkan masyarakat mengetahui dan memahami hakekat makna
Mauludan. Bahwa hakekat makna Mauludan itu adalah memperingati hari lahir Nabi
akhir zaman Muhammad SAW, agar umat Islam mengerti bagaimana sejarah hidup,
perjuangan dan ajaran-ajaran-Nya, kemudian bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
dalam firman Allah SWT:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah
itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab:21).
Setelah acara Mauludan selesai, diharapkan membawa perubahan bagi
umat Islam menuju ke arah yang lebih baik. Sebelum Mauludan ibadah shalat,
zakat dan puasa sering diabaikan, setelah Mauludan diharapkan lebih serius lagi
dalam menunaikan kewajiban sebagai hamba. Juga diharapkan membawa peningkatan
Iman dan Taqwa bagi umat Islam, sehingga menjadi umat pilihan (khairu umat)
yang selalu istiqomah dalam menegakkan Amar ma’ruf dan Nahi munkar.
Tradisi Mauludan yang ada di Cirebon
harus dilestarikan dengan baik untuk pembelajaran generasi yang akan datang,
hal-hal yang mengotori hakekat makna dari Mauludan sebaiknya segera dibersihkan
dan diluruskan. Tugas para ulama,
da’i, guru agama, dan penyuluh agama Islam di Cirebon
yang paling mendesak adalah membimbing dan mengarahkan para Kuncen dan petugas yang terkait, agar
menginformasikan kepada para pengunjung jangan sampai terjebak dalam jurang
kemusyrikan. Begitu juga aparat keamanan, agar menindak tegas siapa saja yang
melakukan praktek-praktek maksiat yang menimbulkan Kota Wali ini ternoda.
Hadhirin Jama’ah
Shalat Jum’ah Rahimakumullah
Demikian khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan pada kesempatan
ini, semoga menjadi renungan kita semua agar segera kembali bertauhid hanya kepada
Allah SWT. Amin ya rabbal’alamin.
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ
Khutbah kedua diserahkan kepada Khatib
masing-masing